.
.
.
.
.Todoroki lanjut mengambil buku lain. Matanya nampak membaca baris demi baris kalimat yang tercetak, tapi tidak ada satu huruf pun yang tertinggal di otaknya.
Dia tak bisa fokus. Pikirannya terganggu.
Oleh siapa?
Ya jelas karena pria cantik yang baru dia temui beberapa saat lalu.
Dia masih terbayang2 pada freckles yang tertabur diwajah kecil midoriya, manik hijau yang berpendar lembut, bibir mungil–
Plak!
Todoroki menampar pipinya keras2.
"dia itu laki2!" teriaknya dalam hati. Dia tidak mau jadi penjahat seksual, terutama pada laki². Oh astaga, dia merinding ketika memikirkan kemungkinan penyimpangan pada pikirannya. Dia benar2 tidak boleh memikirkan midoriya lagi. Dia laki2! Jangan sampai tertarik sedikit pun.
"sial. " umpatnya pelan. Dia menutup buku dan mengembalikannya ke rak. Dia tidak mood untuk kembali membaca. Semua informasi yang dia butuhkan sudah ada di buku pertama yang dia baca.
Todoroki memilih segera keluar dan melanjutkan perjalanan selama hari masih pagi.
Saat melewati ruang baca, dia melihat midoriya tengah duduk bersama dua orang otoko. Satu bersurai blonde, satunya lagi merah. Dia nampak sibuk berunding dengan si merah mengenai sesuatu di buku.
Sementara si blonde hanya duduk memperhatikan dengan seksama.
Todoroki memicingkan matanya, dia sadar si blonde tidak memperhatikan topik pembicaraan, dia menatap midoriya lekat2.
Dia merinding seketika.
Apa si blonde itu juga sama sepertinya saat pertamakali melihat midoriya, dia penasaran. Tapi karena mereka sudah bersama2 jadi todoroki merasa blonde itu sudah bukan lagi dalam status baru bertemu. Mereka sudah saling mengenal lebih lama.
Todoroki hampir saja berpikir dirinya normal untuk sempat tertarik pada midoriya karena sadar bahwa si blonde juga begitu. Sampai beberapa detik kemudian dia kembali menampar pipinya keras2, mengingatkan diri bahwa midoriya laki2, dan menyukai sesama jenis itu jelas.sangat.dilarang.
Dia segera mengacuhkan midoriya yang sebenarnya sangat membuatnya tertarik untuk ikut bergabung dalam pembicaraan apapun yang tengah mereka bahas, dan kembali melangkahkan kakinya keluar perpustakaan.
"oh, todoroki-san? "
Freeze.
Todoroki mematung saat mendengar suara itu. Dia berbalik dan mendapati sosok yang baru saja dia ingin hindari justru berdiri didepannya.
Dia tidak sadar sejak kapan midoriya bangkit dari kursi dan berjalan ke arahnya.
"sudah mau pergi? " tanya midoriya dengan buku yang dia peluk diperutnya.
"a, ah.. iya. Kau? " todoroki merutuki diri dalam hati karena memanjangkan percakapan dengan bertanya balik, dia seharusnya langsung pergi.
"aku akan cari buku lain."
"begitu, apa informasinya tidak ada di buku itu? " todoroki bisa merasakan kakinya yang seolah membatu, tidak ingin beranjak darisana. Dia ingin menatap midoriya seharian. Dia betah bicara lama2.
Dia tahu semakin lama dia bicara ataupun hanya sekedar dekat2, dia akan semakin tertarik.
"masih kurang, kemana kau akan pergi? "
"mengembara. " jawabnya begitu saja tanpa pikir panjang. Tapi memang ada benarnya.
"kau juga pengembara??" tanya midoriya antusias. "kukira kau semacam bangsawan yang hanya tengah memutari kota. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Treasure-BnHA Fanfict (Completed)
AcakSeorang gadis quirkless menyusuri takdir untuk menemukan harta yang dikatakan dapat memberikan kebahagiaan sejati. Kisah mengatakan sudah banyak nyawa hilang dalam pencarian itu. Apa harta itu benar2 ada? Sepadankah dengan semua pengorbanan? Perhat...