•EG 19

30 5 0
                                        

"TIIIGAA!" Dilempar lah Exie kedalam kolam renang dengan sangat aesthetic.

Setelah asik berenang, Mostafa dan Exie meminjam baju milik Javier, karena mereka tidak membawa baju lagi. Sambil menunggu waktu sampai jam pulang sekolah, Exie, Javier, Eliza, dan Mostafa menghabiskan waktunya untuk menonton film action. Tetapi sebelum film itu mulai mereka membuat kesepakatan, yaitu mereka hompimpa dan siapa yang kalah harus membukakan kulit kuaci untuk dimakan pemenang.

"Hompimpa alaium gambreng." Tangan Eliza dan Exie menunjukkan bagian telapak, sedangkan Mostafa dan Javier punggung tangan.

"Mak Ijah pake baju rombeng." Terlihat bahwa tangan Javier lah yang berbeda sendiri. Dia menengadahkan telapak tangannya, sedangkan 3 lainnya menjulurkan punggung tangannya.

Selama sekitar dua jam kurang 7 menit, Javier terus mengumpat tanpa henti sambil menguliti kuaci dengan muka yang dilipat.

Waktu menunjukkan pukul 03.35 PM, yang berarti sudah waktunya untuk pulang. Mostafa menawarkan tumpangan untuk Eliza karena arah rumah mereka yang sama, tetapi Eliza menolaknya dengan alasan ingin bermain dirumah Exie.

Sesampainya mereka didepan gerbang rumah Exie, terdengar jelas suara bariton sedang memaki seseorang dan hanya berselang beberapa detik terdengar suara barang elektronik yang dibanting keras. Tanpa sadar rahang Exie mengeras dan ekspresinya berubah menjadi datar, Eliza yang tidak tau apapun hanya mematung dengan perasaan yang tak karuan.

"Eh katanya lu kemaren mau ke KPop shop? Eh Korea Edition? Kuy kesana gua juga mau beli barang buat temen," ajak Exie mengalihkan perhatian Eliza dari suara suara absurd itu.

Exie memutar balikkan motor trailnya dan mengendarai diatas kecepatan rata-rata. Saat sudah sampai, Exie menyuruh Eliza masuk terlebih dulu dan memesan go-car untuk mengantar Eliza pulang, lalu Exie meninggalkan toko itu dengan pikiran yang kacau.

Exie Giovanka
Eh gua pulang duluan soalnya kebelet boker:V tapi gua juga dah pesen go-car buat elu. Mobilnya jazz merah

Eli
KUAMPREEEET MASA GW DITINGGAL SENDIRI

Kini suara ribut itu semakin jelas terdengar sampai luar. Setelah memarkirkan motornya, Exie masuk melalui pintu belakang dan langsung mencari bibinya.

"Bi, Dean sama Gendis mana?" Tanya Exie tidak mengacuhkan orang tuanya yang sedang saling maki. FYI, Naddean Giovanka atau lebih akrab dipanggil Dean adalah adik perempuan kedua Exie, dia masih menduduki bangku kelas 2 SD.

"Ade sedang sama Lavina dikamar saya, kalau mba Gendis belum pulang." Terlihat jelas muka bibi sangat tegang saat itu.

"Ya udah tolong bilangin mang Udin untuk jemput Gendis pulang, nanti kalo Gendis udah sampe rumah masuknya lewat pintu belakang aja langsung suruh ke kamar Exie," perintahnya lalu pergi menuju kamar bibi untuk mengecek Dean yang sedang memeluk Lavina dengan tangisan yang sudah pecah.

Melihat keadaan rumah yang sangat kacau, dada Exie terasa sedikit sesak dan migrainnya kambuh secara bersamaan.

"Dean, sshh hey listen me. Don't cry okay? I'm here now." Exie menenangkan Dean yang kini sedang memeluk Exie dengan sesenggukan tangisnya masih terdengar jelas.

"Look-hey." Exie menagkup pipi Dean agar menatapnya.

"Look at me. It's gonna be okay. Trust me ya? Sekarang Dean ikut kakak keatas."

Sambil menuntun pundak Dean agar terus berjalan tanpa menghiraukan peperangan itu, Exie terus menatap tajam ayahnya yang sudah mulai main tangan. Saat menaiki anak tangga ketiga dari bawah, Exie berlari dan berhenti tepat didepan mamahnya yang terlihat sudah pucat pasi dengan air mata yang terus mengalir.

"BANTING BARANG BIAR APA? TERIAK-TERIAK BIAR APA? BIAR DAPET PERHATIAN? KENAPA GA DILUAR SEKALIAN HA?" Teriakan Exie terpotong oleh kedatangan Gendis yang langsung mematung ditempat selama beberapa saat.

Mendengar tangisan Dean dan Gendis secara bersamaan, ayah Exie memutuskan untuk menyudahi perdebatan itu dengan menendang kaki meja sampai patah. Lalu mamah dan ayah Exie menaiki mobilnya masing-masing untuk pergi, seperti biasa jika mereka sudah selesai bertengkar.

"Udah ngapain nangis. Mending ganti baju ikut gua ke salon sekalian nonton Maleficent dua," ucap Exie dengan nada yang tetap cuek.

Dengan nada yang bergetar, Gendis menjawabnya, "You act like you don't care, but deep inside it hurts."

Memasang ekspresi yang tambah datar, Exie berusaha untuk tidak menitihkan air matanya.

"Everyone wants happiness, nobody wants pain. But you can't have rainbow without little rain. Dah ga usah cengeng, buruan beberes." Exie menghampiri Dean yang sedang terduduk lemas dengan bibir yang tidak kalah putih dengan warna kulitnya.

***

Setelah sekitar 2 jam menemani Dean dan Gendis bermain di Timezone, kini giliran Exie minta ditemani mewarnai rambutnya di salon yang lokasinya bersebelahan dengan BreadTalk.

"Kak ih Gendis mau warnain rambut jugaaa," rengek Gendis yang sudah kembali ceria.

"Kaga ada ceritanya bocah SMP warnain rambut. Mending lu ngantri ama Dean kesono gih jadi kalo gua dah selese tinggal makan," perintah Exie menunjuk ke arah BreadTalk, dibalas gerutuan oleh Gendis yang bersikeras ingin mewarnai rambutnya. "Udah sono sono pesen beef milano atau cafe uno atau apa kek yang banyak."

Dengan berat hati, Gendis berjalan menuju BreadTalk dengan bibi dan Dean yang membuntuti. Tanpa melihat harga, Gendis memesan semua yang terlihat menarik. Sampai saat pesanannya datang, dia terkejut melihat banyaknya jumlah roti yang dipesan. Tepat pukul 18.32 Exie sudah kembali dengan rambutnya yang kini sudah berwarna abu-abu.

"Buset elu mau ngasih makan orang satu komplek?" Tanya Exie speechless melihat satu meja didepan adiknya penuh dengan bermacam roti.

"Lagian ka Exie di salon kelama-" ucapan Gendis terpotong oleh Dean yang menghambur ke arah Exie untuk memeluk.

"Kakaaa Dean ngantuk, mau bobo sama nene," gumamnya.

Karena Exie bingung siapa yang akan mengurusi Gendis dan Dean besok pagi berangkat sekolah jika mamahnya tidak pulang malam ini, Exie menitipkan kedua adiknya dirumah nenek bersama bibi serta mang Udin yang diperintah Exie untuk membantu neneknya.

Exie pulang ke rumahnya menggunakan angkutan umum karena mobilnya bersama mang Udin menginap di rumah neneknya untuk satu malam ini. Saat sampai ruang tengah, Exie melihat Lavina sedang membereskan serpihan kaca dari pecahan gelas yang entah bagaimana bisa pecah saat kedua orangtuanya sedang ribut.

"Aw," rintihan Lavina membuyarkan lamunan Exie tentang bagaimana keadaan mamahnya saat ini.

Dengan cekatan Exie mengambil alih tugas Lavina, "bersihin dulu gih lukanya biar gua aja yang beresin. Oh ya Lav, jan lupa bikinin salad buah ama cemilan yang banyak tar Javier mau main kesini. Sekalian pesenin go-food terserah mau apa tapi secukupnya aja buat Gendis, Dean, bibi ama mang Udin di rumah nene. Nah nanti buat nene, elu bikinin sup ayam tar gua ama Javier yang anter kesono."

"Saladnya mau yang buah atau sayur?" Tanya Lavina yang sembari mengucuri jari-jari lentiknya yang tadi berdarah dengan air kran.

"Dua-duanya aja deh tar ada si Mostaf juga yang bakal ngabisin kalo Javier kaga doyan."

***
See ya!
Don't forget to click the star!

Exie GiovankaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang