39. Perjalanan

971 37 5
                                    

Setelah usai dengan acara peluk-peluknya, mereka berempat tertawa girang seperti anak-anak membuat sekumpulan orang dewasa yang sedari tadi menunggu dari kejauhan melihat selesainya drama anak muda itu geleng-geleng kepala.

"Kelakuan anak-anak jaman sekarang" ucapan fredy menginstrupsi perhatian para anak muda disana membuat mereka terkekeh kecil karenanya.

"Sekarang giliran yang tua, bikin drama nih" celetuk ata langsung menghindar sebelum di jitak oleh dandi, membuat semua yang ada disana geleng-geleng kepala karenanya.

Fania menatap putri kesayangannya itu dan tersenyum simpul meski sorot matanya kentara sekali jika dia tidak ingin berpisah dengan putrinya. "Anya sayang nanti disana jangan nakal, jangan ngomong sama orang asing, jangan sembarangan kasih tau password apartemen kamu, jangan jajan sembarangan, dan jangan bikin ulah disana" pesan fania pada putri semata wayangnya itu yang dibalas pelukan sayang oleh anya.

"Anya bakalan turutin semua kata mama, tapi mama disini juga harus jaga kesehatan dan harus doain anya tiap hari. Titik" putus anya membuat fania terkekeh karenanya. "Anak nakal" ujar fania menyentil dahi putrinya tersebut.

"Papa gak mau peluk anya?" tanya gadis itu segera beralih pada papanya yang hanya mengusap lembut puncak kepalanya yang anya sadari betul kalau papanya sangat berat melepasnya pergi dalam jangka waktu yang cukup lama untuk pertama kalinya dan sendirian.

"Papa gak tau harus ngomong apa, putri kecil papa udah tumbuh menjadi seorang gadis remaja yang pintar dan berani. Ay kamu harus janji apapun yang kamu hadapi nanti kamu harus tetap jadi putri papa yang berani. Kamu adalah seorang ratu bagi kami, kamu adalah putri tercantik yang ada di dunia dan jangan biarkan orang lain salah menilai kamu. Kamu adalah putri yang luar biasa, dan papa adalah salah satu orang terberuntung di semesta ini karena memiliki malaikat seperti kamu" tutur papanya sambil menyeka air matanya yang hampir jatuh, anya berhambur memeluk papanya dan terisak di bahu pria itu.

"Papa maafin anya kalau anya banyak salah sama papa, anya emang nakal, banyak maunya, sering ngambek gak jelas, anya emang manja, anya sering buat orang di rumah sakit kepala. Maafin anya papa, anya belum bisa bahagiain mama sama papa sejauh ini, hiks" anya tak tau harus berkata apa lagi, semua kenangan terasa berputar di kepalanya dia sangat mencintai mama dan papanya. Mereka mencintai anya melebihi hidup mereka sendiri dan anya sangat bersyukur memiliki mereka dalam hidupnya.

"Dan anya tau gak, kalau putra bunda adalah salah satu pemuda beruntung yang berhasil mendapatkan hati malaikat tak bersayap seperti kamu" ujar indah tersenyum manis pada anya yang masih terisak, anya beralih menatap indah yang kini tengah tersenyum manis padanya.

"Seorang putri raja, gak boleh nangis sayang" ujar indah tenang sembari mengusap jejak air mata yang masih tersisa di pipi gadis itu. "Jadilah wanita yang kuat dan belajar dengan baik, pulanglah dengan membawa segala ilmu dan perubahan yang akan kamu berikan disini. Dan jangan lupa, jaga diri kamu disana" Ujar fredy dengan sebuah senyuman tipis sambil mengelus lembut puncak kepala anya memberikan gadis itu sebuah ketenangan.

"Papa fredy, dan bunda. Makasi udah mau anggep anya sebagai putri kalian, anya bener-bener beruntung memiliki keluarga seperti kalian semua. Anya punya papa, mama, papa fredy, bunda, agas, dan teman-teman anya. Anya adalah orang paling beruntung di dunia." anya berusaha menyeka air matanya kali ini, namun sialnya air matanya tetap luruh. Anya lalu bergantian memeluk fredy dan indah, suasana haru biru itu baru berakhir setelah terdengar pemberitahuan bahwa pesawat yang akan di tumpangi anya juga dandi akan lepas landas.

Anya berjalan beriringan dengan agas dan tersenyum penuh arti kearahnya
"Selamat jalan sayang, jaga diri dan jaga kesehatan." agas mencium kening anya cukup lama sampai anya merasakan tetesan hangat jatuh mengenai keningnya. Agas menangis.

AYGAS (END✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang