[25] TEMAN ATAU LAWAN?

1.3K 85 27
                                    

Salahkan rasaku jika
memaksamu agar tetap di sini?

-Sabintang Alaska

****

Bintang menurunkan kecepatan motornya saat melihat gadis sedang jalan di pinggir halte busway, lelaki itu merasa bahwa ia memang mengenali gadis yang sedang jalan itu. Perlahan mendekat, membuat gadis itu tampak semakin jelas dalam penglihatannya.

Rambut panjang sepunggung, baju kaus pendek berwarna peach, dan celana jeans panjang, membuat Bintang yakin bahwa gadis itu memang gadis yang ia kenali. Lalu lelaki itu memberhentikan motornya dibelakang gadis itu.

Ia berdeham sebelum akhirnya membuka suara. "Gak takut diculik?"

"TOOLOOONGG!!" teriak Fizza yang membelakangi Bintang.

"Sialan," Bintang mengumpat.

"Jangan deket-deket gu—" ucap Fizza terpotong saat gadis itu baru saja membalikkan badannya. "Bi—Bintang?"

"Cepet pulang, telpon supir lo." titah Bintang lalu berjalan menuju motornya. Ia menyalakan mesin motornya sambil menatap Fizza yang masih memperhatikan Bintang.

"Kenapa diem? Gue nyuruh lo nelpon, bukan ngeliatin gue." tanya Bintang membawa motornya mendekati Fizza.

"Gue gak punya pulsa buat nelpon, Bintang," Fizza memelas.

"WhatsApp kan bisa,"

"Supir gue gak punya WhatsApp, handphone nya masih tombol."

"Makanya lo jadi majikan jangan pelit-pelit banget, HP android itu murah. Lo bisa beliin yang mana aja yang penting dia punya WhatsApp," tutur Bintang.

"Kok jadi gue sih?" tanya Fizza menaikkan satu alisnya.

"Serah," jawab Bintang sambil menyalakan mesin motornya kembali.

"Eh tunggu, gue belom naik!" Fizza menahan tangan Bintang.

"Siapa bilang gue mau nganterin lo pulang?" tanya Bintang, membuat Fizza menarik tangannya dan menunduk. "Orang yang tadi nganterin lo pulang kemana? Sengaja mau bikin lo jadi gelandangan?"

"Enak aja! Kalo ngomong itu dijaga!" Fizza kesal.

"Omongan aja gak bisa gue jaga, apalagi lo." celetuk Bintang lalu terkekeh.

"Maksudnya gimana? Gue cuma mau minta tolong lo buat anterin gue pulang, emang masalah banget ya, buat lo? Kalo masalah, seenggaknya lo minjemin handphone lo buat sekedar gue nelpon supir gue," Fizza kembali menatap Bintang.

"Gak perlu, Za. Cukup ceritain aja gimana lo bisa ada di sini. Untung aja gue pulangnya lewat sini dan kebetulan gue liat lo, kalo enggak? Lo mau digodain preman-preman di sini terus diculik?" Mata Bintang perlahan mulai menghangat menatap Fizza.

"Gue tadi minta diturunin Farhan, terus gue naik baswey. Tapi yang ada gue diturunin di halte itu," Fizza menunjuk halte baswey dengan telunjuknya. "Padahal rumah gue masih jauh banget." lanjutnya lalu terkekeh.

"Kenapa diturunin?"

"Gak apa-apa,"

"Kalo gak apa-apa, mana mungkin diturunin, Fizza." tegas Bintang.

"Hehe iyaa, tadi gue adu argumen sama cowok. Terus karena orang disekitar itu merasa risih sama kita, jadinya kita diturunin," Fizza kembali terkekeh.

Ada desiran hangat dalam dada Bintang saat melihat Fizza terkekeh dihadapannya. Tidak ada lagi Fizza yang berjalan menjauhinya dan memunggunginya. Sekarang Fizza yang berada dihadapannya lebih hangat seperti pertama kali bertemu.

Sabintang AlaskaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang