Chapter 12 - Kebahagian Mizu dan kekesalan Momo

37 4 0
                                    

          Seperti biasa aku selalu tidur diatas gedung sekolah pada saat jam pelajaran, aku merasa mulai bosan dengan kehidupanku ini. Aku merasa semua sudah berubah, aku juga merasa jarak Antara aku dan teman-temanku mulai semakin jauh. Aku yang biasanya berkumpul sengan mereka, kini lebih suka menyendiri dan tidak ingin diganggu oleh siapapun.

Tapi, ketika aku sedang asik tidur diatas gedung sekolahku.

Tiba-tiba ada suara langkah kaki mendekatiku. Aku pikir itu Hana, karena hanya dia yang tahu jika aku ada diatas ketika sedang bosan.

Suara langkah kaki itu semakin dekat dan mulai berjalan cepat. Dan "Bwarrr...." Tubuhku basah karena diguyur air. Aku langsung tersentak bangun dan ingin marah "Kau ini!!!!" sambil berdiri dengan emosi karena aku merasa terganggu.

Saat aku melihat orang tersebut, aku kaget. Ternyata yang menyiramku adalah Mizu, teman sekelasku dulu.

"Sudah cukup! Aku muak dengan tingkah lakumu Ebi." Ucap Mizu dengan keras.

"Apa salahku? Lebih baik kau pergi dari sini. Aku tidak ingin marah padamu karena telah menyiramku" ucapku dengan pelan.

"Kau ini ya! Semenjak hari itu, kau mulai berubah. Momo juga begitu, aku lelah dengan semua ini! Aku ingin kita bersama-sama seperti dulu. Momo sekarang jadi orang yang pendiam dan sudah tak ada senyuman lagi di dirinya. Padahal dia orang yang paling ceria sejak mulai masuk ke sekolah ini." Ucap Mizu sambil berlinang air mata.

"Aku pikir lebih baik seperti ini. Aku sudah bosan dengan hidupku." Ucapku sambil berjalan ke ujung gedung.

"Cukup Ebi, aku tidak tahu apa yang terjadi pada kalian berdua. Padahal Momo adalah orang yang paling ingin kau menjadi seperti dulu, ketika kau kehilangan ingatanmu. Dia ingin kau mengingat masa-masa SMP kalian berdua tidak pernah terlupakan." Ucap Mizu sambil menangis.

....

"Jika aku mati, tolong hibur kakakku ya! Aku orang yang paling tidak ingin dia menangis." Sambil berjalan melewati pagar diatas gedung.

"Apa kau sudah gila? Apa yang akan kau lakukan? Cepat kembali kesini Ebi!" Teriak Mizu.

"Senang pernah berteman denganmu Mizu, walau aku hanya sedikit mengingat kenanganmu dikepalaku ini. Tapi yang aku tahu, kau adalah orang yang baik." Ucapku sambil berdiri ditepi gedung dan menutup mataku.

"Cepat kembali! Aku tidak ingin melihatmu mati didepanku seperti ini." Ucap Mizu menangis sambil memohon agar aku tidak melompat dari atas gedung.

"Semua sudah terlambat." Ucapku.

"Aku tidak ingin kau mati dulu Ebi sebelum kau jadi pacarku!" Ucap Mizu.

"Apa yang kau bilang?" sejenak diriku terdiam dan mundur selangkah dari tepi gedung.

"Aku sangat menyukaimu. Aku mohon, berpacaranlah denganku walau hanya sebentar." Ucap Mizu.

(diriku terdiam, entah kenapa aku tidak jadi ingin melompat)

Lalu kemudian, dari belakang Mizu berlari cepat dan langsung memelukku dari belakang.

"Aku mohon Ebi" ucap Mizu.

Setelah itu, aku perlahan berbalik badan dan memegang pundaknya.

"Sudah, jangan menangis. Aku tidak suka jika seseorang menangis karena aku" ucapku pelan kepada Mizu sambil tanganku mengusap air matanya.

"Ayo kita turun, lebih baik kau masuk kelas." Ucap Mizu yang masih menangsi.

"Iya-iya..." ucapku (aku bingung, aku merasa bahagia ketika Mizu bilang kalau dia menyukaiku.)

Lalu kami berdua kembabi turun dan masuk kekelas kami masing-masing."

"Kringgg....!!!" Bel pulang sudah berbunyi.

Aku segera merapikan tasku, dan berjalan menuju kelas Mizu.

Aku berdiri didepan pintu dan menunggunya. Ketika Mizu melihatku, dia langsung tersenyum dan berlari menuju arahku. Mizu langsung memegang tanganku. "ayo kita pulang sekarang" ucapku.

Kemudian tiba-tiba dari belakang, Momo menabrak bahu Mizu sambil berkata "jangan menghalangi jalan orang lain" dengan wajahnya yang terlihat kesal.

"Maaf" ucap Mizu pada Momo.

Momo langsung bergegas pergi dan menghiraukan ucapan Mizu.

Keesokan harinya,

Mizu membawakan 2 bekal untuk diriku dan dirinya, karena dia tahu jika aku selalu makan siang dengan roti yang kubeli dikantin.

"kringgg..." bel istirahat berbunyi.

Mizu bersiap untuk pergi makan siang denganku. Mizu mengeluarkan bekal itu dan meletakannya diatas mejanya. Lalu tiba-tiba lagi, dari belakang Momo sengaja menabrak meja Mizu dan membuat salah satu bekal Mizu terjatuh kelantai.

Mizu segera membersihkannya agar bisa memberiku bekal lainnya padaku. Lalu aku yang merasa jika Mizu tidak datang-datang segera mendatangi kelas Mizu. Aku melihat dia sedang membereskan bekal yang terjatuh itu.

"Apa yang kau lakukan?" tanyaku pada Mizu.

"Oh, tidak apa-apa. Aku tadi tidak sengaja menjatuhkannya. Padahal aku sengaja membuat bekal ini untukmu, hahaha" ucap mizu sambil tertawa.

"Sudah-sudah, biar aku saja. Cepat pergi dan cuci tanganmu sana"

"Baiklah, terima kasih"

Kemudian Mizu segera keluar dan pergi mencuci tangannya.

Setelah itu Mizu kembali ke kelas.

"Ayo makan berdua denganku!" ucapku

"Ah, tidak-tidak. Untukmu saja"

"Ayolah, tangaku kotor. Jadi tolong suapin makananku"

"Baiklah"

Lalu akhirnya kami makan berdua, dan teman-teman sekelas Mizu mulai melirik dan membicarakan aku dan Mizu. Mereka ingin tahu dengan hubungan kami, apakah kami sudah pacaran atau belum.

Setelah selesai makan, aku kembali pergi keluar untuk mencuci tangan dan kembali kekelasku.

"Terima kasih untuk bekal hari ini, aku suka dengan masakanmu" ucapku pda Mizu.

Ketika aku keluar, murid-murid perempuan di kelas Mizu langsung mendatangi mejanya

"Apa kalian sudah pacaran?"

"Sejak kapan kalian pacaran?"

"kalian sangat romantis tadi, ketika kau menyuap makanan ke Ebi"

"kalian sangat cocok!"

Mizu hanya tersenyum, "sudah-sudah, yang pastinya aku sangat bahagia hari ini"

Disisi lain, Momo terlihat kesal dengan Mizu yang semakin dekat denganku. Momo berpikir bagaimana cara merusak hubunganku dengan Mizu. Momo berpikir, padahal yang dari dulu menyukai Ebi adalah Momo. Mengapa Ebi harus memilih Mizu?


SILAHKAN LANJUTKAN MEMBACA

Silahkan Follow Ig : Dimasadiyoga

Silahkan VOTE setiap chapter cerita ini, sebagai bentuk dukungan kalian kepada Author.

Jangan sungkan memberi komentar baik ataupun kritik serta saran yang membangun.

Identitas Musim PanasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang