Keduapuluh Empat.

2.1K 225 3
                                    

Author balik lagi....

.

.

.

.

.

.

Happy reading, good reader..

.

.

.

.

.

Taehyung kalang kabut membawa Jimin menuju kamar. Tubuhnya masih basah kuyub karena baju yang ia kenakan masih melekat.

Darah yang menetes dari pergelangan tangan kirinya masih menetes deras.

Sumpah serapah Taehyung lontarkan pada Jimin dan juga pengawalnya yang begitu lama memanggil dokter.

"Bodoh kau Jim. Kau benar-benar manusia bodoh yang pernah kutemui!"

Taehyung sudah tersulut emosi sejak membujuk Jimin untuk makan.

"Brengsek. Karena Yoongi sialan itu kau rela melakukan ini. Bodoh kau Min Jimin! "

Taehyung benar-benar sudah merah padam.

"Jika kau ingin mati, setidaknya ucapkan kata perpisahan atau mungkin kau bisa memintaku untuk membunuhmu"

"Itu lebih baik dari pada harus bunuh diri. Min Jimin Bodoh!"

*Cklek

Pintu apartemen itu terbuka dan menampilkan seorang pemuda dengan setelan jas putih khas rumah sakit.

Taehyung mendekati sang pengawal yang berjalan di belakang sang dokter tampan itu.

*Bukk.. Bukk

Suara tinjuan itu tak bisa terhindari. Sang pengawal hanya pasrah akan hukuman yang diberikan oleh Tuannya.

"Hentikan Tae. Jangan membuat masalah menjadi lebih besar. " tegas sang dokter itu.

Taehyung pun mematuhi perkataan sang dokter yang tengah sibuk menghentikan laju darah yang terus mengalir dipergelangan Jimin.

" Keluar." ucap Taehyung tegas dan dibalas anggukan kecil pengawalnya.

Taehyung pun berjalan mendekati sang dokter yang sudah membalut tangan Jimin dengan kain kasa.

"Bagaimana hyung? " tanyanya dengan datar namun sarat akan rasa khawatir yang besar.

" Syukurlah tak ada yang serius Tae. Bagaimana hal ini bisa terjadi? " ucap sang dokter.

" Semua ini karena Yoongi brengsek itu. "

" Tae... Berhenti mengatai saudaramu seperti itu." sang dokter mencoba menenangkan Taehyung.

"Tidak hyung. Karena dia Jimin jadi seperti ini. Karena dia Jimin bahkan sampai berani melakukan hal sebodoh ini. Bagaimana bisa... "

" Tae! Cukup. " ucap sang dokter jengah.

" Berhenti membelanya Seokjin hyung! " teriak Taehyung.

" Aku tak berniat membelanya meskipun dia adalah sahabatku Tae. Tapi kumohon turunkan tempramenmu. Itu juga akan berakibat pada Jimin. " ucap sang dokter yang diketahui bernama Seokjin itu. Mencoba menenangkan Taehyung yang sudah kalap dengan emosinya.

" Kupastikan Jimin melakukan hal seperti ini bukan hanya karena Yoongi. Pasti ada faktor lain. " ucapan Seokjin membuat Taehyung terdiam sejenak.

Tersadar akan perbuatannya pada Jimin yang menurutnya sudah terlewat batas itu.

Taehyung terduduk di sisi ranjang kamar itu. Menutup dan kemudian mengusap kasar wajah tampannya itu. Seokjin pun seketika paham.

"Apa yang sudah kau lakukan pada Jimin, Tae? " tanya Seokjin curiga. Taehyung masih terdiam.

" Jawab hyungmu saat dia bertanya Tae. " ucapan Seokjin membiat Taehyung frustasi.

Taehyung terlihat jengah dan menghela nafasnya kasar.

" Obat bius. " Seokjin seketika terkejut mendengar tuturan sang adik.

" Kau sudah gila Tae!? "

" Jangan bilang obat bius yang 'itu' " Seokjin bertanya lagi untuk memastikan. Taehyung kembali mengangguk.

" Kau benar-benar sudah gila Tae!.. " Seokjin termakan emosinya. Dia benar-benar tak habis pikir dengan adiknya yang rela melakukan hal gila.

.

.

.

.

.

" Kau benar hyung. Karena Jimin. Aku jadi gila karenanya. "

.

.

.

.

I'm Sorry (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang