Keduapuluh Delapan

2K 194 6
                                    


Warning!.. TYPO dimana-mana, harap good reader memaklumi author,

.

.

.

.

happy reading, good reader.

.

.

.

.

Taehyung dan Jimin tengah menikmati kare mereka disebuah restoran yang cukup jauh dari kediaman mereka. Awalnya Jimin sempat cemas mengetahui bahwa perjalanan menuju 'makan kare' nya membutuhkan waktu 1 jam an. Tapi melihat bagaimana Taehyung menjelaskannya kalau kare yang ia nikmati adalah buatan teman Taehyung, Jimin merasa lega mendengarnya.

Jimin yang tengah menikmati karenya diam terus saja melirik Taehyung yang sibuk dengan ponselnya dan mengacuhkan makanan di depannya. Jimin mendengus pelan melihat perilaku saudaranya yang tidak berubah itu.

"Jangan abaikan makanan di depanmu Tae. Karenya akan mendingin." Ucap Jimin yang kemudian Taehyung meletakkan ponsel di atas meja.

"Maaf Jim. Akan aku makan segera"

Taehyung memang menjadi seorang yang penurut jika bersama payangnya, yaitu Jimin. Mereka berdua sudah bersama sejak kecil. Disaat keluarga mereka sibuk dengan pekerjaannya, terutama keluarga Taehyung yang benar-benar sibuk dan berakhir ia jadi kurang diperhatikan oleh keluarganya. Makanya Jiminlah yang merawatnya.

Bahkan rasa sayang Taehyung pada hyung kandungnya, Seokjin dan Namjoon, tak sebesar rasa sayang Taehyung pada Jimin. Taehyung sadar, Jimin adalah segalanya baginya. Namun sayangnya Taehyung tak pernah sadar atau mungkin tak akan sadar jika rasa sayangnya menjadikannya terobsesi dengan Jimin, yang notabene nya adalah saudaranya sendiri.

Berbicara tentang kedua hyungnya, mungkin sudah dijelaskan bagaimana Seokjin yang seorang dokter terkenal nan tampan itu. Begitu juga dengan Namjoon, anak kedua dari Tuan Kim itu selalu bertolak belakang dengan adiknya, Taehyung. Sedari kecil tak kata 'tidak pernah bertengkar dan saling memukul antar mereka' , selalu ada hari untuk mereka bertengkar entah apapun sebabnya.

Hal itu terbawa hingga mereka dewasa. Namjoon yang terkenal begitu pintar dengan IQ yang cukup tinggi, namun perusak sejati pada setiap barang yang ia pegang itu tetaplah menjadi musuhbebuyutan sang adik. Dia bekerja sebagai seorang hacker lepas yang disewa dengan harga tinggi oleh perusahaan besar. Tak jarang terkadang situs atau dokumen-dokumen penting yang Taehyung jaga selalu lolos di curi oleh hyungnya itu.

Seokjin yang mengetahuinya hanya bisa menggelengkan kepala pada kedua adik tampannya itu, ya meskipun lebih tampan dia. Ia sendiri sudah lelah mengurusi bayi besarnya.

"Kau ingin tambah Jim? Kau terlihat sedikit kurus. Tambah ya? Atau ingin kupesankan yang lain?" tawar Taehyung yang membuat Jimin terdiam sejenakdan menggeleng pelan.

"Makanlah sedikit lagi Jim. Kau ingin mochi? Mochi di sekitar sini sangat enak. Mau ya? Jim.. jangan abaikan aku. Mau ya? Ya?" Taehyung masih berusaha merayu Jimin dengan serangan aegyonya. Kedua pengawal yang berada disamping Taehyung mengalihkan pandangan mereka agar tak tertawa saking gemasnya. Jimin yang melihatnya sontak terkekeh pelan.

"Berhenti melakukannya Tae. Baiklah, mochi boleh juga" Taehyung tersenyum lebar mendengarnya.

.

.

.

"Sudah siap hyung?" Jungkook menyapa Yoongi disamping jalan halte. Yoongi dengan segera masuk ke dalam mobil dan melajulah mereka menuju bandara.

"Apa rencanamu kali ini,hyung?" Tanya Jungkook yang masih fokus pada kemudinya.

"Merebut kembali Jiminku." Ucapan Yoongi yang penuh tekad itu membuat Jungkook sontak tertawa renyah. Yoongi hanya menatapnya datar.

"Ada yang lucu Kook?" Jungkook sontak menggangguk dengan semangat. "Tentu hyung. Kalau tidak, bagaimana bisa aku tertawa sekeras ini..hahahahaha... kau lucu hyung."

Setelah puas dengan acara tertawanya Jungkook akhirnya terdiam dan tersenyum pada Yoongi hyungnya yang bermuka datar itu.

"Kau aneh hyung. Seingatku kau itu paling anti dengan Jimin. Paling kesal jika Jimin tak seperti apa yang kau harapkan dan berakhir kau pukuli." Ucapan Jungkook telak menusuk hati Yoongi. Yoongi sontak menurunkan pandangannya pada kedua tangannya.

"Aku benar kan hyung? Wajar jika Taehyung mengambilnya darimu. Dia itu sangat sayang pada Jimin melebihi hyung kandung nya. Dia rela melakukankan apapun asal 'Jiminnya' bahagia. Jadi, entah mengapa terasa aneh mendengar kau ingin mengambil Jimin dari tangan Taehyung yang jelas-jelas kau sendiri paham. Tak semudah itu merebut apa yang sudah Taehyung genggam dengan erat hyung."

Jungkook berbicara cukup panjang dan sukses membuat Yoongi tak bisa balik membalas. Jungkook melirik hyungnya itu lalu menepuk pundaknya pelan.

"Tapi tenang saja hyung. Aku akan membantumu sebisaku. Jadi jangan khawatir." Yoongi menatap Jungkook diam lalu tersenyum tipis padanya.

.

.

.

"Terimakasih Kook."

I'm Sorry (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang