21. Undangan

1K 42 5
                                    

Bel masuk sudah berbunyi dan seluruh penghuni sekolah sudah memasuki kelasnya masing-masing. Sambil menunggu guru datang, kebiasaan kelas yang seperti pasar selalu terjadi setiap harinya bahkan kehadiran Reino sang ketua kelas dan Sasa si sekretaris kelas tidak di hiraukan. Sampai reino menghantam meja dengan penggaris kayu untuk memberi isyarat diam.

"Paan sih lo bikin kaget aja" teriak salah satu siswa di belakang

Reino hanya menghela nafas kasar "Gini nih guru-guru lagi ngadain rapat di aula bersamaan dengan osis. Jadi kita disuruh ngerjain buku paket halaman 32 bagian B yang essay! Kumpul setelah jam istirahat" titah reino

"Etdah ngeselin amat si, lagian kenapa ga sekalian kasi jamkos aja" sunggut ata

"Maunya lo!" hardik dandi disebelahnya

"Yuk kerjain" ujar vania membuka buku paket dan mencari halaman yang dicari

"Tenang aja, cuma 5 soal nanti nyontek aja di sarah" ujar agas tersenyum kecil yang dibalas kekehan vania. Tak berapa lama kemudian agas mengambil handphone dan menyenderkannya di kotak pensil milik vania. Lalu diapun mulai berkaca melalui layar ponselnya sambil bersiul-siul

"Pakai ini aja" vania menyerahkan cermin lipat yang selalu dia bawa  di tasnya

"Eh, sama kayak anya aja lo. tasnya udah kayak kantong doraemon." agas tertawa kecil, lalu sebuah notif pesan dari sms operator masuk ke handphone agas membuat ponsel pemuda tersebut menyala.

Vania melihat tampilan lockscreen dan merasa heran ketika melihat foto 2 orang wanita yang sedang berhadap-hadapan.

"Yang nyender itu bukannya anya gas?" tanya vania ketika menyadari salah satu dari mereka adalah anya. Gadis yang menyenderkan badannya pada suatu benda seperti jaring di bawahnya yang di balas anggukan kepala oleh agas "Terus yang disampingnya siapa?" tanya vania lagi

"Pacar gue" ujar agas jujur membuat vania membelakakan matanya

"Bukannya anya?" tanya vania

"Dia sahabat dan calon tunangan gue. Dan cewek disampingnya yang lagi liatin anya itu namanya desy, dia pacar dan cewek yg paling gue cinta. Dan gue terjebak diantara sahabat, pacar, dan perjodohan" ujar agas lirih dan penuh teka-teki. Tanpa agas jelaskan pun vania sudah mengerti maksud perkataan agas barusan.

Agas terhenyak ketika menyadari apa yang baru saja di lakukan. Agas menceritakan sesuatu yang pribadi dalam dirinya kepada wanita lain selain anya dan bundanya. Ada sebersit rasa bersalah yang entah kenapa datang tanpa alasan yang pasti. Dan dia juga berfikir mengapa dia cukup merasa bersalah ketika membagi duka dengan wanita lain. Apa karena pikirannya sedang kacau akan masalah pertunangan ini atau karena apa, yang jelas dia sendiri merasa bingung dan aneh dengan rasa seperti ini. Terlebih lagi vania merupakan sosok wanita yang baru saja dia kenal. Entahlah dia juga tidak paham akan dirinya sendiri

"Oh iya" agas terbesit sebuah hal dalam pikirannya, lalu dia merogoh sesuatu di tas sekolahnya dan menemukan sisa undangan di tasnya. "Ini buat lo" ujar agas menyerahkan undangan tersebut kepada vania.

Vania kini menatap undangan yang sudah ada di genggamannya tersebut lalu berkata "Gue harap lo sama anya bisa menjalani ini semua, percaya sama takdir. Kalau memang takdir lo sama desy, bagaimana pun cara kalian terpisah akan ada satu cara untuk bersatu. Yang seharusnya pergi akan pergi dan yang seharusnya datang akan datang." ujar vania tersenyum manis. Dibalas anggukan kepala oleh agas.

****

Bel pulang sekolah pun akhirnya berbunyi, anya terduduk lemas di kursi depan samping kemudi dengan kepala yang menyender dan menengadah keatas sambil beberapa kali menghela nafas pelan. Agas yang baru kembali dari membeli air minum mengernyit heran melihat tingkah anya. Tak mau ambil pusing agas segera mendudukan diri di kursi kemudi dan segera melesat meninggalkan gerbang sekolah rahma sakti.

AYGAS (END✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang