Ketiga

3.7K 340 1
                                    

"Aku pulang" teriak Jimin.

Sepi, rumahnya itu sepi. Dia baru ingat kalau kakaknya akan lembur hari ini. Bisa dipastikan tengah malam baru pulang. Maid dirumah juga sedang libur seminggu. Jimin mendengus pelan. Lapar mulai menguasai perutnya.

Dia pun berinisiatif memasak ramen untuk makan malam nya. Ya, setidaknya untuk mengganjal perutnya. Setelah selesai dengan makan malam nya, dia beranjak menuju kamarnya. Niatnya ingin beristirahat tapi mengingat kasurnya yang lupa dia jemur dan masih basah membuat dirinya menepuk jidat.

"Bagaimana bisa aku lupa tentang kasur? Bodohnya aku" ucap Jimin menyalahkan diri. Dia bingung harus tidur dimana. Jika tidur dikamar kakaknya sudah pasti nanti bakal diusir. Akhirnya dia berpikir untuk tidur di sofa ruang tamu sekalian menunggu Hyung pulang.

...

*Cklek

"Kenapa lampu ruang tamu menyapa?" tanya Yoongi heran. Diseretnya kaki yang sudah lelah itu menuju ruang tamu. Dia sedikit bingung kenapa adiknya itu tertidur disana. Namun akhirnya rasa penasaran itu tak ia pedulikan dan lebih memilih masuk ke kamarnya untuk beristirahat.

"Eunghh.. " leguh Jimin yang terusik dengan lampu ruang tamu yang mati. Dia memang tak bisa tidur dengan lampu mati.

" Apa Hyung sudah pulang? " ucapnya sembari melihat jam dinding yang menunjukkan pukup 12 tepat. Dia pun beranjak dari tidurnya dan melihat ke kamar kakaknya itu. Ya, kakaknya sudah pulang. Ingin rasanya meminta ijin untuk tidur diranjang kakaknya itu untuk malam ini saja. Karena badannya terasa remuk tidur di sofa.

Jimin memberanikan diri untuk masuk ke kamar Hyung nya itu. "Hyung.."  panggilnya lirih. "Hyung.."  panggil nya lagi. "Huh..  Ada apa Jim?"  ucap Yoongi kesal.

"Bolehkan aku tidur di sini? Kasur kamarku masih basah " pintanya ragu-ragu. Yoongi seketika teringat dengan insiden pagi tadi." Apa peduli ku!  Pergi dari kamarku pengganggu! " usirnya.

Jimin tertegun mendengar ucapan Hyungnya. Dan berakhir keluar dari kamar kakaknya itu." Maaf mengganggu tidurmu Hyung. Selamat Tidur. " ucapnya sebelum menutup pintu kamar kakaknya.

Jimin kembali ke ruang tamu. Dia hampir saja menangis jika tak benar-benar dia tahan sekarang juga." Hiks.. Ibu.. " tangisan itu akhirnya lolos. Katakan jika Jimin cengeng. Ya, memang. Dia benar-benar cengeng.

...

Hidup Jimin berubah seiring perjalanan lima tahun ini. Rumah yang seharusnya ramai akan empat anggota keluarga terpaksa harus berkurang dua dari mereka. Ayah dan Ibu dari Jimin dan Yoongi. Karena suatu kecelakaan yang merenggut kedua. Jimin dan kakakny harus rela ditinggalkan diusia yang masih remaja.

Meskipun mereka keluarga yang berada tak menutup kemungkinan mereka akan hidup dengan bahagia. Yoongi memang orang yang baik dan ramah tapi itu dulu. Jimin memang orang yang ceria tapi itu dulu.

Semua berubah saat insiden itu. Jimin memang pada dasarnya adalah anak yang lemah dan cengeng. Jimin paham itu. Selalu menjadi bahan bully an adalah makanannya setiap hari. Yoongi yang biasanya akan membelanya sekarang sudah tidak lagi. Dia merasa muak memiliki adik yang bahkan diusia 18 tahun itu tak bisa menjaga dirinya sendiri.

.

.

.

.

.

.

I'm Sorry (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang