[32] TIDAK NYAMAN

1.3K 66 48
                                    

Dengan segala perasaan ku untukmu,
dengan segala keinginan ku menjadi milikmu,
dengan segala harapan yang selalu itu untukmu,
aku cuma mau bilang,
maaf sudah membuat mu tidak nyaman.

—Sabintang Alaska

****

Pagi ini Bintang tengah tertidur dibangku pojok kelasnya. Semalam ia tidak pulang ke rumah karena dirinya baru saja terlibat perkelahian dengan sekolah tetangga. Hanya dirinya sendirilah yang menjadi bahan keroyokan para siswa-siswa brutal tersebut. Dengan badan yang kurang sehat dan pikiran yang sangat kacau, baru kali ini, Sabintang Alaska di kalahkan oleh musuhnya sendiri. Entah Bintang terlalu banyak memikirkan Fizza, atau tubuh lelaki itu yang kurang stabil.

Bintang membalikkan badannya, memperbaiki posisi tidurnya. Ia meraung kesakitan tiap kali badannya bergerak. Terbukalah kedua mata tajam lelaki itu. Ia melihat ada pancaran sinar matahari yang menembus jendela kelasnya. Dilihat lah jam di pergelangan tangannya sambil mengucak satu matanya.

Di sana tertera pukul 06:41 tapi anehnya belum ada siswa-siswa yang memasuki kelasnya. Bintang beranjak dari posisi tidurnya. Ia duduk menyender pada tembok lalu memijit pelipisnya.

Melihat darah segar yang mengalir dimana-mana, Bintang memutuskan untuk pergi ke Warbud dan mengobati luka-luka tersebut. Ia mulai berjalan dengan gontai dan mata yang sedikit rabun menuju keluar kelas. Tidak peduli dengan tas yang ia tinggal di dalam kelas.

Saat dirinya telah sampai di gerbang sekolah, Bintang melihat Fizza yang baru saja di antar oleh kekasihnya, Galen. Fizza tengah tersenyum dan melambai-lambai kan tangan nya pada Galen.

Bintang tersenyum tipis. Rasanya ia bahagia bisa melihat Fizza ceria seperti itu. Namun tiba-tiba saja logikanya seakan berkata bahwa, Fizza akan lebih bahagia bila bersama nya. Dengan langkah gontai itu, Bintang berjalan mendekati Fizza.

****

Ketika turun dari mobil Galen, Fizza merasa hari-harinya semakin berwarna meskipun Bintang telah pergi dari hidupnya. Namun, walaupun begitu, Bintang tetap berarti dalam hidupnya. Lelaki itu adalah lelaki yang siap kapanpun untuk menjaga Fizza dari orang-orang jahat diluar sana.

Sedangkan Galen, ia hanyalah lelaki kaku yang selalu tersenyum dan tidak banyak berbicara, walaupun terkadang lelaki itu selalu tiba-tiba memberi kalimat-kalimat melankolis kepadanya.

Fizza tersadar dari lamunannya. Ia lupa bahwa Galen sebentar lagi akan pergi ke sekolahnya. Fizza pun tersenyum dan melambaikan tangannya pada Galen yang tengah unjuk gigi pada Fizza. Lelaki itu terlihat semakin tampan setiap harinya.

Tadi Fizza sempat memberi Galen sekotak bekal dengan isi nasi goreng buatan Bunda nya. Namun gadis itu memberitahu pada Galen bahwa bekal itu Fizza yang membuatnya khusus untuk Galen. Padahal Fizza sendiri tidak mau repot-repot membuang waktunya untuk hal yang terbilang buang-buang waktu.

Walaupun Galen sudah cukup membuat hari-hari nya penuh makna. Namun Fizza tetap saja tidak bisa membuka pintu hatinya untuk Galen. Mau perlahan atau bagaimanapun, jika akhirnya tetap dipaksakan. Fizza tetap tidak mau. Karena ia masih merasa bersalah pada Bintang.

"Hey, cewek yang berdiri di gerbang," panggil seseorang di belakang Fizza. Mendengar perkataan tersebut, membuat Fizza ingat pada insiden sebelum dirinya mengenal Bintang. Fizza penasaran dengan seseorang yang memanggil namanya, ia pun berniat untuk membalikkan badannya.

Sabintang AlaskaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang