"Aku pulang" ucap Jimin di depan pintu rumahnya.
Sepi tak ada yang menyaut. Yoongi hyung belum kembali dari tempat kerjanya. Jimin sendirian. Taehyung sempat menawarkannya untuk tinggal dirumahnya sementara atau tidak dia bersedia untuk menemaninya sampai hyungnya itu pulang. Tapi Jimin menolak.
Dia tau terlalu banyak merepotkan saudaranya itu. Sayapnya perlahan membaik tak sesakit dulu. Itu cukup membuatnya bersyukur kembali.
Dia masuk dalam kamarnya. Dingin, hal yang pertama dia rasakan. Mendudukkan dirinya pada ranjang yang dia rasa sudah dirapikan tapi entah siapa. Memandangi pintu kamar mandi yang tertutup rapat itu.
Seolah diantarkannya ingatan beberapa hari lalu yang masih membuatnya tidak percaya. Segera ingatan itu dia tepis. Terlalu menyakitkan untuk sekedar di ingat kembali.
Keluar menuju dapur dan melihat persediaan makanan di kulkas. Sudah hampir habis, hanya beberapa selada dan juga dua butir telur.
Dia pun berinisiatif untuk membeli persediaan minggu itu juga di market terdekat. Pergi kembali ke kamarnya dan mengambil uang secukupnya yang dia simpan dari hasil kerja paruh waktunya.
...
Sebenarnya bisa saja dia meminta uang sadari Yoongi hyungnya. Bahkan Yoongi juga terkadang mengirimkan uang pada tabungannya tapi tidak enak rasanya jika uang hasil kerja keras hyung nya itu ia hamburkan begitu saja.
Makanya dia simpan dan tak akan menggunakannya sembarangan. Toh uang hasil kerja paruh waktunya cukup untuk sekedar kebutuhan sekolah dan yang rumah. Yoongi hyung nya pun juga jarang pulang dan lebih memilih di studionya.
...
*Cklek
Pintu rumah itu terbuka. Yoongi pulang dengan keadaan mabuk (lagi). Sudah beberapa hari semenjak Jimin dirumah sakit dia terus saja pulang dalam keadaan mabuk.
Pintu rumah itu dia banting begitu saja. Jimin yang tengah membaca materi sekolahnya di kamar terkaget. Dan segera keluar melihat keadaan diluar.
"Hyung? K-kau mabuk? "
Jimin mematung melihat hyungnya yang dengan sempoyongan menghampirinya.
" Chim? "
Jimin terkejut kembali. Hyungnya memanggil nama panggilan yang sudah lama hilang dari kehidupan nya itu. Ingin sekali dia menangis sekarang juga karena terlalu bahagia namun dia tepis saat itu juga.
" Ayo Jimin bantu hyung" ucap nya mencoba memapah Yoongi. Namun Yoongi tepis dengan kasar.
"Chim? Kau suka dengan panggilan itu? Chim. Hhhh.. " Yoongi terkekeh pelan. Ingatkan jika Yoongi itu masih mabuk. Jimin hanya diam mendengar hyung nya melantur itu. Yoongi mendekati Jimin yang masih berdiam diri itu. Mengelus pipi adiknya dengan mata yang sayu itu.
" Kau sudah pulang? Kenapa tak mati sekalian saja hmm? Kau itu benar-benar merepotkan Chim. Kenapa kau begitu lemah untuk menjadi seorang laki-laki? "
" H-hyung.. K-kau? "
" Iya adik manisku? " Yoongi masih mengelus pipi dan surai Jimin bergantian. Memandangi sayap Jimin yang masih diperban itu dan menyentuhnya.
" Apa ini sakit Chim? "
" A-akh.. H-hyung"
Yoongi memegang sayapnya yang masih diperban itu dengan kuat.
"Apa ini sakit? Kau laki-laki Chim. Seharusnya bisa menahan sakit yang tak seberapa ini"
Jimin meringis menahan nyeri disayapnya. Sudah dipastikan lukanya kembali terbuka, bahkan bercak darahnya sudah mulai merembes pada perbannya.
"H-hyung.. Kumohon, l-lepaskan.. Iissh... "
Yoongi justru menguatkan genggaman nya pada sayap Jimin. Jimin sendiri sudah menangis dalam diamnya. Mencoba menahan tubuhnya yang hampir terjatuh itu. Sungguh matanya sudah mulai berkunang-kunang.
Sedangkan Yoongi masih diam dalam aksinya. Jimin paham dengan hyungnya itu. Hyung nya bukan tipe pemabuk yang urakan. Justru dia adalah tipe pemabuk yang tenang namun mengerikan. Seperti saat ini. Dia bahkan melakukan aksi 'menyiksa' adiknya dengan tatapan kosong bak psikopat itu.
"H-Hyung... Lepas....kan ini.. Hahh..Hyung.."
.
.
.
. *Bruk
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Sorry (Tamat)
Short StoryJadilah orang yang kuat Jim - Yoongi . . Bagaimana jika alasanku menjadi kuat tak lagi menghiraukanku, Hyung - Jimin . Yoongi dan rasa sayang nya yang berbeda pada sang adik. . .