16. Mimpi ❄️

2.2K 145 5
                                    

          "Mimpi bisa datang dari mana saja.
         Dan setiap orang pasti memiliki mimpi
                bukan?  Tapi, tak semua orang
     bisa mewujudkan mimpinya, jika mereka
               tak mau berusaha dan berdoa."

                                            ***

AFIFAH melepas jaket hoodie hitam yang tadinya tersampir di punggungnya. Afifah masih penasaran dengan cowok itu.

"Cowok tadi itu siapa, ya? Kenapa dia kayak kenal gitu sih sama aku?" Afifah mengerutkan keningnya, berusaha berpikir dan mengingat kapan ia bertemu cowok itu.

"Ah!" Afifah langsung memegang kepalanya yang tiba-tiba sakit. "Kepala aku kenapa sih?"

Setelah merasa sakit di kepalanya sedikit hilang, Afifah melipat jaket hoodie hitam di pangkuannya. Saat ia selesai melipatnya, entah karena apa, Afifah mencium aroma khas dari jaket Hoodie yang baunya sama seperti sang pemilik, membuat Afifah mengingat lagi ketika cowok itu menyelamatkan dirinya di kampus.

Afifah masih ketakutan dan menangis setelah Nevan memeluknya sebagai bentuk wujud perlindungan atas pembullyan yang di lakukan oleh Adele cs pada Afifah.

Sorot mata Nevan cemas melihat Afifah masih trauma dengan kejadian yang baru saja terjadi. Cewek itu memeluk dirinya sendiri.

Tanpa Afifah sadari, detik berikutnya Nevan menyampirkan jaket Hoodie yang dikenakannya pada Afifah. Hal itu tentu membuat Afifah mendongak-- menatap Nevan.

Nevan tersenyum tipis. Tangannya terulur untuk menghapus air mata Afifah. Sementara Afifah masih menatap Nevan dengan tatapan yang berbeda.

"Kamu gak usah takut lagi. Aku kesini buat kamu. Aku akan lindungi kamu, Afra."

Ungkapan yang baru saja di ucapkannya tak bereaksi apa pun pada Afifah. Sedetik kemudian, kedua alis Afifah menyatu, menandakan bahwa ia kebingungan.

"Lo siapa?"

Pertanyaan yang diberikan Afifah membuat senyum Nevan perlahan menghilang. Terbesit rasa kecewa di hatinya, namun sesegera mungkin ia tepis.

"Aku Nevan. Kamu gak inget aku?"

Gelengan pelan dari Afifah makin membuat raut kecewa di wajah Nevan. Apakah ia harus percaya bila Afifah sudah melupakannya? Secepat itukah?

"Aku--"

Ucapan Nevan tiba-tiba terpotong karena panggilan seseorang bersamaan dengan munculnya seseorang itu di hadapan Afifah. Seseorang itu yang tak lain adalah Alfha.

Afifah membuka matanya dan menurunkan lipatan Hoodie itu dari indera penciumannya. Afifah merasa kenal dengan aroma maskulin ini. Tapi ... Afifah tidak ingat milik siapa.

Baru saja Afifah ingin beranjak dan meletakkan jaket Hoodie di tangannya ke atas lemarinya, bunyi ketukan pintu mengurungkan niatnya dan terpaksa ia letakkan di atas kasurnya.

Begitu ia memutar kunci dan membuka pintu, sebuah kotak berwarna coklat sudah tersodor di hadapannya. Orang yang memberikan kotak itu yang tak lain ialah si ibu kost.

"Eh, Buk? Ibu kenapa bawak-bawak kotak begini?" tanya Afifah heran.

Si ibu kost, Endah menghela napas panjang. "Ya buat kamu atuh, Afifah ... Buat apa Ibuk bawak kotak berat ini ke depan kamar kost kamu kalau bukan untuk kamu?"

My Ice Husband (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang