[35] JAGA DIRI

329 20 14
                                    

Ekspetasiku yang terlalu tinggi tak terpenuhi saat kita terlalu dekat.
Tidak ada kekecewaan yang menghantui, melainkan terkejut dan sadar diri.
Hal itu adalah kekeliruanku, dan kini aku memperbaikinya.
Mungkin terkesan menjaga jarak, tapi sebenarnya hanya untuk menjaga diri.

Agar tak terluka,
agar tak berburuk sangka,
dan agar aku tak melukai balik.

—Bintang Alaska

****

Fizza bangkit dari posisi duduknya, ia meraih kacamata selam dari genggaman Varo. Tanpa memikirkan setiap penuturan yang dilontarkan teman-temannya, Fizza segera menyelam ke dalam lautan tersebut.

Gadis itu terus menyelam kedalam hingga cahaya matahari saja tak begitu berpengaruh ditempat ini karena begitu gelap. Hingga akhirnya ia menemukan Althaf yang melambaikan tangannya membutuhkan pertolongan dari Fizza. Ia pun segera menghampiri Althaf lalu menatap kaki Althaf yang tersangkut pada batu karang.

Fizza terus menarik kaki Althaf, begitupun dengan Althaf. Namun tenaga keduanya tak juga membuahkan hasil. Althaf melirik Fizza dengan tatapan iba. Lelaki itu menarik kacamata selam hingga tabung oksigen yang Fizza kenakan itu terjatuh sampai ke bawah laut.

Melihat perlakuan Althaf yang semena-mena itu Fizza mendorong Althaf dari jangkauannya. Ia sangat panik, bisa-bisa nya Althaf masih kesal dalam keadaan darurat seperti ini.

Fizza merasa dirinya hampir mati. Ia butuh udara untuk bernapas. Matanya mulai memburam, ditambah lagi di kedalaman ini atmosfernya jauh berbeda dari daratan dan suasanya sangatlah gelap. Fizza menengadah ke atas, berharap ada yang menolong keduanya. Hingga beberapa menit lama nya Fizza tak sadarkan diri, tenggelam ke dalam sana.

****

Langkah kaki lelaki itu membawanya berlari menghampiri Fizza, namun sayang lelaki itu tak sempat menggapai Fizza. Gadis itu sudah menyelam ke bawah laut. Bintang tercengang, ia tidak bisa berkutik sama sekali. Ia sangat khawatir jika Fizza tidak bisa kembali.

Tak lama Bintang berniat untuk kembali ke bawah laut. Namun semua teman-temannya menahan Bintang untuk tidak menyelam ke dalam sana. Apalagi sekarang cuacanya tengah hujan dan gelombang air laut juga lumayan tinggi.

Langit semakin gelap dan menimbulkan gemuruh yang memekakan telinga. Bintang semakin panik, sudah setengah jam Fizza tak kembali juga kedaratan. Pikiran-pikiran negatif mulai menghantuinya hingga Bintang tak bisa mengendalikan akal sehatnya.

Bintang pergi ke private room, ia mendapati teman-temannya yang tengah bersenang-senang di dalam sana kecuali kedua teman Fizza, mereka tengah menangis di dalam kamarnya karena mencemaskan Fizza yang hilang begitu saja.

Lelaki itu menatap botol beer yang dipegang oleh Varo, ia melempar beer itu hingga pecah dan berserakan dimana-mana. Varo yang melihat Bintang tengah kesetanan itu langsung meloncat saking kagetnya.

"Bisa-bisa nya lo, temen ilang malah party. Otak doang ada tapi gak dipake. Bajingan lo!"

****

Althaf yang hampir kehabisan oksigen itu mulai menarik kakinya dengan sekuat tenaga. Darah mengalir dari mata kaki nya hingga kulit lelaki itu terbuka. Althaf meringis, ia sangat kesakitan sampai matanya berkaca-kaca. Althaf mau menangis rasanya.

Ia mengitari sekelilingnya hingga matanya menemukan Fizza yang tergeletak tak berdaya. Althaf menghampiri Fizza lalu merengkuhnya.

Ternyata ketika Althaf merengkuh gadis itu, Fizza langsung terbangun dan menatap Althaf bingung. Lelaki itu melepaskan kacamata selam nya lalu memasangkan itu pada Fizza. Althaf sendiri merasakan bahwa dirinya baper melihat Fizza yang begitu manis di dekatnya.

Sabintang AlaskaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang