"Definisi bahagia itu
sederhana. Hanya dengan kamu melunasi
hutangku saja, aku sudah bahagia."***
Pengeluaran uang bulan ini;
Bayar uang semester ,
Bayar kos perbulan,
Bayar uang untuk praktek,
Uang untuk makan
Bayar hutang si CEO sethan.
Afifah menutup buku note berwarna biru, berukuran sedang miliknya. Ia sudah berkali-kali membaca bagian 'pengeluaran uang bulan ini'. And then, pengeluarannya sangat banyak. Ia mana mungkin bisa membayar cast semuanya dalam satu bulan.
Mahasiswa cantik berhijab pasmina krim itu menelungkupkan kepalanya di atas meja. Kepala Afifah sakit memikirkannya. Gajinya berkerja dari minimarket mana cukup untuk melunasi semuanya.
"Akhh ... gimana ini?" tanyanya frustasi pada diri sendiri.
Tiba-tiba, sesuatu yang dingin menempel di pipi gadis itu membuatnya tersentak dan langsung duduk tegap.
Seorang lelaki berambut hitam berantakan tersenyum tipiss padanya. "Jangan stres-stres."
Afifah memajukan bibirnya. "Lo gak ngerasain gimana rasanya jadi gue, Al ...."
Alfha duduk di samping Afifah. Tangannya menyodorkan sebuah minuman dingin cup rasa cokelat favorit Afifah.
"Nih. Biar Lo bahagia."
Alis Afifah bertautan. Tangannya mengambil minuman cup itu ragu-ragu. "Apa hubungannya?"
Alfha menyeruput minuman cupnya yang sama seperti punya Afifah. "Ini 'kan namanya coklat bahagia. Kali aja abis minum nih cokelat, Lo jadi bahagia."
Afifah terkekeh sekilas, lalu menyeruput minuman cokelat ber-cup itu. Ekor matanya melirik atas, mencoba merasakan rasa minuman cokelat cup itu.
"Enak sih. Tapi, gue biasa aja," ucap Afifah polos.
"Parah! Bohong pasti nih cokelat. Ternyata gak manusia aja yang tukang bohong. Cokelat juga bisa!" Afifah menunjuk cup cokelat yang sudah berembun air di luar cup karena dingin.
Alfha tertawa kecil. "Aneh-aneh aja Lo. Yang buat nih cokelat 'kan manusia juga. Malah nyalahin cokelatnya."
Afifah tak memedulikan ucapan Alfha yang seakan membela si 'cokelat'. Ia tetap fokus menyeruput cokelatnya hingga kandas. Karena memang, memikirkan uang itu menguras energi.
"Any way, Lo ngapain sendiri disini? Ayla mana?" tanya Alfha karena ia sedari tadi tak melihat Ayla bersama Afifah.
Ayla itu, sahabat Afifah dari SMP. Wajar, mereka kemana-mana selalu bersama. Afifah dan Ayla sudah bagai saudara kandung.
Yang ditanya hanya mengidikan bahu, tanda tak tau.
Alfha hanya diam. Matanya fokus memperhatikan Afifah yang sibuk berkutat dengan ponselnya. Afifah itu, strong girl menurut Alfha. Ia rela bekerja demi mendapat uang untuk memenuhi kebutuhannya.
Tak sekali dua kali Alfha salut pada gadis di hadapannya ini. Jika memang Afifah itu jodohnya, Alfha ingin sekali memilikinya. Sebab, lelaki jurusan bisnis itu telah lama menaruh hati pada Afifah, mahasiswa jurusan sastra.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Husband (HIATUS)
Random____________ "Tentang segala kejadian, yang sulit di percaya untuk di sebut TAKDIR." ____________ Semua berawal dari pertemuan buruk dan berakhir pada perjodohan yang diatas namakan pernikahan. Semua itu yang membuat Fathur Sebastian tau, bila hidup...