"Hari ini aku akan kembali kesekolah" ucapku dalam hati sambil menghela nafas panjang.
Hari ini aku akan masuk seperti biasa, walau aku yakin banyak temanku yang sangat membenciku saat ini. Aku sadar, apa yang telah aku lakukan itu salah. Aku tak ingin merepotkan banyak orang lagi. Aku tak ingin membuat seseorang menangis lagi karena diriku.
"cling..." suara bunyi bergetar dari handphoneku yang ada disaku celanaku.
Saat aku melihat, ternyata ada notifikasi yang masuk. Ya, itu dari kakakku. Dia berkata "Selamat pagi adikku" padaku. Aku merasa ini adalah awal hari yang baik bagiku. Aku bergegas keluar rumah sambil mengunci rumahku. Aku berjalan dan berhenti tepat didepan rumah Mizu, sang ketua kelas yang saat ini pasti membenciku karena sikap bodohku. Saat aku berdiri dan melihat jendela kamarnya. Tiba-tiba terdengar "Aku berangkat!" suara Mizu yang hendak pergi sekolah. Saat dia keluar rumah, aku tersenyum padanya, namun dia mengabaikanku dan segera menjauhiku. Aku sadar dia akan melakukan hal ini. Kemudian aku lanjut berjalan kesekolah.
Angin berhembus kencang, membuat tubuhku kedinginan. Ya, ini bulan desember. Sebentar lagi akan turun salju, mungkin akhir Desember ini atau awal tahun nanti. Tak terasa sebentar lagi aku akan kelas 3 dan masa sekolahku akan berakhir. Aku berharap membuat kenangan yang tak terlupakan dan kesan manis kepada teman-temanku.
Sesampainya disekolah
Aku berdiri didepan pintu gerbang sekolah, banyak murid yang lewat dan memperhatikanku. Akhir-akhir ini aku cukup terkenal, bukan karena prestasi tetapi karena sensasi yang telah kubuat. Mulai dari sampah bagi murid cewek sampai berandalan yang hamper menghancurkan kelas.
Kakiku mulai melangkah masuk, dengan ragu-ragu. Namun dari belakang seseorang mendorongku.
"Selamat pagi kak!" Saat aku menoleh kebelakang, ternyata suara Hana sambil tersenyum padaku.
"Hana.." Ucapku sambil kaget.
"Ayo masuklah, lupakan masa lalu yang tidak penting itu"
"Tapi..."
"Tapi kenapa kak? Buat dirimu yang baru. Tahun depan kau akan naik kelas 3. Buat kesan manis pada temanmu."
Kemudian, sesampainya dikelas. Aku langsung berdiri didepan kelas, semua teman sekelasku menatapku.
"Aku minta maaf atas kesalahanku" Ucapku dengar keras.
"Aku tau kalian kesal dan benci padaku. Kemarin itu aku hanya terbawa emosi, aku tak sanggup menahannya lagi." Ucapku sambil menunduk kearah mereka.
Aku melihat teman-temanku tersenyum dan mulai mendekatiku dan memelukku. Aku menangis saat itu juga.
"Sudahlah, kami memaafkanmu"
"Jangan menangis"
"Maafkan kami juga telah membuatmu marah"
"Kami juga salah"
Namun berbeda dengan teman sekelasku, sahabatku justru tidak memaafkanku. Mereka masih menjauhiku. Saat bertemu Momo di Kantin, dia malah berjalan melewatiku tanpa melirikku seperti kami tidak saling mengenal padahal dia dulu sangat menyukaiku. Kemudian saat bertemu Ryo di koridor dia asik bercanda dengan teman basketnya sambil menabrak bahuku, walau sebenarnya Ryo bukanlah orang yang mudah marah pada orang lain, namun jika ada yang membuat Mizu menangis dia pasti tidak akan memaafkannya. Dan yang terakhir, Mizu. Orang yang paling tersakiti karena diriku. Saat aku bertemu dia, dia sama sekali menjauhiku. Bahkan saat aku menarik tangannya dan ingin meminta maaf, dia langsung berkata "Dasar menjijikkan" sambil melepaskan peganganku.
Saat itu aku merasa hancur. Hana juga sedikit menjauh, karena aku yang menyuruhnya. Agar dia tidak ikut terkena masalahku. Disekolah, aku bahkan bukan hanya dibenci murid kelas lain, tapi para guru juga. Guru-guru itu menyuruhku ini itu yang membuatku kelelahan, meski aku tidak melakukan kesalahan.
"Ebi, angkat kursi ini kelantai atas"
"Ebi, bantu angkat buku keruangan saya"
"Ebi, bersihkan toilet sekarang"
Satu-satunya tempat yang bisa aku datangi selain atap sekolah adalah perpustakaan sekolah. Disana aku membaca buku, menenangkan pikiran, mendengarkan lagu, tempatku tidur siang, dan juga tempatku menulis cerita-cerita keseharianku. Sebenarnya perpustakaan bukan tempat yang sepi, karena banyak murid yang pergi untuk mengerjakan tugas mereka disana. Tapi perpustakaan hanya ramai ketika hari senin sampai kamis saja, dihari jum'at dan sabtu hanya beberapa orang saja yang pegi keperpustakaan. Setiap jam istirahat, aku pasti akan pergi ke perpustakaan. Karena pintu menuju keatap sekarang sudah dikunci, aku tidak bisa lagi pergi keatap sekolah. Bagiku Perpustakaan juga tempat yang damai, tanpa ada orang yang berisik.
"Ahh... disini memang tampat yang paling cocok untukku" ucapku dalam hati sambil melihat keluar jendela.
Saat itu aku melihat Ryo dan Mizu lewat dan terlihat sangat akrab. Pasti Ryo sangat bahagia bisa berjalan dengan Mizu. Ryo idola para murid perempuan di sekolah berjalan bersama Mizu sang ketua pintar dan cantik. Aku juga ikut merasa bahagia melihatnya, namun disisi lain aku merasa sedih tidak bisa bersama mereka seperti dulu lagi.
Bukan hanya mereka berdua. Momo yang ceria, justru sekarang terlihat dingin dan tidak peduli kepada siapapun. Disekolah aku selalu melihat dia berjalan sendirian sambil menggunakan headphone kemanapun dia pergi.
Saat aku melihat handphoneku, ternyata semua sahabatku telah memblokir kontakku. Jadi aku tidak berhubungan dengan mereka lagi. Ya mungkin aku pantas mendapatkan ini sebagai hukumanku karena telah menyakiti mereka.
Ketika aku pulang sekolah, tiba-tiba salju turun, padahal tidak biasa diawal bulan seperti ini. Aku berjalan santai diiringi salju yang perlahan turun. Saat menuju kearah pulang, aku berhenti didepan taman dan masuk kesana. Aku duduk dan bermain ayunan sendirian. Padahal aku lupa memakai jaket, jadi bajuku sedikit basah karena salju. Walau begitu aku tetap senang.
BERSAMBUNG >>>
KAMU SEDANG MEMBACA
Identitas Musim Panas
Fiksi RemajaKisah Ebi yang datang dari Indonesia dan bersekolah diJepang, dan dari tidak mempunyai teman sampai dia harus kehilangan ingatannya dan menjadi orang yang berbeda.