[17] MENGESAMPINGKAN KHAWATIR

1.3K 98 51
                                    

Kamu percaya sama jatuh cinta pada pandangan pertama?

-Athalla Galena

****

Dingin suhu ac yang baru saja Galen matikan membuat tubuh Fizza semakin menggigil saat dirinya telah selesai mandi dan menghempaskan tubuhnya pada kasur miliknya.

Galen berjalan mendekati kasur Fizza dan menarik selimut sampai menutupi tubuh gadis itu. Lelaki itu tersenyum sebelum akhirnya ia tenggelam di balik pintu kamar Fizza. Lelaki itu pergi.

Setelah melihat dan mengingat perlakuan lelaki itu padanya, Fizza tersenyum tipis dan menarik guling di sampingnya ke dalam pelukannya.

Drrtt.. Drrtt..

Getaran yang berasal dari ponsel milik Fizza yang berada di atas nakas samping tempat tidurnya, membuat gadis itu kembali membuka matanya dan meraih ponsel itu.

0895xxxxx109 is calling...

"Hallo?" ucap Fizza ketika telpon itu berhasil ia angkat.

"Hallo? Ini siapa?" Tak ada jawaban yang terdengar dalam telpon tersebut.

"Gue mat—"

"—Eh hallo, Za, lo udah di rumah?"

Fizza mengerutkan keningnya. Bingung. "Ini siapa?"

"Farhan."

"Ohh, Han, eh— ini gue udah di rumah kok,"

"Oke."

Tutt... Tutt... Tutt...

Telpon itu tiba-tiba saja di matikan sepihak oleh lelaki yang baru saja menelponnya.

Fizza sendiri juga tidak ambil pusing saat menerima telpon dari Farhan dan lelaki itu menanyai keadaannya. Mungkin lelaki itu hanya sekedar ingin tahu saja.

****

Derai tawa yang menghiasi meja kantin yang berada di tengah-tengah murid yang sedang mengantri kelaparan pun terus saja terdengar oleh murid-murid yang berada di sekitaran meja Bintang dkk. Tak jarang banyak siswi yang mencuri pandang pada meja tersebut untuk melihat ketengilan dan yang paling penting adalah pesona ketampanan para laki-laki tersebut.

"Kopi, kopi apa yang jalannya miring?" tanya Althaf pada teman-temannya.

"Kopi kapal api!" jawab Varo antusias.

"Salah bego udah mainstream," Althaf menoyor kepala Varo yang berada di sampingnya.

"Terus apaan?" tanya Varo sambil melirik Althaf.

"Kopiting! Hahahaha," tawa lelaki itu sontak membuat meja itu hening. Semua saling bertatapan sebelum akhirnya Digo memaksakan untuk tertawa.

"Hahahaha, ngakak 4G gue!" Digo memaksakan tawanya sambil menggeprak meja di hadapannya berkali-kali.

"Bisa aja undur-undur malih," sahut Bintang, membuat Althaf melirik pada lelaki itu.

"Tapi kan kopi bos,"

"Bodoamat tap. Lo kepinteran sih jadi bocah," ucap Varo sambil melahap nasi goreng di hadapannya.

"Lah kan bener Roo,"

"Bener-bener." timpal Farhan, membuat Althaf menepuk-nepuk kan tangannya. Gembira.

"Ikan, ik—" ucap Althaf terpotong karena tiba-tiba saja Juliyo datang membawa ukulele sambil nyanyi sendiri.

Sabintang AlaskaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang