Pagi diawal bulan Desember.
Salju mulai turun, berita di televisi memprediksi hari ini akan turun salju lebat menjelang sore hari nanti. Seperti biasa, aku bangun dan melihat keluar jendela. Lagi-lagi semenjak aku bertengkar dengan temanku, Jendela kamar Mizu selalu tertutup. Aku mengambil pakaian yang tergantung di belakang pintu kamarku dan bersiap untuk membuat bekal makan siangku. Setelah itu, aku mengambil tas, dan bergegas berangkat.
Ketika aku hendak mengunci pintu rumahku, aku melihat Mizu di depan pintu rumahnya. Mata kami saling bertatapan, namun kami hanya terdiam dan tidak saling menyapa. Dia berjalan lebih dulu, sedangkan aku berjalan dibelakangnnya.
Sesampainya disekolah dan hendak memasukan sepatuku, lokerku kembali dirusak. Loker sepatuku hanya berisi gumpalan kertas yang aku tahu dari kelas lain yang masih membenciku. Aku tetap mengabaikannya dan membuang sampah-sampah tersebut. Dikelas semua kembali normal, tidak ada yang berbeda. Sedangkan Mizu dan Momo mereka berdua masih saling diam satu sama lain.
Sepulang sekolah, aku melihat Momo berdiri depan loker sepatuku. Saat aku menghampirinya, dia langsung meminta maaf padaku, karena Momo merasa semua yang terjadi padaku adalah salahnya, dan membuat satu sekolah membenciku.
"Ebi, ada yang ingin aku katakan padamu" ucap Momo, kemudian iya lanjut berkata
"Aku ingin minta maaf padamu, aku merasa semua hal yang terjadi belakangan ini padamu itu semua karena salahku".
Aku tetap diam dan mecoba meletakan sepatuku dilokerku.
"Aku tidak ingin seperti ini. Aku merasa tersiksa. Tidak sepantasnya kau menerima lebih dari ini" ucapnya dengan mata yang berkaca-kaca.
"Sudah, lupakan saja" Ucapku.
"Apa kau benar-benar memaafkanku?" Tanya Momo
"Iya" aku segera pergi keluar.
"Bisakah kita seperti dulu lagi Ebi?" Tanya Momo Lagi.
"Sebaiknya tidak, aku tidak ingin ada yang tersakiti lagi karena sikapku ini" Jawabku
"Tapikan..."
"Aku belum bias mengontrol emosiku ini, jadi untuk sementara waktu aku ingin menjauh dari siapapun, kecuali.." ucapku terhenti dan kembali berjalan.
"Tunggu Ebi, Kecuali siapa?"
"Sudahlah, jangan pernah mengobrol padaku lagi"
Sesampainya dirumah
"Hai kak Ebi!" pesan muncul dari Hana.
"Hai Hana, hari ini aku tidak melihatmu. Apa kamu sakit?"
"ehmmm, bukan kok. Hanya malas saja"
"Apa perlu aku datang menjengukmu?"
"Tak usah repot-repot. Dirumahku berisik"
"Mengapa tiba-tiba ngechat aku?"
"Ehmmm, Aku ingin pergi jalan-jalan"
"Jalan-jalan? Kemana?"
"Kemana aja deh. Kak Ebi mau nemenin aku gak?"
"Kapan?"
"Sekarang aja deh kak"
"Kok mendadak?"
"Lagi males dirumah"
"Yauda aku tunggu di Halte biasa ya?"
"Oke, 30 Menit lagi ya kak"
Setelah itu aku dan Hana pergi ke café karena ingin mengobrol santai. Saat aku masuk, aku melihat Mizu sedang duduk bersama Ryo. Saat aku melewati mereka, mereka hanya menatapku tanpa menyapa sedikitpun. mereka merasa aku seperti orang asing. Lalu aku dan Hana duduk lumayan jauh dari mereka.
"Mengapa mereka bersikap kayak gitu ya ke Kakak?" Tanya Hana
"Biarkan aja Han, Semua ini salahku juga"
"Tapi aku ngerasa kalo kakak gak salah. Kakak ngomong jujur tentang perasaan kak Ebi ke mereka kok"
"Ya Semoga aja mereka mau maafin aku"
Setelah beberapa lama di café, aku mecoba bertanya tentang hidupnya dan keluarganya
"Han, Aku boleh nanya sesuatu gak? Soal hidupmu?
"Egmmm, Tanya aja kak. Gapapa kok"
"Kamu berapa bersaudara?"
"Berapa yaaa??? Satu." Jawab Hana dengan lama
"Kakak atau Adik?"
"Kakak"
"Seperti apa Orangnya?"
"Seperti Kak Ebi. Suka gak jelas gitu, kadang marah, kadang baik. Tapi aku sayang"
"Kapan-Kapan kenalin aku dengan kakakmu itu ya?"
"Ehmm... tapi sayangnya dia sedang tidak disini"
"Dia diluar kota? Bekerja?" tanyaku
"Ehmmm aku gak tau"
"Mengapa gak tau? Kan dia kakakmu?"
"Aku bilang gak tau ya gak tau!!!" Ucap Hana dengan nada Emosi.
"Maaf kak, sampai membentak kakak"
"Iya gapapa. Yauda gak usah bahas itu lagi deh"
Setelah itu, kami berdua terdiam. Aku melihat Mizu dan Ryo pergi keluar café. Aku memperhatikan mereka dan mengabaikan Hana.
"Kak Ebi masih suka sama Kak Mizu?"
"Eh, Gimana?"
"Tuh kan, kakak belum move on?"
"Move on? Udah dong"
"Tapi aku ngerasa kalo kak Ebi cemburu ngeliat mereka berdua"
"Sudah...sudah.... Jangan dibahas lagi hahaha" ucapku sambil tertawa untuk mengalihkan pembicaraan.
Setelah itu aku dan Hana pergi keluar. Saat aku hendak mengantarnya pulang. Hana melarangku dan ingin pulang sendiri. Itu membuatku menjadi penasaran tentang hidupnya.
BERSAMBUNG >>>
KAMU SEDANG MEMBACA
Identitas Musim Panas
Teen FictionKisah Ebi yang datang dari Indonesia dan bersekolah diJepang, dan dari tidak mempunyai teman sampai dia harus kehilangan ingatannya dan menjadi orang yang berbeda.