[21] KENAPA DATANG LAGI?

1.3K 83 17
                                    

Hanya bisa diam, tanpa tahu
bagaimana mengungkapkan
rasa sesak dihati ini.

-Sabintang Alaska

****

Galen memperhatikan Fizza yang sedari tadi berdiam diri di pinggir kolam dengan kaki yang sengaja ia sila. Galen bingung karena Fizza terus saja terlarut dalam kesedihannya. Gadis itu juga tidak mau makan, padahal Galen sudah menawarkan apapun. Bahkan Galen berjanji akan membelikan apapun yang Fizza inginkan jika gadis itu mau makan.

Galen berjalan menghampiri Fizza dan duduk di samping gadis itu. Ia menolehkan kepalanya menatap Fizza yang sedang menundukkan kepalanya. Galen tersenyum tipis sebelum mulai membuka suara.

"Za, are you okay?" tanya Galen, di jawab dengan anggukan singkat oleh Fizza.

"Gue sedih lihat kamu kaya gitu, Za," lanjut Galen.

Tidak ada jawaban dari Fizza. Gadis itu malah menggeser posisi duduknya dua jengkal menjauhi Galen. Namun Galen tidak keberatan, ia masih saja terus tersenyum.

"Kamu masih gamau makan, Za? Nanti sakit loh. Kalo kamu sakit nanti gak bisa ketemu Bintang loh. Nanti kalo gak ketemu Bintang kamu kangen loh," Galen berusaha menggoda Fizza.

"Kamu sukanya apa? Nanti gue belikan deh yang banyak. Mau es krim? Mau coklat? Atau mau apa? Es krim mau ya? Nanti gue belikan sepuluh."

Fizza tertawa hambar lalu melirik Galen yang duduk di sampingnya. "Sini,"

Galen dengan cepat menghampiri Fizza dengan senyum semangat di wajahnya. "Fizza mau makan nih??"

"Bisa dengerin gue dulu?" tanya Fizza, menatap manik mata Galen.

"Boleh, kamu mau cerita apa?"

"Kalo gue pergi ninggalin Bintang salah gak sih, Gal?" tanya Fizza lagi. Namun Galen hanya diam memperhatikan Fizza melanjutkan perkataannya.

"Galen? Jawab dong jangan diem aja," ucap Fizza.

"Gue kayanya emang harus ninggalin Bintang ya, Gal. Gue pergi ninggalin dia buat bikin dia sadar karena udah menyia-nyiakan seseorang yang tulus sama dia."

"Tapi apa itu bakal beneran terjadi, Gal? Gue takut gak sanggung kalo gue tiba-tiba ketemu dia, gue malah diem aja sedangkan gue suka nyapa dia. Apa dia seneng kalo di sapa sama gue, Gal? Kayanya dari kelakuan dia ke gue itu, dia pengen banget gue pergi ya? Bahkan dia bilang kalo gue ini nyusahin dia.."

"Jadi kalo gue ninggalin Bintang, Bintang bakal seneng-seneng aja dong gak bakal nyari gue?" Fizza tertawa hambar.

"Kamu jangan berharap dia bakal nyari kamu," ucap Galen, membuat Fizza kembali menatap Galen.

"Kenapa?"

"Karena kalau kamu berharap, hal itu gak bakal terjadi. Kamu bakal kecewa, Za." sahut Galen, tersenyum tipis.

"Kalo lo jadi gue, apa lo bakal lakuin hal yang sekarang gue lakuin?"

"Maksud kamu hal semacam apa?"

"Gue ngejar Bintang, contohnya."

"Enggak, Za. Kalau gue cewek, gue gak bakal mau ngejar-ngejar cowok kaya gitu. Gue lebih baik diam dan menunggu jodoh gue datang dengan sendirinya."

Fizza diam. Tidak ada lagi sepatah kata yang keluar dari mulut gadis itu. Ia kembali termenung memikirkan banyak hal. Sedangkan Galen, ia masih saja setia duduk di samping Fizza sampai gadis itu mau beranjak dari tempat tersebut.

Sabintang AlaskaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang