[15] INSIDEN BELAKANG SEKOLAH

1.5K 89 67
                                    

Salahmu yang tidak bisa merasakan,
atau salahku yang tidak mengatakan?

-Sabintang Alaska

****

Gadis yang kini tengah berada di mobil sedang menatap keluar jendela saat melihat lelaki yang sedaritadi duduk bersamanya tengah memutari mobil berniat membukakan pintu untuk Fizza. Namun niat itu terurung karena tiba-tiba saja Fizza membuka kenop pintu bertepatan dengan Galen yang sudah berdiri di hadapan pintu tersebut.

"Gue bukan putri atau pun anak manja. Jadi gak usah segala bukain pintu buat gue," Fizza berucap, membuat Galen menatap Fizza datar.

"Kenapa? Malu ya?" tanya Galen menaikkan satu alisnya.

"Malu banget!" jawab Fizza dengan nada penuh penekanan. Lalu gadis itu pergi meninggalkan Galen sambil mengibaskan rambutnya.

"Eh tunggu," Galen menarik tangan Fizza, membuat Fizza sontak membulatkan matanya. Bukan karena Galen, melainkan karena ia baru saja melihat sekumpulan siswa laki-laki yang baru saja melintas di hadapan Fizza untuk memasuki gerbang. Mata Fizza terus saja menyorot ke arah seorang lelaki yang mengendarai motor paling depan. Ia merasa semakin bersalah sekarang.

"Kenapa lagi si lo?" tanya Fizza sinis.

Galen membuka pintu mobilnya lalu mengeluarkan kotak makanan untuk di berikan pada Fizza. "Bekal kamu ketinggalan."

Fizza menyipitkan matanya saat melihat Galen tersenyum. Namun sesaat kemudian Fizza mengubah raut wajahnya menjadi sedatar mungkin. "Buat lo makan di sekolah aja," ucap Fizza lalu menarik tangannya dari genggaman tangan Galen. "Bai."

Fizza lantas membalikkan tubuhnya dan berlari ke arah gerbang. Sedangkan Galen hanya tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

****

Setelah selesai memarkirkan motor Bintang membuka helm full face lalu turun dari motor dan menghampiri ketiga temannya. Sebelumnya Bintang menyipitkan matanya saat melihat Fizza yang sedang berlari sambil memegang kedua tali tas nya.

Tak lama tatapan Bintang teralihkan pada lelaki yang baru saja mengantarkan gadis yang tadi ia perhatikan. Lelaki itu sempat bertatapan dengan bintang sebelum ia memutuskan untuk mempercepat langkahnya dan menghampiri teman-temannya.

"Woi, Tang. Sini napa lo," Varo menggerak-gerakan tangannya bermaksud agar Bintang menghampiri lelaki itu.

"Ck, apaan si," tanya Bintang.

"Waduu bos, masih pagi tuh muka udah di tekuk aje kek perawan," celetuk Althaf.

"Neng Pija ada yang nikung lo gak takut, bre?" Varo merangkul Bintang sambil menepuk-nepuk bahunya.

"Ngapain takut bele," jawab Bintang lalu jalan meninggalkan mereka.

Althaf yang melihat Bintang menghindar pun segera menghampiri lelaki itu. "Tapi dia cakep loh, Tang. Bisa aje si Pija entar demen," ucap Althaf lalu tertawa.

"Lah gue kira si Fizza baru putus udah ada gantinya lagi," Varo menggaruk kepalanya bingung.

"Mereka juga cocok kan, Han?" tanya Althaf pada Farhan yang sedaritadi hanya menyimak.

"Gak."

"Anjir, mereka cocok ego," protes Althaf. "Pokoknya gue tim Fizza ama abang gak jelas,"

"Bacot." celetuk Bintang sambil mempercepat langkahnya.

"DOI JELES!" teriak Althaf sambil mengejar Bintang.

****

Fizza melangkahkan kakinya menelusuri koridor kelas XI IPS yang akan menghubungkan dirinya ke perpustakaan sekolah. Hari ini kelasnya memang di tugaskan untuk merangkum buku ensiklopedia di perpustakaan.

Sabintang AlaskaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang