Vomment
"Woi woi woi awas ntar gue kejengkang!" Teriak Javier saat Riddle menubruk tubuhnya dari anak tangga diatasnya.
"Lagian lu ngapain pake kain ginian anjir!" Kesal Riddle saat sudah berhasil menyeimbangkan badannya setelah dikejutkan oleh Mostafa tadi.
Dahi Eliza mengeluarkan darah karena saat Mostafa mengejutkannya dari belakang, dia berbalik menghadap Mostafa yang mengarahkan senter ke wajahnya dan membuat wajah Mostafa 10 kali lipat lebih menyeramkan dari biasanya. Saking terkejut melihat wajah Mostafa dan erangan Javier dalam waktu yang bersamaan, Eliza terbentur tembok yang sudah kasar dan terhuyung kearah Riddle, menyebabkan Riddle kehilangan seimbang sehingga menubruk Javier yang ternyata pengguna kain putih itu.
Javier, Mostafa, Eliza dan Riddle sudah bertemu dengan semua yang bermain petak umpet tadi, kecuali Exie. Mereka bersebelas mencari Exie bersama, turun ke lantai bawah tanah yang mereka yakini dulunya adalah bekas ruang makan karena disana masih terletak meja makan berbahan kayu yang sudah lapuk. Meja makan kuno itu dikelilingi sekitar 12 kursi, dan setiap kursinya terukir nama orang Belanda yang diakhiri dengan marga Van Der Kruk.
"Exieeee."
"Eeex." mereka berteriak agar yang mempunyai nama itu keluar, namun hasilnya nihil.
Karena tidak ada tanda-tanda kehidupan di gedung itu, mereka memutuskan untuk kembali ke mobil dan menelfon Exie agar segera keluar dari tempat persembunyiannya.
Pemandangan pertama yang menyambut mereka saat keluar dari pintu gedung tua itu adalah seorang gadis berambut panjang yang sedang duduk di kursi goyang kayu tua dengan posisi membelakangi mereka, atau lebih tepatnya menghadap pintu mobil Javier.
"Ex? Is that you?" Tanya Javier sambil mengendap mendekati gadis itu.
"Ga lucu becanda lu sumpah Ex," ujar Eliza yang masih memeluk lengan Riddle.
Beberapa detik setelah Mostafa menepuk pundak gadis itu, kursi yang tadinya bergerak secara perlahan kini berguncang keras karena gadis itu tertawa melengking seperti penyihir jahat pada film Snow White.
Entah mendapat keberanian dari mana, Adlar maju mendekati gadis itu dengan langkah yang mantap. Saat sudah sampai tepat dibelakang kursi, tanpa ragu Adlar menjambak rambut panjang itu sampai pemiliknya mengaduh kesakitan.
"Kasar bet si lu anjir," Kesal Exie yang sudah bangkit dari duduknya dan berdiri tepat di hadapan Adlar sambil mengusap kepalanya yang perih karena jambakan Adlar tadi.
"Lagian lu ngapain disitu kambing."
"Iya ngapain lo kek gitu bodoh."
"Ya biar seru aja," jawab Exie menampilkan cengiran tanpa dosanya.
"Dah ah balikin kursinya terus pulang. Gue ngantuk tau gak," cerocos Eliza menyandarkan kepalanya di pundak Riddle yang tampak biasa saja.
Karena Exie yang mengeluarkan kursinya, dia juga yang mengembalikan kursinya dengan bantuan Mostafa yang tidak tega melihat Exie keberatan mengangkat kursi goyang itu sendirian.
"Huft," desah Exie sambil meregangkan ototnya yang pegal karena bolak-balik menggotong kursi yang beratnya mungkin mencapai 3 kilogram, "by the way ni gedung apa rumah si? Tadi gua keliling lantai dua masa banyak kamar, masih ada kasurnya lagi," ucap Exie sambil berkacak pinggang menghadap gedung tua tersebut.
"Lo tadi ke lantai dua? Sendiri?" Tanya Javier yang sedang bersandar di motor milik Exie.
"Hooh la sendiri masa iye berdua, tar bahaya."
"Ye dasar piktor," sahut Mostafa yang baru keluar dari dalam mobil Javier dengan muka bantalnya.
Mereka semua tercengang melihat Mostafa yang baru keluar.
![](https://img.wattpad.com/cover/174353796-288-k522266.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Exie Giovanka
Teen FictionIni cerita tentang gua Exie Giovanka, jadi suka suka gua dong mau bikin deskripsi kek apa. Menurut gua, teenfiction sekarang tuh mulai kea ftv gitu. Garis besarnya gampang ditebak, 2 cowok most wanted rebutan 1 cewek yang biasa aja terus salah satu...