35. How's your plan?

1.1K 38 5
                                    

Silence is the loudest cry.

Hari berjalan seperti biasanya, detik berganti detik, jam berganti jam, hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan kini tahun pun telah berganti menelan semua kenangan di masa putih - abu itu. Semua kenangan indah terukir dengan manis di dalamnya.

Lalu bagaimana dengan kejadian pem-bullyan itu? Semua berjalan dengan benar tanpa cela. Yang bersalah harus mendapat hukuman bukan? Begitu pula dengan mereka bertiga. Mereka sebenarnya di perbolehkan melanjutkan pendidikan di sekolah itu setelah masa pengembalian pada orang tua yang berlangsung kurang lebih selama seminggu.

Setelah seminggu itu mereka datang ke sekolah bukan untuk melanjutkan pelajaran. Tapi mereka ke sekolah untuk memberikan surat perpindahan. Entah kenapa mereka bisa begitu kompak, namun yang anya ketahui mereka memilih sekolah yang berbeda.

Anya menghela nafas kasar mengingat bagaimana dia kehilangan teman kepercayaannya. Untungnya masih ada yara dan mirah yang setia mendampinginya.

"Kesambet?" tanya suara berat seorang pemuda, anya mendongak dan menatap agas yang baju sekolahnya sudah tidak beraturan, coretan demi coretan ada disana-sini bahkan lebih parah dari seragam anya sendiri. Agas selalu saja tampan dalam segala situasi, termasuk kini tampil dengan baju yang kini kehilangan dua kancing atasnya sehingga menampilkan dada agas yang bidang dan gagah. Di kepalanya terikat bandana hitam bergambar tengkorak pilihan anya, agas juga mengenakan kaca mata hitam yang sukses membuat para wanita menjerit ketika melihat penampilan agas.

Ya, mereka memang sedang merayakan kelulusan mereka di sebuah tanah lapang yang agak jauh dari sekolah sambil ber-konfoi ria di jalanan. "Gue tau gue ganteng jangan diliatin terus" agas merenggut lucu karena anya tak menghiraukan perkatannya.

"Idih ngambek" anya mencubit pipi agas gemas membuat wajah putih pemuda itu memerah. "Kok lo lucu gini sih" anya semakin gemas melihatnya. Dimatanya agas bukanlah pria tampan idola semua wanita, tapi dimatanya agas merupakan bocah kecil yang haus akan perhatian.

Semuanya berawal semenjak kejadian bully itu, agas semakin protektif terhadap dirinya. Agas bahkan sering mengintrogasi teman kelompok anya membuat mereka kelabakan karenanya. Pernah sekali agas mengintrogasi kurir wanita yang membawakan paket pesanan anya sampai wanita itu gemetar karenanya. Sejak saat itu anya selalu mengunci agas di kamar mandi jika di datangi kurir.

"Gue belum coret punya lo" ujar agas menyadarkan anya yang kembali melamun. Agas lalu mengambil cat semprot disampingnya dan mengukir sesuatu dengan teliti di bagian seragam anya yang masih kosong. Agas berusaha membuat coretan punyanya yang paling menonjol hingga membuat anya sampai kelelahan menahan tubuhnya yang harus bergerak secara alamiah meski sedikit.

"Gas udah? Lama banget sih, lo nulis apa? Huruf latin?" cibir anya membuat agas mendongak sebentar dan mengabaikannya. Tak berapa lama kemudian agas tersenyum puas melihat hasil kerjanya. "Gue foto" ujar agas mengambil handphone dari saku celananya, sontak anya berdiri untuk bergaya di depan agas.

Agas menyerahkan Hp nya untuk memperlihatkan hasil gambarnya. Anya tertegun melihat hasilnya, bukan pada dirinya melainkan pada coretan indah agas di bajunya yang membuat coretan itu benar-benar paling menonjol diantara coretan lainnya, tulisannya sederhana namun memiliki arti tersendiri bagi anya.

She's mine

Anya tersenyum lalu memeluk agas erat seolah tak ingin kehilangannya, agas juga memeluk gadis itu. Dia benar-benar mencintainya, sungguh. Mereka larut dalam pelukan mereka sampai sorak sorai teman-teman terdengar menyoraki mereka dan terpaksa membuat mereka harus melepaskan pelukannya.

AYGAS (END✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang