17. Cemburu (2) ❄️

2.6K 141 7
                                    

         "Cemburu itu fitrah. Semua orang
     pasti bisa merasakan cemburu kalau
      melihat orang yang dia suka sama orang
     lain. Meski, orang itu bukan siapa-siapa
                                         dia."

                                           ***

AFIFAH bersiap-siap untuk ke butik-- tempat ia bekerja sekarang. Jam baru saja menunjukkan pukul empat lewat dua puluh menit, tapi cewek itu terlihat buru-buru karena trauma di pecat terus kalau membuat kesalahan.

Selesai memakai jam tangan berwarna pink pastel ke pergelangan tangan kirinya, Afifah segera menuju pintu untuk keluar. Namun, sebelum itu ia kembali mundur untuk bercermin di cermin yang terpampang di dinding kamar kostnya.

Setelah dirasa cukup, ia segera melangkah keluar rumah dan mempercepat langkahnya selepas mengunci pintu kamar kostnya itu.

Di depan gerbang kost, Afifah berpapasan dengan Ayla yang membawa sebuah plastik berisi something. Afifah sebenarnya tidak mau tau karena kini ia tengah buru-buru.

"Eh ...! Mau kemana Lo?" tanya Ayla sambil menghalangi jalan Afifah.

Afifah mendengus. "Mau kerjalah, Ay ... mau kemana lagi?"

Ayla menghela napas lelah. "Afifah, Lo itu abis aja kena insiden tadi di kampus malah sekarang mau kerja. Mending Lo bobok cantik deh di kost Lo. Ini gue bawain martabak favorit Lo." Ayla mengangkat plastik yang sedari tadi di tentengnya. "Ayo." Cewek itu mendorong bahu Afifah untuk berbalik dan berjalan menuju kostnya lagi. Tapi, Afifah secepat dan segesit mungkin menepis Ayla.

"Ay ... gue mau kerja ... suntuk tau di kost-an! Lagian, gue gak mau dipecat untuk yang ketiga kalinya. Ayolah ... plis ... jangan paksa gue ....," ucap Afifah memelas sambil memegang tangan Ayla.

Ayla sebenarnya kasihan dan tidak tega melihat wajah memelas Afifah begitu. Tapi, Ayla hanya ingin Afifah tidak sakit.

"Beneran Lo gak apa-apa?"

Afifah mengangguk cepat. "Gue gak sakit, Ay ... gue strong girl," Afifah mengangkat tangannya dan bergaya seperti cowok yang menunjukkan ototnya.

Hal itu membuat Ayla tersenyum segaris. "Fine. Nih bawak. Makan di sana. Gue tau Lo sering laper." Ayla menyerahkan plastik berisi martabak itu pada Afifah dan langsung di tanggapi sumringah oleh yang diberi.

"Wah ... makasih, ya, Ay. Lo emang sahabat gue yang paling pengertian deh," puji Afifah membuat Ayla menggeleng-gelengkan kepalanya heran.

Afifah membuka plastik berisi martabak itu dan mencium aroma khas yang keluar dari kotaknya. "Hmm ... enak banget kayaknya."

Ayla terkekeh melihat ekspresi Afifah. "Sana gih kalau Lo mau berangkat. Gue mau balik juga nih. Atau perlu gue anterin?"

Afifah menggelengkan kepalanya, menolak tawaran Ayla. "Gak usah deh, Ay. Gue bisa sendiri kok."

Ayla mengangguk singkat. "Oke. Gue balik. Hati-hati. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Afifah berjalan mengikuti Ayla yang keluar dari gerbang kost. Setelah Ayla pergi dengan mobilnya meninggalkan Afifah, Afifah pun juga pergi untuk menuju tempat yang ia tuju.

                                       ❄️❄️❄️

Di ruang khusus Ratna-- di butik, Fathur sudah stand by sejak dua puluh menit yang lalu. Ia mengerjakan tugasnya di sana. Sebab Fathur adalah orang yang tidak suka menumpuk-numpukan pekerjaan, maka ia harus menyelesaikan pekerjaannya hari ini juga. Bagaimana pun caranya.

My Ice Husband (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang