>24<

766 105 1
                                    

.
.
.
.
.
.

"kembali ke dalam! " teriak kaminari begitu kirishima mendarat di luar ruangan.

"apa maksudmu, dasar bodoh. " celetuk bakugou.

Kirishima kembali menjadi wujud manusia, menghela nafas lelah.

"kalian meninggalkan midoriya dan todoroki begitu saja?! "

"dengar, ini masalah keselamatan kita, kalau tidak segera keluar, kita juga akan ikut jatuh ke jurang. " kata kirishima.

"kalau kita juga jatuh, kita bisa cari jalan keluar sama2! "

"bagaimana kalau kita ikut terluka parah? "

"lalu apa?!" kaminari berteriak sejadinya. "memang apa yang akan kita lakukan kalau hanya kita yang selamat dan mereka mati?! Sejak awal midoriya yang membuat kalian datang kesini kan?! Sekarang mau bagaimana?! "

"aku tidak mau menyulut emosi seperti ini. Kaminari, dengarkan aku... " kirishima mencoba menenangkannya. "...aku yakin jika jebakan2 disini memiliki jalan keluar tertentu, mau sulit atau pun mudah. Kurasa tidak ada yang namanya jalan buntu disini. Jadi, jika kita masih selamat, kita bisa cari cara menyelamatkan mereka yang terluka. Kita harus berpikir positif, dengan begitu, harapan mereka masih hidup akan lebih tinggi. "

Kaminari susah payah menahan emosinya tak kembali meledak, dia mengatur ritme nafasnya yang perlahan kembali stabil. "memang... Kau yakin akan keluar hidup2 dari gua ini? "

"kenapa tidak? "

Kaminari menghela nafas, "karena... Ini ruangan terakhir yang tertulis di petunjuk depan gua. "

Kirishima mengangkat alisnya, "terakhir? "

"ya, ini adalah ruangan dimana hartanya berada, ruangan kematian."

.
.
.
.
.
.

"...ya... "

"...riya... "

"midoriya! "

Perlahan, midoriya membuka kelopak matanya. Pandangan yang perlahan menjelas, menampakkan raut todoroki yang menatapnya sambil mengerutkan dahinya khawatir. "todoroki-san... " ujarnya lirih.

Todoroki menghela nafas lega, membantu midoriya duduk.

"ugh... "midoriya merasa pening, "...dimana ini.. "

"sepertinya kita jatuh ke dasar jurang lantai ruang pijakan keruntuhan, tapi aku tidak menyangka jika ternyata dasarnya malah akan memiliki sumber cahaya meski hanya redup. Dan... cukup datar, kukira akan penuh bebatuan curam. "

Midoriya melihat sekitar, "benar juga... Aku penasaran sudah berapalama kita tak sadarkan diri.. "

"entahlah, tapi kau baru bangun lima menit setelah aku sadar. Sepertinya kepala kita tak terbentur terlalu parah."

"meski agak pening.. "midoriya mengenyit pusing, "...tapi sepertinya kita masih bisa berjalan untuk mencari jalan keluar. "

"apa kau baik2 saja? Kalau tidak, aku bisa menunggumu sampai merasa cukup baik untuk berjalan. "

"bagaimana denganmu sendiri, todoroki-san? "

"aku sepertinya baik2 saja. "

"kalau begitu... lebih baik kita segera mencari jalan, kurasa bahaya jika berada disini terlalu lama. Udara beracunnya bisa saja semakin kuat dan merusak masker udara yang kita pakai. " midoriya lega masker mereka tak rusak setelah mereka jatuh dengan keras.

"baiklah, kalau begitu.. kita jalan pelan2. "

Midoriya mengangguk dan berdiri dibantu todoroki. "ugh. " midoriya refleks menunduk dan memegang pergelangan kakinya.

Treasure-BnHA Fanfict (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang