Chapter 1 - Tentangku dan Momo

197 11 6
                                    


Ini adalah kisahku sebelum SMA.


          Sebelumnya aku akan memperkenalkan diriku. Namaku adalah Ebisawa biasa dipanggil Ebi

*Ebi : 16th, 170cm, berambut coklat, tidak pandai bergaul.

          Aku adalah orang asli Indonesia, aku ingin bersekolah di Jepang dan berpikir akan menyenangkan jika aku tinggal disana seperti dalam Anime dan manga-manga yang kubaca. Lalu aku diangkat menjadi anak oleh teman ayahku dulu dari keluarga Shibata, dan mulai bersekolah sejak kelas 2 SMP..

"yeahhhhhh......akhirnya impianku tinggal dijepang terwujud" dalam hatiku berkata ketika sampai dijepang.

          Aku tinggal di Daerah Kagoshima, dan ternyata itu sangat berbeda dari yang kubayangkan. Tidak ada gedung tinggi, tidak ada mall, tidak ada tempat-tempat nongkrong keren disana. Ya, daerah itu jauh kota besar. Yang kulihat hanya pegunungan, ladang, dan sekolah yang tidak jauh dari tempat tinggalku.


-Hari pertama masuk SMP-

          Saat hari pertama masuk sekolah aku sangat gugup. Awalnya aku berpikir akan terlihat keren dan bakal disukai oleh anak cewek dikelas, nyatanya mereka tidak terlalu memperdulikanku dan mengabaikanku.

          Seiring berjalannya waktu, aku berpikir realita kehidupan disini tidak seperti yang aku bayangkan. Aku tidak memiliki teman, karena bahasa jepangku yang kurang baik. Aku selalu mencoba berkumpul jika mereka sedang bercerita dan aku hanya bisa tersenyum dan tertawa saja. Sebenarnya aku tidak dijauhi atau dibully oleh mereka. Mereka semua baik padaku, hanya saja mereka malu dan lebih menjaga jarak denganku.

          Tetapi hanya ada 1 murid perempuan yang mau mendekatiku. Namanya Momo.

*Momo : cewek, teman sekelasku, anak keturunan indo-jepang, pintar, baik hati, rambut orange sebahu dengan rambut belakang yang diikat.

          Dia adalah sabahatku satu-satunya yang bisa aku ajak bicara, karena Momo adalah keturunan Jepang-Indonesia. Aku sering datang kerumahnya dan belajar bahasa jepang darinya agar bahasa jepangku lancar, begitu juga sebaliknya. Kami berdua sangat akrab hingga orang tua kami suka bercanda dengan perjodohan kami.

"Ebi apakah kau tidak keberatan atau marah jika orang tua kita selalu menjodohkan kita?" kata Momo bertanya padaku

"Hmm... aku tidak keberatan, mereka hanya bercanda" ucapku.

"Bagaimana jika, mereka serius? apa yang akan kamu lakukan?" tanya Momo lagi.

"aku belum memikirkannya, aku jalani saja kehidupanku yang sekarang" jawabku.

"Sebentar lagi kita akan lulus, aku ingin bersamamu saat SMA. karena aku takut meninggalkanmu dan tidak memiliki teman seperti saat ini" kata momo khawatir.

"Ahhh.... soal itu, lebih baik kau rajin mengajariku agar aku bisa bergaul dan kau tenang jika kita tidak bersama nanti" Jawabku dengan santai.

"maksudmu? apa yang kau bicarakan jika kita tidak bersama? apakah kau benar-benar akan pergi?" ucapnya dengan nada khawatir.

"Sepertinya aku lapar, lebih baik aku pulang duluan" aku mencoba pergi dan mengalihkan topik tentang hubungan kami.


           Sesampainya dirumah aku merasa sedih dan berat jika harus mengucapkan perpisahan padanya. Kurang dari 3 bulan lagi kami akan lulus dari SMP, lebih baik aku membuat hal-hal yang menyenangkan dan membuat kenangan bersamanya.

          Kemudian aku segera mengambil handphoneku dan mengajak momo untuk jalan-jalan.

"Momo, apa kau besok ada waktu luang? aku ingin mengajakmu pergi" kataku.

"aku tidak ada kegiatan apapun. Karena sudah kelas 3, kemarin aku dan teman-temanku mengucapkan terima kasih dan selamat tinggal pada klub voli. Adik kelas semua menangis, aku jadi ikutan menangis karena aku benci dengan perpisahan".

"Sebenarnya aku..." ucapku ragu.

"Sebenarnya kamu kenapa? katakan" desak Momo

"ah... sebenarnya aku memang ingin mengajakmu pergi jalan untuk menghibur dirimu setelah menangis karena perpisahan kemarin, hahaha" Ucapku berbohong, dalam hatiku aku takut mengatakan yang sebenarnya.

"Baiklah, Besok aku tunggu di Gerbang sekolah setelah pulang sekolah"kata Momo.

"baiklah kalo begitu" ucapku.


-Keesokan Harinya-

          Kemudian keesokan harinya kami berdua pergi ke atas gunung. Disana kami bercerita hal lucu ketika kami awal saling mengenal. Dan setiap akhir pekan kami selalu pergi bersama selama 3 bulan terakhir itu.


-Hari kelulusan-

           Lalu Hari kelulusan pun tiba, Semua menangis senang bercampur haru. saat acara selesai, mereka semua berfoto sebagai kenang-kenangan. Karena aku tidak terlalu akrab dengan yang lain, aku memutuskan untuk langsung pulang saja. Tetapi tiba-tiba Momo datang dan menarikku. Dia mengeluarkan Handphonenya  seketika lalu kami berdua berfoto, dan foto itu adalah satu-satunya foto kami dan juga yang akan menjadi kenang-kenangan untuk Momo.  Aku sangat bahagia, melihat senyumannya. Lalu teman-temannya yang lain menarik Momo kembali untuk foto, saat itu aku ingin mengatakan padanya tentang kepindahanku ke Tokyo. Tapi, aku tidak ingin menghapus seyumannya saat ini.

          Akhirnya aku pulang. Setelah makan malam, aku mencoba menelponnya untuk memberitahunya. Saat aku telpon, aku mendengar jika dia sedang bersama teman-temannya,

"Halo Ebi, ada apa kamu menelponku?" kata Momo.

"aku ingin menyampaikan ini padamu?" ucapku.

"katakan saja, apa jangan-jangan kau ingin menembakku? hahaha" ucap Momo sambil tertawa.

"bukan! Aku akan pindah ke Tokyo dan tinggal disana, terima kasih untuk waktumu selama ini. Jika tanpa kau aku mungkin akan kesepian. Aku tidak akan melupakanmu" kemudian aku langsung mematikan telponnya.

           Kemudian malam itu dia berkali-kali menelponku, tapi aku tidak sanggup mengangkatnya. Kemudian dipagi harinya, saat aku melihat notifikasi ternyata dia mengirim ucapan selamat tinggal. aku merasa jika dia sudah merelakanku pergi.

BERSAMBUNG.


SILAHKAN LANJUTKAN MEMBACA

Silahkan Follow Ig : Dimasadiyoga

Silahkan VOTE setiap chapter cerita ini, sebagai bentuk dukungan kalian kepada Author.

Jangan sungkan memberi komentar baik ataupun kritik serta saran yang membangun.

Identitas Musim PanasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang