[26] DERAJAT

1.3K 95 13
                                    

Vote dan komen 'next' sebelum membaca☺️
I hope you like this and happy reading!💙

****

Apa yang harus disombongkan?
Bukankah kita sama-sama
diciptakan dari tanah?

-Sabintang Alaska

****

Koridor sekolah mulai ramai karena Bintang dan teman-temannya tengah menelusuri koridor sekolah dengan Bintang yang memimpin di depannya. Banyak yang berbisik-bisik bahwa mereka terpesona akan ketampanan para lelaki itu.

"Bintang makin ganteng aja deh," ucap salah satu siswi—dengan beraninya.

"Kok aku gak dibilang ganteng sih nweng," seru Varo menatap siswi yang baru saja memuji Bintang terang-terangan.

Bintang hanya tersenyum sambil melanjutkan langkahnya. Saat dirinya semakin dekat dengan tangga, Bintang mendengar adanya bentakan seorang lelaki yang tengah meremehkan siswa dihadapannya.

Bintang menghentikan langkahnya lalu melirik ke belakang, ia menatap Digo seakan meminta penjelasan tentang lelaki yang berdiri tak jauh dari mereka sekarang.

"Regan Vernando, kelas XI IPS 4. Dari kelas X sikapnya emang kaya gitu." ucap Digo memberitahu.

Bintang yang mendengar penjelasan dari Digo itu mengangguk lalu kembali melangkahkan kakinya menuju lelaki dihadapannya, di ikuti dengan teman-temannya dibelakang.

"Bang, ngapain?" tanya Bintang pelan.

"Lo punya mata kan?" jawab Regan.

"Punya, Bang." sahut Bintang. "Lo bangga ya, malakin anak orang?" tanya Bintang lagi.

Perlahan kedua manik mata Regan mulai menajam. "Gue kakak kelas, jadi wajar."

"Lo gak dikasih duit buat jajan, Bang?"

"Urusannya sama lo apa? Lo siapa dah? Bocah baru? Beranian amat lo nanya-nanya kaya gitu ke gue," Regan membalikkan badannya pada Bintang.

"Gue gak suka aja, Bang. Lo malakin dia. Itu kan duit dia, berarti hak dia bukan hak lo. Lagian kalo mau minta-minta mending lo ngemis aja, Bang." Bintang mengangkat dagunya sedikit, seakan-akan menantang lelaki dihadapannya.

"Beranian amat lo ngatain gue pengemis! Jelas-jelas gue sama aja lagi nyari duit! Lo ngajak ribut sama gue?"

Bintang tertawa hambar saat mendengar perkataan lelaki itu, ia tersenyum miring lalu kembali berbicara.

"Bang, gue cuma ngasih tau aja. Cara lo nyari duit kaya gitu, gak jauh dari kata ngemis Bang. Lagian juga emangnya lo gak mikirin perasaan dia? Gimana kalo yang lo palakin duitnya itu gak ikhlas ngasihnya ke lo? Dan lo pake duit itu buat kesenangan lo sendiri? Sama aja haram Bang, itu bukan milik lo."

"Tau apa lo tentang haram-haram kaya gitu? Udah jelas dia ngasih duit ke gue karena dia ikhlas." Regan membela dirinya.

"Lah, bacot amat kata gue si Regan." celetuk Althaf dibelakang Bintang, terdengar oleh Regan.

"Panggil gue Kak! Gue lebih tua dari lo!" sentak Regan.

Althaf melangkahkan kakinya berdiri disebelah Bintang, menatap lelaki itu sengit sambil melipat kedua tangannya di depan dada. "Gak sudi!" sambar Althaf lalu mendorong bahu lelaki itu dan kembali berjalan ke belakang Bintang.

Sabintang AlaskaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang