44. Dandi and His past

840 29 5
                                    

Perasaan tetaplah sebuah perasaan

Tak diungkapkan bukan berarti dia tidak ada.

*******

"Eh mau kemana?" dandi tersentak kaget ketika anya menarik pergelangan tangannya menjauhi panggung.

"Capek berdiri terus" sunggut anya membuat dandi tersenyum. "Apaan sih lo senyum-senyum gitu? Tangan gue gatel pengen nabok muka lo yang senyum itu".

Dandi semakin melebarkan senyumannya lalu mencolek dagu anya dengan senyum yang tak pudar "Kode minta digendong kan?" tanyanya yang sontak membuat mata anya membulat sempurna saking kagetnya dengan pernyataan pemuda gila itu.

"Engg..." belum sempat anya memprotes dandi sudah lebih dulu menggendongnya di bahu kekar pemuda itu sehingga dia bisa duduk disana dengan posisi yang lebih tinggi itu dia bisa leluasa menonton konser tanpa harus merasa lelah berdiri.

Ah ya, sehabis makan besar di CNM, Mereka memutuskan untuk berjalan menuju pertunjukan konser musik yang tak jauh dari sana, anya terlalu lama berdiri karena mengantre tiket masuk sedangkan dandi pada saat itu segera pergi ke toilet karena perutnya sedikit bermasalah dengan beberapa masakan yang mereka makan secara random tadi.

Sejujurnya anya ingin ikut menari dan berjingkrak-jingkrak bahagia bersama kumpulan manusia lainnya seperti tadi, tapi sayangnya kaki yang habis terluka akibat tragedi di arena dance ulah bianca itu tidak ingin melihatnya bahagia, biasanya tidak terasa sakit tapi saat dibawa menari dan meloncat-loncat seperti ini sakitnya bukan main. Namun dia tidak ingin membuat pemuda yang sedang menikmati konser dibawahnya ini merasa khawatir akan kondisinya, entahlah dia merasa seperti ada sesuatu yang salah yang terjadi pada pemuda itu dan dia ingin dandi sendiri yang akan menceritakan hal itu padanya.

"Pulang yuk" anya memencet hidung dandi dengan mudahnya dari posisi seperti ini tanpa harus berjinjit seperti biasanya.

"Gak usah pakek mencet hidung gue juga kali" dandi menepis tangan usil anya yang ingin memencet hidungnya lagi.

"Ketagihan tau, kapan lagi gue bisa gampang mencetin hidung lo" anya terkikik geli. Dandi segera berjalan menjauhi keramaian dengan posisi anya masih berada diatas pundaknya, dan akhirnya tak jauh dari tempat masuk konser yang sudah cukup sepi dan hanya ada segelintir orang yang masih berlalu lalang disana dandi menurunkan anya lalu menghela nafas lega.

"Akhirnya beban hidup gue berkurang" ujarnya tanpa dosa sambil meregangkan otot tubuhnya.

"Rumah sakit atau kuburan?" anya mengacungkan kepalan tangannya membuat dandi meringgis, mungkin iya anya mengacungkan tangannya sebagai ancamam, tapi yang akan bertindak adalah tendangan mautnya. Dan sungguh tendangan itu tak bisa diremehkan.

"Enggak kok, kan tadi gue gendong lo, artinya gue udah berbuat baik artinya kebaikan gue nambah dong di kehidupan bangsa yang merdeka dan sejahtera ini" ujarnya membuat anya menatapnya bingung.

"Gak nyambungg!!" anya bersiap menendang dandi namun pemuda itu segera berlari menjauhi gadis itu, dandi akhirnya sampai di palang keluar area konser namun dia merasa ada sesuatu yang aneh dan janggal biasanya anya dengan mudah menarik topi jaket hoodie nya.

"Dandi sialan" anya hendak berlari mengejar dandi namun suara retakan dan rasa sakit di kakinya seakan membuat dirinya terasa akan mati saat itu juga, matanya menangkap bayangan dandi yang sudah berlari menjauh namun rasa sakit di kakinya membuatnya seakan mati rasa. Anya segera terjatuh karena rasanya salah satu kakinya terlalu sakit untuk menopang dirinya. "Dandi.., please come back"

AYGAS (END✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang