•EG 11

47 17 13
                                    

Jika suka tinggalkan jejak, jika tidak silahkan beranjak.

Setelah puas menghabiskan waktu 4 jam bersama anak kecil, Exie mengajak Javier untuk menemaninya membeli novel. Exie membeli semua novel karya Risa Saraswati yang ada di toko buku itu, dan Javier hanya menonton, terkekeh tanpa membantu saat melihat sahabatnya keberatan membawa membawa setumpuk novel.

"Abis berapa duit buat novel tadi?" Javier kini menggendong tas ransel Exie yang terasa cukup berat karena berisi cukup banyak novel.

Exie yang berjalan didepan Javier mengentikan langkahnya sebentar lalu menoleh, "err berapa ya? 500K maybe?" Jawabnya ringan lalu berjalan lagi dengan santai.

"Dapet berapa buku?" Tanya Javier lagi.

"Sembilan keknya tadi gua ga ngitung si. Lagian ngapain lu kepo amat," jawab Exie mulai kesal.

Javier menekan tombol, dan lift yang berisi 3 orang itu langsung meluncur kebawah, "ga sayang buang duit buat novel doang?"

Exie yang sedang fokus bermain handphone, langsung menatap heran sahabatnya, "just stop thinking about everything to much. Selagi gua bisa bahagia sama novel kenapa enggak?"

Selama perjalanan pulang, mereka tertelan suasana canggung dimana hanya bunyi lagu dari mobil Javier saja yang mengoceh tiada henti.

"Jev," panggil Exie memecahkan kecanggungan.

"Hm," gumam Javier tak jelas.

"Jev."

"Apa?" Tanya Javier mulai sewot.

"Javieeeer."

"Apaan si kambing berisik mulu," kesal Javier.

Mendengar Javier kesal, Exie justru tertawa, "lagian lu diem terus kek ketempelan banci jalanan tau gak," ucap Exie disela-sela tawanya, "tadi gua beli novel banyak emang karena udah dua tahun aja ga beli novel, ntar kalo dah dibaca semua juga ga bakal gua buang," lanjut nya saat melihat wajah Javier yang masih terlihat sedikit kesal.

Javier hanya tersenyum samar mendengar penjelasan Exie tanpa berniat menjawab sepatah kata pun.

"Ye dasar kutil badak, dah cape-cape gua ngomong malah dikacangin," sembur Exie mengalihkan pandangannya kearah lampu merah yang menghentikan semua pengguna jalan raya termasuk mobil yang ditumpanginya.

Sambil menunggu lampu merah yang berubah menjadi hijau, Javier mengambil sebuah kotak yang terletak disebelah kakinya. Saat melihat isinya, dia baru ingat bahwa dirinya baru saja membeli topeng Pennywise disalah satu toko online, barang itu sudah sampai tadi pagi tetapi belum sempat dibuka dari kotaknya. Melihat Exie yang sibuk menatap jalanan lewat jendela sebelah kiri, Javier menyeringai dan memasang topeng itu diwajah tampannya.

Exie merasakan pundaknya ditepuk oleh Javier, tetapi dia ingat bahwa dirinya sedang berpura-pura marah jadi memilih untuk diam. Tepukan itu terus berlangsung sehingga mau tidak mau Exie menoleh dan mendapati wajah Pennywise yang berjarak hanya satu cm dari wajahnya.

Plak!

"Aduh!" Teriak Javier mengaduh karena wajahnya yang tertutupi topeng itu ditampar oleh Exie.

Suara klakson motor dan mobil menjerit keras ketika lampu sudah berubah menjadi hijau. Masih menggunakan topeng, Javier menjalankan mobilnya agar tidak terkena semprotan pengendara lainnya.

"Elu ngapain pake topeng badut njir," kesal Exie sambil melepas topeng Pennywise dari wajah Javier.

Masih mengelus-elus pipinya sendiri, Javier mendengus kesal mendengar pertanyaan Exie, "salah siapa diem mulu."

Exie GiovankaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang