Tak terasa, sudah 1 minggu Exie, Javier, dan Mostafa di rumah kakek. Walaupun lebih banyak merepotkan daripada membantu, kedatangan mereka membawa kebahagiaan tersendiri untuk kakek yang sering merasa kesepian. Dan pada detik-detik perpisahan, kakek memberikan sebuah jepit rambut kuno milik almarhumah nenek Javier kepada Exie.
Setelah sampai di salah satu bandara Jakarta, mereka bertiga tidak langsung pulang ke rumah masing-masing dengan alasan masih ingin menikmati weekend.
"Assalamualaikum," ucap mereka bertiga kompak saat menginjakkan kakinya di lantai rumah megah milik Javier.
Dengan membiarkan pintu ruang tamu terbuka, Mostafa dan Javier merebahkan tubuhnya di sofa berwarna putih susu. Sedangkan Exie sudah melepas tas ranselnya yang berisi pakaian dan beranjak menuju dapur.
"JEEEV TERMOS DIMANA? DISPENSER NYA RUSAK," teriak Exie dari dapur.
"TERMOS NYA KAGA SENGAJA GUE PECAHIN KEMAREN. LO KUDU REBUS DULU KALO MAU AER PANAS," jawab Javier tak kalah keras dari Exie.
"MAU BIKIN APAAN EX?" kini Mostafa yang berteriak seolah dapur dan ruang tamu berjarak ratusan kilometer.
"GUA MO BIKIN BUBUR."
"SEKALIAN!" Ujar Javier dan Mostafa secara bersamaan dengan antusias yang tinggi.
"OGAH."
***
Setelah 1 minggu penuh meliburkan diri dari KBM normal, hari ini Exie berangkat dengan otak yang fresh. Sayangnya ada saja mahluk sejenis Eliza yang tidak nyaman melihat temannya tenang, dia memberitahukan bahwa ada kabar baik dan buruk untuk Exie Senin ini.
"Jadi kabar bae nya, selama lu cuti. Semua kelas jamkos gegara ada lomba sains atau apalah itu ga tau gue, dan kabar buruknya KELAS KITA BAKAL DAPET HUKUMAN HARI INI KARENA DARI SELASA AMPE JUM'AT KEMAREN GADA SATU PUN YANG BERANGKAT PADAHAL ABSEN JALAN TEROS," ucap Eliza histeris sambil menggoyangkan pundak Exie.
"I-iyee lepasin pundak gua anjir. Sans ae. Nakal boleh bego jangan." Exie menjawab sambil menarik turunkan alisnya.
"Dih jijik, sok pinter. Yang bener ntu nakal boleh asal rame-rame, biar seru kalo dihukum ramean," sahur Eliza tak mau kalah.
Exie mencebikan bibirnya. "Pengecut itu mah, cuma berani nakal kalo rame-rame."
Sementara mereka berdua berdebat tentang kalimat yang tidak penting, Sekar si mantan ketua kelas datang dengan centilnya bersama 4 cewe yang mengekor. Exie memprediksi bahwa 4 cewe itu adalah budak baru yang berada dibawah pengaruh Sekar untuk ikut membenci Exie.
Tepat seperti tebakan Eliza, kelas X MIPA 4 dihukum untuk mengelilingi semua lantai sekolah sambil mengucap janji 'kami tidak akan membolos masal lagi'. Dimana sialnya setiap lantai harus dikelilingi sebanyak 3 kali dan jika biasanya SMA hanya berlantai 2 atau 3, Branz memiliki 4 lantai disetiap gedungnya.
Dua jam sudah mereka lalui untuk melaksanakan hukuman, dan sebagai gantinya mereka menghukum guru dengan menolak KBM selama satu hari penuh. Mereka menyetujui ide Zach, yaitu mengunci pintu dari dalam, menutup semua jendela serta gordennya, dan menciptakan suasana sehening mungkin agar dikira tidak ada orang di dalam kelas.
Cara itu berhasil, setiap guru yang mencoba membuka pintunya akhirnya menyerah dan menghilang begitu saja suaranya. Tapi karma berlangsung cepat, mereka dehidrasi akibat AC yang terus menyala dan persediaan anak yang membawa air mineral mulai menipis.
Jeev
Tar pulangnya temenin gw ke pimExie
Ogah, magerJeev
Mager ngapain? Orang gw yang bawa motor, lo tinggal nebeng jugaExie
Ogah Jev astagaaa, gua pen rebahan tau gak?Jeev
Iced caramel macchiato?Exie
Ok deal.Exie menghela nafas kasar, jiwa dan raganya memberontak ingin bermesraan dengan guling dan bantal. Tetapi nafsunya tak bisa menolak godaan dari iblis bernama Javier Mascherano. Selalu saja seperti itu, lagi pula siapa yang dapat menolak sogokan berupa barang favoritnya? Nyaris tak ada.
Walaupun belum jam pulang sekolah, Exie dan Javier sudah sampai PIM. Setelah menyogok si tampan penjaga gerbang dengan gorengan dan kopi, Exie baru dapat keluar. Walaupun tergolong murid baru, dalam hal kabur Exie sudah paham betul menu sajen apa yang tidak dapat ditolak oleh seluruh satpam di negara berflower ini.
Sepasang sahabat yang masih menggunakan putih abu-abu memasuki Starbucks untuk sekedar mengobrol. Kegiatan yang membosankan memang, tetapi mereka tak pernah kehabisan bahan obrolan untuk mengisi waktu luang atau mengisi waktu yang diluangkan.
"By the way, gimana Zach?" Tanya Javier sambil menyeruput coklat miliknya.
Dengan santainya Exie menjawab bahwa dia dan Zach sudah putus cukup lama. Entah apa yang salah dari jawaban Exie, Javier tersentak sampai menyemburkan sedikit minuman yang belum ditelannya.
"Eh Jev? Lu kenapa? Aduh jangan buru-buru gitu kalo minum makannya," ujar Exie panik sambil menepuk-nepuk pundak Javier yang masih batuk beruntun karena tersedak.
Setelah berhasil bernafas dengan normal, Javier menatap Exie dengan pandangan yang tidak dapat dijabarkan.
"Eh lu napa bisa ampe keselek? Segitu kagetnya denger gua putus ama Zach? Napa emang?"
"Hah?" Tanya Javier pura-pura bodoh.
Exie memutar bola matanya malas kalau Javier sudah seperti ini. "Nape lu keselek ampe segitunya?"
"Hah?" Lagi-lagi jawaban Javier membuat Exie geram ingin mencekik sahabatnya saat itu juga.
"Gua tanya, nape elu keselek kambing."
"Hah?" Bukan tidak paham dengan apa yang Exie tanyakan, hanya saja Javier bingung akan menjawab apa.
"Hah hah hah mulu, kea tukang keong lu. Dah ah males, mending kita nonton film horror di rumah lu pan sore-sore gini kane."
Exie menarik paksa lengan Javier yang berjalan lelet di belakangnya. Saat melihat segerombolan teman Devan si kakak kelas, Exie melepaskan tangan Javier begitu saja. Berbeda dari temannya yang cuek, Devan justru tersenyum manis saat mereka berpapasan dan berhasil membuat pipi Exie menghangat.
***
Jika suka tinggalkan jejak, jika tidak silahkan beranjak.
See ya next part!

KAMU SEDANG MEMBACA
Exie Giovanka
Fiksi RemajaIni cerita tentang gua Exie Giovanka, jadi suka suka gua dong mau bikin deskripsi kek apa. Menurut gua, teenfiction sekarang tuh mulai kea ftv gitu. Garis besarnya gampang ditebak, 2 cowok most wanted rebutan 1 cewek yang biasa aja terus salah satu...