•EG 25

15 2 0
                                    

Setelah hampir 30 menit menunggu, Exie memutuskan untuk menelepon Javier.

"Kemaren janji kesini jam berapa ha? Ga pernah on time ya kebiasaan. Intinya kalo sampe 5 menit belom sampe sini, gua baptis lu. Awas aja."

"Tad-" Exie langsung memutuskan telepon secara sepihak dan tidak memberikan kesempatan Javier untuk menjawab.

Tidak sampai 5 menit setelah telepon dimatikan, Javier sudah sampai rumah Exie dengan berjalan kaki karena jarak mereka hanya terpisah oleh 2 rumah tetangga.

Saat memasuki rumah Exie, bukannya mengucap salam Javier justru berteriak, "EXIEEE EXIEEE MAIN YUK."

Mendengar nama anaknya disebut, Devothy keluar kamar dengan mimik bingungnya. Tetapi ekspresi itu berubah menjadi senyum manis saat melihat Javier yang hendak menaiki anak tangga pertama.

"Eh Javier, kirain siapa teriak-teriak gitu."

Javier berbalik badan dan menyalami Devothy, "hehe tan, maaf ganggu ya soalnya Exie bolot jadi manggilnya harus gitu."

"APAAN GUA GA BOLOT YA," teriak Exie tiba-tiba dari lantai atas sembari berpegangan pada pagar pengaman lantai 2 yang tingginya hanya 1 meter.

"Hush ga boleh teriak-teriak gitu ah. Jev tante ke kamar ya, lagi banyak kerjaan nih," pamit Devothy menepuk pundak kanan Javier dan dibalas anggukan sopan oleh Javier.

Setelah Devothy menutup pintu kamarnya, Javier berteriak agar Exie cepat bersiap untuk pergi. Sambil menunggu, Javier berjalan mengendap-endap menuju punggung sofa ruang televisi untuk mengejutkan Gendis yang sedang menangis karena menonton drama Korea.

"WOI!"

Bukannya terkejut, Gendis hanya mendelik dan kembali fokus pada layar kaca yang berada di depannya. Karena merasa kesal dikacangi, Javier mencabut kabel telivisi.

"ISH NGAPAIN SI JAIL BANGET ANJIR. NYALAIN LAGI GAK?!" teriak Gendis sambil berdiri tegap menatap Javier yang sedang tertawa sampai matanya menyipit.

Exie yang sudah siap dengan sweater kuning oversize, black ripped jeans serta sneaker putihnya, mendecak kesal melihat Javier yang sedang bermain PS. Karena Javier tidak dapat diganggu jika sudah bermain PS. Setelah menghela nafas berat, ia berjalan menuju sofa dan membantingkan dirinya tepat di sebelah kiri Javier.

"Eh Ex? Ntaran keluarnya ya, dah pw ini," pinta Javier masih dengan fokusnya pada layar kaca.

"Serah," jawab Exie dengan nada kesalnya sambil mengirimkan pesan kepada Mostafa untuk datang ke rumahnya.

Tak sampai 15 menit berlalu, terdengar suara motor besar milik Mostafa dari depan rumah. Dengan antusiasnya Exie beranjak dari sofa dan berlari ke arah pintu dengan harapan fokus Javier akan terpecah dan berhenti bermain PS. Benar saja, bola mata Javier langsung mengikuti setiap detail pergerakan Exie.

"Cih," desis Javier.

"Wah ada yang suka kakak gue nih," sindir Gendis masih dengan fokusnya pada stik PS.

"Cowok mana yang ma-" ucapannya terhenti, Javier speechless saat mendapati Exie dan Mostafa sedang berjalan beriringan dengan tawa kecil yang terlihat lepas. Tidak berhenti sampai disitu, bahkan Mostafa menepuk kecil rambut Exie.

"Mati kaga tuh. Ah cupu lo bang, mending gue maen sama bang Mostaf. BANG SINI MAEN," teriak Gendis tepat disebelah kiri telinga Javier.

Dengan tawa tengilnya Mostafa duduk disebelah kanan Javier dan mengambil alih paksa stik PS yang digenggam Javier.

"Awas anjir. Sonoan ah," umpat Javier karena ia terhimpit diantara Gendis dan Mostafa.

Gendis mengerutkan dahinya, "duh jangan gerak mulu bang elah."

Exie GiovankaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang