[29] MEMUSINGKAN

1.3K 71 18
                                    

Lalu, apa yang terjadi?

Besok, akan ku terima semua yang datang.

Akan ku lepaskan yang memang tak ingin tinggal.

-Sabintang Alaska

****

Kurang lebih empat hari, Fizza tak lagi bertegur sapa dengan Bintang. Ia selalu melihat lelaki itu tengah bercengkrama dengan teman-temannya namun tak pernah terlihat sedikit pun jika lelaki itu menyadari keberadaannya. Bahkan saat teman-teman Bintang menggoda Fizza, lelaki itu tidak berusaha untuk menatap Fizza yang tengah memperhatikan Bintang.

Mungkin lelaki itu benar-benar melepaskan Fizza? Atau Bintang sudah ada yang lain?

Belum lama Fizza sempat mendapat berita bahwa Bintang dikabarkan dekat dengan seorang gadis yang empat hari kebelakang sempat satu meja di kantin dengan Bintang. Fizza juga pernah melihat Bintang di parkiran sekolah sedang membawa motornya dengan gadis itu dibelakangnya.

Terkejut, sesak, itu pasti. Fizza ingin melarang Bintang untuk tidak melakukan hal yang selalu Bintang lakukan sepulang sekolah, mengantar gadis itu pulang. Namun, apa daya? Bintang hanyalah teman untuk Fizza. Teman yang perlahan mulai menjauh dan memilih gadis lain untuk dijadikan bahan pelampiasan. Apakah itu benar?

Namun kini, lelaki yang sedari tadi menjadi topik menarik dalam pikiran Fizza berada di hadapannya. Ia sedang memainkan ponselnya di kursi teras rumah Fizza. Entah bagaimana lelaki itu bisa ada di sini karena setahu Fizza, motor lelaki itu tidak ada diperkarangan rumah.

"Bintang, lo gak salah rumah kan?" tanya Fizza memastikan, sedikit bercanda.

Bintang hanya melirik Fizza sekilas lalu kembali memainkan ponselnya. Lelaki itu tak peduli dengan Fizza yang berada di hadapannya. "Bintang," panggil Fizza lagi.

"Gue disuruh ke sini ama Galen," jawab Bintang tanpa menatap Fizza.

Gadis itu terkejut, ia mengumpat dalam hatinya. "Kok bisa?"

"Katanya nyokap lo gak bakal pulang dan gue suruh nemenin lo. Gue dari awal udeh nolak ke Galen, nyuruh dia aje yang nemenin lo. Tapi dia bilang ke gue kalo dia ada acara. Gue bisa aja gak jalanin amanah Galen, setelah gue pikir-pikir kalo di rumah lo satpamnya gak ada dan rumah lo sepi kaya gini ya lumayan bahaya."

Fizza semakin terkejut. Bagaimana bisa Bintang yang sudah lama tak bertegur sapa dan selalu cuek dengannya kini melontarkan sedemikian kalimat yang cukup panjang dan membuat Fizza terharu akan perkataan lelaki itu. "Makasih ya Bintang, udah mau nemenin."

"Cepetan buka, gue haus." titah Bintang—Fizza langsung membukanya. Bintang lebih dulu masuk mendahului Fizza dan berjalan ke ruang keluarga lalu melemparkan tubuhnya di sofa.

****

Sudah dua jam mereka berkutat dengan kesibukannya masing-masing. Fizza berkutat dengan tumpukan buku dan laporan yang ia kerjakan di atas meja, sedangkan Bintang berkutat dengan game online di ponselnya ditemani dengan cemilan disamping lelaki itu.

"Akhirnya selesai jugaaa." ujar Fizza sambil meregangkan badannya yang kaku akibat terlalu lama duduk.

"Enggak nyangka ternyata lo pinter juga ya." Bintang memuji Fizza sambil mengalihkan pandangannya pada gadis itu.

Sabintang AlaskaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang