38. Ingat ❄️

1.5K 110 15
                                    

***

LANTUNAN lagu yang memasuki reff membuat Afifah membeku. Apalagi seseorang dengan hoodie itu tak lepas menatapnya.

"Hidupku, tanpamu
Tak kan pernah terisi sepenuhnya
Karena kau, separuhku."

Senyum kecil terbit di bibir pria itu. Afifah menahan napasnya. Ia mengenali dan familiar dengan senyum itu. Kepala Afifah terus menayangkan memori-memori tanpa ia minta bak kaset rusak.

"Berbagi, suka duka
Saling mengisi dan menyempurnakan
Karena kau, separuhku."

Pria itu kini menunduk sambil memetikkan gitarnya. Afifah masih belum beranjak dari situ. Ia bahkan tak peduli dengan kepalanya yang mulai berdenyut sakit.

"Aku kenal dia. Tapi dia itu siapa??" Kening Afifah semakin mengernyit, berusaha mengingat.

Sementara di sisi lain, Fathur baru saja kembali dari membeli es krim. Namun melihat Afifah tidak ada di tempat dimana ia suruh tunggu, membuat Fathur mengumpat kesal dalam hati.

"Di bilang tunggu, malah kabur," gumamnya, lalu menyapu pandangan.

Gawat bila Afifah hilang. Bisa dimarahi habis-habisan dia oleh mamanya. Dan mungkin juga akan dihajar habis-habisan oleh kakak laki-laki Afifah.

Pandangan Fathur berhenti di kerumunan orang yang tidak jauh dari tangga eskalator.

"Apa mungkin dia ada disitu?"

Tanpa berpikir dua kali, Fathur segera melangkahkan kakinya kesana. Fathur tau, bila Afifah mudah penasaran akan sesuatu.

Tetapi baru setengah perjalanan, Fathur sudah di halangi oleh wanita siluman. Tiba-tiba datang, entah darimana.

"Fathur!" serunya sambil melingkarkan tangannya di lengan Fathur.

Fathur meliriknya tajam. "Lepas."

Bukannya melepas, Airin justru makin mengeratkannya sambil tersenyum sumringah. Membuat Fathur langsung membuang muka, muak.

"Aku kangen banget tau, Thur sama kamu," ucapnya dengan nada manja.

Dia seolah lupa dengan pertemuannya dengan Fathur dulu di depan butik. Sungguh, rasanya Fathur ingin mendorong wanita ini jauh-jauh rasanya.

"Gue enggak. Lepas, Airin," ucap Fathur dingin.

Airin menggeleng sambil menatap Fathur. "Ajak aku nonton dulu."

Fathur berdecih sinis. "Jangan mimpi Lo bisa nonton sama gue."

Airin memanyunkan bibirnya, kesal. Ia tidak sakit hati dengan perkataan Fathur barusan, sebab bukan sekali dua kali pria itu berkata pedas seperti itu pada dirinya.

"Yaudah, aku bakal lepas, tapi itu." Airin menunjuk es krim yang di pegang Fathur di tangan kanan.

Fathur menatap es krim yang sebenarnya untuk Afifah. Ia sudah mengantri lama untuk membeli es krim ini. Lalu, dengan mudahnya bisa jatuh ke tangan wanita siluman ini?

My Ice Husband (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang