[24] TIANG BENDERA DAN PAK MARCELLO

1.5K 90 39
                                    

Awalnya dia akan membuatmu merasa spesial. Kemudian dia membuatmu merasa nyaman. Setelah itu dia akan membuatmu merasa dibutuhkan.

Dia bisa hilang tanpa pamit dan pertanda, dan menyisakan kau yang bertanya-tanya.

-Shanum Nafizza Grizella

****

Pagi ini tepat di depan tiang bendera terdapat ke-empat siswa yang tengah berdiri dibawah teriknya sinar mentari pagi. Seorang guru yang dari tadi mundar-mandir sedang memarahi ke-empat siswa itu hingga diam dan merunduk.

"Kalian ini, kapan berubahnya, sih?! Baru kelas 10 kerjaannya udah bikin onar aja! Apalagi kamu, Bintang! Asik bolos terus, datang siang, kalau enggak, ya, berantem terus! Enggak bosen kamu diomelin Bapak? Enggak capek, hah?!"

"Enggak, Pak." Bintang menjawab dengan begitu santai.

Digo yang berdiri seorang diri di koridor atas kelasnya hanya tertawa memperhatikan teman-temannya yang kebetulan tengah dihukum di bawah sana. Sebenarnya tadi Digo memang sengaja kembali ke sekolah karena lelaki itu tidak mau bolos seperti yang dikatakannya.

Namun ternyata Digo malah melaporkan ke satpam dan guru yang kebetulan piket hari ini bahwa teman-temannya tengah bolos dan berada di warung belakang sekolah, warbud. Dengan segera guru dan satpam itu pergi ke belakang sekolah untuk menemui siswa-siswanya yang bolos. Sedangkan Digo ia bebas dan bisa membawa masuk motornya yang tadi dihalangi oleh gerbang karena ia tidak boleh masuk, telat.

Sesampainya guru itu di sana ia langsung menjewer telinga Bintang yang baru saja membuka baju seragam dan menyisakan kaus hitam polos yang melekat ditubuhnya. Tapi tidak dengan Althaf, lelaki itu langsung lari masuk ke dalam rumah Bu Ida lalu bersembunyi di bawah meja ruang tamu agar tidak ketahuan bolos. Yang ada usahanya malah tertangkap oleh mata satpam dan langsung menyeret Althaf keluar.

"Berarti Pak, kalo bukan kelas 10 boleh buat onar dong?" tanya Althaf dengan polosnya pada Pak Marcello.

"Kamu ini malah salah mengartikan! Makanya dengarkan baik-baik Althaf Reynand!" jawab Pak Marcello sambil melotot. "Kamu lagi Bintang! Lagi Bapak kasih tahu malah ngeliatin ke atas! Memangnya ada apa di atas?!"

"Kepo banget, Pak."

"Ngejawab lagi kamu! Udah salah ngejawab lagi. Enggak sadar diri banget."

"Bapak tanya, ya, saya jawab, Pak."

"Diem aja kamu sampai saya selesai ngomong. Dasar enggak sopan! Enggak punya etika kamu?! Sekolah mahal-mahal, kelakuan rendahan. Jangan bikin malu sekolah!"

Semua hanya diam dan berharap omelan Pak Marcello akan cepat berakhir. Namun yang ada Bintang malah melangkahkan kakinya berdiri di hadapan Pak Marcello.

"Kelakuan saya emang minus, Pak. Tapi saya enggak serendahan yang Bapak pikir." seru Bintang menatap sinis Pak Marcello dihadapannya lalu melenggang pergi.

"Pak, Althaf mau ikutin Bintang ya, Pak. Assalamualaikum!" Althaf lari dari hadapan guru itu sambil mengambil tas dirinya dan juga Bintang yang terkapar di lapangan sekolah.

"Varo kan cinta damai, Pak! Jadi daripada ada keributan mending Bapak bebasin kami dan kami akan segera kabur ke kelas," ucap Varo tersenyum melihat wajah Pak Marcello yang sudah kesal habis-habisan. "Kaaaboooorrrr!" Varo menirukan gaya superman.

****

Fizza berjalan menghampiri kedua temannya yang sedang memperhatikan lapangan. Dilihatnya siapa yang ada dilapangan tersebut oleh Fizza, di sana Fizza langsung mendapati wajah Bintang yang menatap Fizza dengan wajah memelas. Fizza bingung dengan maksud lelaki itu, jadi Fizza pergi dan mengajak teman-temannya untuk segera pergi ke kantin.

Sabintang AlaskaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang