[20] KEPUTUSAN AKHIR

1.3K 75 53
                                    

Untuk apa kalau memang kenyataan tidak sesuai dengan harapan, untuk apa diteruskan?

-Shanum Nafizza Grizella

****

Fizza mencoret-coret kertas dihadapannya dengan tatapan kosong. Ingatannya kembali pada kejadian dua jam yang lalu. Saat dirinya mendapat berbagai makian yang keluar dari mulut Bintang. Apa Bintang benar-benar marah kepadanya? Tapi apa salah Fizza? Apa yang Fizza lakukan sampai membuat lelaki itu marah kepadanya? Begitu banyak pertanyaan yang mengganggu pikirannya. Namun sekeras apapun ia berpikir tetap saja ia tidak menemukan jawabannya.

"WOI FIZZA!"

Fizza tersentak kaget ketika seseorang baru saja meneriakinya tepat pada telinga gadis itu. Ia menatap kesal seseorang yang tadi meneriakinya sedang melemparkan cengiran kepadanya. "Jangan teriak-teriak di telinga gue dong, Nis!"

Bukannya menyesal dan meminta maaf, Nisa justru tertawa terbahak-bahak sambil pengusap perutnya. "Salah sendiri lo dari tadi ngelamun terus. Kenapa? Masih mikirin Bintang ya?" Nisa sengaja menekankan kata Bintang tepat di depan wajah gadis itu.

"Jangan nyebut-nyebut nama dia dulu, Nis, gue gamau denger." Fizza mendorong wajah Nisa agar tidak terlalu dekat dengan wajahnya.

"Bintang, oh, Bintang, datanglah—ayo minum em kapsul, datang Bintang teratur, hari-hari mu jadi ceria kar—" Fizza menutup mulut Nisa lalu berjalan keluar kelas sendirian.

[Putar video yang ada di mulmed kalo kalian ga ngerti sama nyanyiannya Nisa]

Setelah keluar dari kelas, Fizza membelalakkan matanya karena ia baru saja melihat Bintang dan Farhan jalan melewatinya tanpa melirik ke arah Fizza sedikitpun. Kecuali Farhan.

Fizza kesal. Rasanya ia ingin sekali menyeret Bintang dan menghardiknya dengan umpatan-umpatan pedas yang menggambarkan watak lelaki itu. Namun Fizza mengurungkan niat tersebut, ia lebih memilih berlari menghampiri Farhan dan menjauhkan lelaki itu dari Bintang.

"Hai Farhaan!" sapa Fizza antusias sambil berusaha menggandeng tangan Farhan. "Mau kemana? Kok sendirian aja? Tadi di kantin udah makan belom? Sama apa makannya?"

Kedua lelaki itu langsung melirik ke arah Fizza secara bergantian sebelum Farhan mulai membuka suara. "Ada Bintang di samping,"

Fizza menghentikan langkahnya. Ia melirik ke arah Bintang yang sedang menatap lurus ke depan. Fizza menelan ludah saat melihat Bintang yang begitu tampan dimatanya.

"Oh ya? Tapi kayanya lo salah liat deh, Han. Masa lo bisa beranggapan kalo di samping gue ada orang. Udah jelas-jelas di samping gue gak ada siapa-siapa. Buktinya gak ada yang ngomong sama sekali loh, Han." ucap Fizza, membuat Bintang berdecak dan pergi meninggalkan mereka berdua.

Farhan menatap Fizza yang lebih pendek darinya. "Gak boleh kaya gitu lagi, ya."

"Hehe, abisnya kesel banget sama dia ish!" tanpa sengaja Fizza mencubit tangan Farhan yang sedari tadi ia genggam.

"Gak nyubitin juga kali." Farhan menjauhkan tangannya dari Fizza, membuat Fizza tersenyum malu.

"Pulang bareng yok, Han!"

"Boleh," Fizza langsung berlari menuju kelasnya untuk mengambil tas miliknya. Sedangkan Farhan hanya diam memperhatikan Fizza yang lari terburu-buru.

****

Bintang mempercepat langkahnya saat melihat Fizza dan Farhan jalan menuju parkiran berdampingan. Namun kedua remaja itu saling diam sebelum menatap satu sama lain. Di sana terlihat bahwa mereka berdua sedang berbicara dan Fizza meninggalkan Farhan dari parkiran.

Sabintang AlaskaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang