•EG 12

56 16 14
                                    

Vomment is free!

"Kok baksonya pedes ya?"

"Loh? Punya aku asin malah."

"Bakso ku ada kecapnya masa."

Wajah Gendis memerah seketika karena mendengar komentar itu. Awalnya dia kira hanya bentuknya saja yang aneh, tapi pikirannya itu dipatahkan oleh komentar teman-temannya.

Setelah teman-temannya pulang, Gendis berlari kearah Exie yang sedang duduk santai di karpet bludru halus sambil memakan coklat ditangan kanan dan tangan kirinya memegang remote TV.

"KAKAK!" Gendis berteriak sambil menghentakkan kakinya kelantai.

"Nape," Jawab Exie datar, masih setia dengan posisi awalnya.

Kesal melihat Exie yang tak mengacuhkannya, Gendis mematikan TV yang sedang ditonton kakaknya.

"Apaan si ish," erang Exie kesal, menyebabkan nyali Gendis menciut.

"Kakak tuh yang apaan! Kenapa baksonya dibikin aneh?! Mereka itu temen baru Gendis tau gak?! Kalo mereka ga mau temenan lagi gimana?!"

Exie yang masih duduk di karpet hanya memutar bola matanya malas dengan pemikiran dangkal adiknya yang satu ini, "ya itu urusan lu, gua ga peduli."

"Sampah!" Sebelum pergi meninggalkan Exie karena amarahnya memuncak, Gendis menendang remote yang terletak tepat disebelah Exie sampai pecah. Exie tersentak saat beberapa keping pecahan remote itu mengenai wajahnya yang masih perih akibat tamparan ibunya kemarin.

Exie yang yang awalnya tidak ingin bertindak kasar, kini emosinya pecah. Dengan kecepatan cahaya, Exie sudah berada tepat didepan adiknya yang terhuyung ke belakang karena terkejut.

"Lu pecahin remote biar apa?! Biar gua takut ama lu gitu?" Bentak Exie sambil menunduk, menatap adiknya.

Tubuh Gendis bergetar karena kakaknya yang jauh lebih tinggi sedang menatapnya dengan tatapan mematikan, terakhir kali Exie terlihat marah seperti ini saat Gendis tidak sengaja menumpahkan teh ke salah satu novel Harry Potter milik Exie.

"Kenapa diem? Mana lu yang tadi berani ngatain gua sampah? Atau didalem otak dangkal lu ini-" ucap Exie menggantungkan kalimatnya dengan nada tenang yang mematikan sambil menunjuk pilipis Gendis dengan jari telunjuknya, "udah ga ada nyali buat ngebela diri sekalipun?"

Gendis tetap bergeming dengan jantung yang seakan memaksa untuk pindah tempat.

"Jawab!" Bentak Exie sekali lagi sambil mendorong pundak Gendis dengan cukup keras.

Dia pikir adiknya hanya akan mundur beberapa langkah karena dorongannya, tetapi dia salah. Gendis mundur tiga langkah sampai tubuhnya terbentur dinding dan merosot kebawah dengan tangis yang pecah. Perasaan bersalah sempat terbesit dipikiran Exie, tapi disisi lainnya dia berpikir bahwa adiknya memang pantas mendapatkan itu karena ketidak sopananya.

"Aduh kenapa ini?" Tanya bibi panik saat melihat Gendis terduduk dilantai sambil memeluk lutut dan tubuhnya bergetar hebat.

"Lemah," sinis Exie sambil beranjak pergi menuju kamarnya yang berada dilantai dua.

Bibi memapah Gendis berjalan menuju kamarnya dengan bantuan Lavina. Setelah berhasil menenangkan dan mengetahui penyebabnya, bibi menasihati Gendis agar tidak memancing emosi Exie.

***

"Yang lagi deket sama cowok ga bilang-bilang ya ada," sindir Floy kepada Exie.

Sambil membenarkan dasinya, Exie terkekeh mendengar sindiran halus Floy, "lagian ngapain gua kudu lapor sama lu? Emang lu sapa?"

Eliza yang sedang melakukan hobinya—menonton drakor, langsung histeris dan mengusir Floy yang sedang duduk di bangkunya sendiri agar bisa mengintrogasi Exie.

"Lu deket sama siapa njir? Devan 12 IPS 2 itu? Atau lu deket sama Rasya yang pernah lu tolak? Jawab nyet jawab!" Sembur Eliza hanya dalam satu tarikan nafas.

"Gimana gua mau jawab kalo lu ngoceh mulu kambing!" Exie merogoh sakunya untuk mengeluarkan handphone dan jarinya sibuk mengusap layar itu, "dia."

Floy yang kini duduk di kursi Eliza, mencondongkan badannya kearah Exie dengan antusias untuk melihat foto yang sedang ditunjukkan, "itu siapa coba? Kenapa kamu nggak langsung kasih tau namanya aja?"

"Itu sapa njir. Muka ketutup helm full face gitu gimana gue bisa tau," protes Eliza setelah melihat foto seorang cowok sedang duduk memeluk motor ninja 250R.

"Cari tau sendiri. Gua mau ke perpus, ngikut kaga?" Ajak Exie sambil berjalan melewati Eliza yang berpikiran untuk menemui dukun agar mengetahui siapa cowok dibalik helm itu.

Walaupun saat ini jam kosong karena seluruh siswa yang terpilih sedang latihan untuk karnaval 18 Agustus yang akan dilaksanakan 2 hari lagi, perpustakaan disekolah itu sangat sepi. Bahkan disana hanya ada mereka bertiga serta satu ibu-ibu penjaga perpustakaan yang berbadan gempal.

Berbeda dengan kedua temannya yang menelusuri rak novel, Exie lebih tertarik dengan rak buku yang dipenuhi buku usang dengan judul berbagai macam penemuan. Jari panjangnya menarik lembut salah satu buku yang berisi tentang film.

"Loetoeng Kasaroeng film pertama di Indonesia?" Gumamnya pada diri sendiri.

Floy yang baru datang dengan sebuah novel ditangannya langsung menarik salah satu kursi yang terletak tepat disebelah Exie sedang membaca, "Lutung kasarung bacanya," koreksinya.

Eliza menyusul Floy dan duduk dengan kursi yang bersebrangan dengan Exie, "baca lutung kasarung aja kaga lulus, bisa-bisanya lu masuk sini," ejek Eliza dan hanya dibalas dengusan oleh Exie.

"Tapi ya Ex, kan penulis lutung kasarung si Krugers itu orang Belanda. Kenapa bisa cerita itu seolah milik Indonesia?" Tanya Floy sambil membolak-balikan halaman novel tanpa minat membaca.

"Penulisnya nulis itu dimana coba? Indo kan? Artinya dia dapet ide dari Indonesia, dan artinya lagi, itu cerita dari Indo," celetuk Eliza dengan santainya.

"Mana ada Indonesia dijaman Belanda? Dulu yang ada mah Hindia-Belanda," ucap Floy dengan polos.

Mendengar perdebatan kedua temannya yang tidak penting, Exie memilih untuk mengembalikan buku ke tempatnya dan keluar tanpa pamit.

"Ya kaga Ex?" Tanya Eliza meminta persetujuan Exie yang sudah keluar dari perpustakaan, "loh Exie mana njirr."

"Kamu si berisik mulu! Exie pergi kita ga tau kan jadinya!" Oceh Floy sambil berlari meninggalkan Eliza yang terus mengumpat dengan komat kamit.

***
Ini bukan bagian cerita, tapi spesial lebaran

"Hola pembaca setianya gua," sapa Exie dengan kedua telapak tangan yang disatukan, gaya ala-ala saat lebaran.

"Setia? Pfft. Banyak sider gitu dibilang setia," ledek Javier sambil tertawa puas.

"Hush." Floy memukul kepala Javier tanpa ragu.

"Aduh! Apaan si kambing!"

Eliza hanya ikut tertawa melihat Floy yang ketika marah sudah seperti ibu gorila menjaga bayinya yang baru lahir.

"Ngapain kalian sibuk sendiri? Katanya mau ucapin sesuatu ke readers!" Omel Gendis melipat kedua tangannya didepan dada.

"Selamat hari raya idul fitri! Mohon maaf lah-" Ucap mereka bersamaan dengan meriah.

"Diem dulu! Cogan mau ngomong," potong Smith, dan keadaan menjadi hening. "Ga jadi deng," lanjutnya yang langsung mendapatkan jitakan dari kedua adiknya.

"Ya udah gitu aja. Intinya mah jangan lupa vote ama comment biar gua ama yang laen tetep ngehibur kalian semua," pesan Exie.

***
See ya next part!
Vomment-!
✨Happy Eid Mubarak✨

Exie GiovankaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang