.
.
.
.Jiro membangunkan semua orang pada pukul 3 pagi.
"penyihir disini mulai beraktivitas pukul 4 pagi, aku tak mau mereka tahu kami melanggar peraturan dan mengantar kalian pada batu itu. Jadi kita pergi sekarang, butuh setengah jam untuk sampai kesana," katanya.
Kemudian mereka semua bersiap dalam 5 menit dan berangkat.
Jalanan hanya diterangi lampu minyak maupun sihir cahaya yang dipasang disepanjang tepian.
Karena mereka berjumlah 6 orang, sesunyi apapun mereka mencoba untuk melangkah, pasti akan menimbulkan suara berjalan yang terdengar cukup jelas pada pagi buta yang senyap itu. Uraraka mengatasinya dengan merapalkan mantra untuk membuat langkah mereka tak bersuara dan tak ada suara gesekan kain pakaian ketika berjalan.
Tak cukup hanya itu, mereka juga harus mengambil jalan kecil yang jauh dari penerangan, melewati jalur hutan lebat.
Pohon2 dihutan itu tinggi besar dan rimbun bukan main. Tak ada cahaya apapun, gelap total. Cahaya bulan tak bisa menembus rimbunnya dedaunan.
Jiro mengatasinya dengan sihir yang membuat mata mereka bisa melihat dalam gelap.
Midoriya terkesan dengan semua sihir yang dia lihat, uraraka dan jiro tersipu tipis.
"sihir2 itu sebenarnya tidak diajarkan di akademi, karena beresiko menimbulkan kejahatan. Karena kami pikir itu akan berguna suatu saat, jadi aku dan jiro mempelajarinya diam2 dari buku yang ada di perpustakaan besar kota."
"kalian bilang itu terlarang, kenapa bukunya bisa dibaca di perpustakaan dengan bebas? " tanya kirishima.
"karena mempelajari mantra secara autodidak itu tidak mudah. Apalagi mantra2 yang membutuhkan rapalan panjang dan pelafalan yang tepat, itu sangat sulit dipelajari bahkan jika melalui guru. Jadi buku mantra2 seperti itu masih ada di perpustakaan, jarang ada yang membacanya. "
"kalian bisa menguasai mantra2 sulit itu? Sugoii~" puji midoriya.
"yah, dasarnya aku dan uraraka senang bereksperimen, jadi hampir semua mantra yang menarik kami coba lafalkan. Ternyata tidak sulit untuk dirapal, hanya saja sulit untuk dihafal. Bagi kami. "
"kalian tidak pernah gagal dalam pelafalan? "
"pernah. " uraraka nampak malu, "bahkan itu sempat menimbulkan ledakan dan menghanguskan apapun yang ada diradius 2 meter dari kami.. Ehehe... " uraraka menggaruk tengkuknya dengan canggung. "untungnya kami melakukan latihan di hutan yang cukup jauh dari pemukiman, jadi tak ada yang tahu. "
"kau tidak takut setelah pernah meledak? Serius deh, kalian sangat hebat. "
"tidak kami hanya nekat.. "
Diselingi pembicaraan2 ringan, mereka tak merasakan setengah berlalu dan kaki mereka berdiri ditepi pembatas sebuah wilayah terlarang kaum penyihir.
Tak ada penghalang apapun, namun uraraka dan jiro menjelaskan sihir pengaman apa saja yang ada disana. Bahkan yang paling ringan adalah mantra yang membuat siapapun yang melewati batasannya akan lumpuh selama satu jam.
"jadi.." kirishima melihat pada tanah bermantra yang berjarak beberapa senti dari kakinya itu, "..bagaimana kita akan masuk? "
Jiro mengeluarkan tongkat sihirnya, "mantra tidak akan berpengaruh hingga dibawah tanah kecuali disengaja. "
Midoriya diam sejenak dan berkedip, "tunggu, jangan bilang kalau kita akan–"
"yap. " jiro memotong perkataan midoriya dan mulai merapal mantra dengan mantap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Treasure-BnHA Fanfict (Completed)
AcakSeorang gadis quirkless menyusuri takdir untuk menemukan harta yang dikatakan dapat memberikan kebahagiaan sejati. Kisah mengatakan sudah banyak nyawa hilang dalam pencarian itu. Apa harta itu benar2 ada? Sepadankah dengan semua pengorbanan? Perhat...