Heyhoo readers! Maaf ya kemaren nggak update pdhl aku sempet bilang mau update setiap hari.. hehe. Abisnya aku sibuk, kan bentar lagi lebaran tuh jadi aku sibuk bikin kue.. Eh nanti lebaran main sini kerumahku..hehe:) dan harusnya aku update tadi pagi soalnya udah aku tulis dari semalem tapi pas mau update, draftnya malah ngilang deh tu jadi ya aku terpaksa nulis ulang..huhu:(
Udah ah, Selamat membaca••
♥♥♥
"Kok bisa?" tanya Renald--papanya Rebecca-- ketika baru saja selesai membaca surat yg diberikan putrinya
"Km kan disini murid baru sayang, kok bisa dikeluarin? Km nglakuin kesalahan apa?" Renald bertanya dengan sorot wajah kecewa, perasaannya sudah tidak enak semenjak putrinya tiba² menyuruhnya ke sekolah, beruntung hari ini ia tidak memiliki agenda penting jadi bisa meninggalkan kantornya.
Rebecca menunduk, ia benar² sedih melihat sorot kecewa dari kedua mata papanya. Kini mereka berada di cafetaria sekolah dan sahabat² Rebecca termasuk Nathan masih siap sedia didekat Rebecca.
"Begini pa..emm..itu" Rebecca bingung harus menjelaskan bagaimana, karena sejujurnya masalah ini tidak wajar bila disangkut pautkan dengan sekolah
"Maaf om, saya rasa Rebecca bingung menjelaskannya. Bagaimana jika saya yg menjelaskan? Karena saya juga terlibat dalam masalah ini" ujar Nathan sopan
Renald memandang Nathan ragu, ia terlihat menilai Nathan sekilas kemudian mengangguk mempersilahkan.
"Begini om, saya rasa ini semua salah saya bukan Rebecca dan sebenarnya ini juga masalah pribadi yg tidak ada sangkut pautnya dengan sekolah. Jadi begini....." Nathan kemudian menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, ia tidak berbohong sedikitpun.
"Maaf om, saya akan bertanggung jawab. Saya akan membantu Rebecca sebisa saya" Nathan mengakhiri ceritanya
Renald terdiam cukup lama, "Aneh, tidak seharusnya konflik remaja seperti ini menjadi alasan km dikeluarkan dari sekolah. Rupanya teman km itu menyalahgunakan kekuasaan orang tuanya" ujar Renald geram
Tangan Renald terulur untuk mengelus rambut putrinya pelan.
"Tidak apa Becca, papa paham, papa juga pernah muda jadi konflik seperti ini memang sering terjadi tapi yg salah adalah tidak sepatutnya teman km itu menggunakan kedudukan orang tuanya untuk mengeluarkan km dari sekolah. Papa yang akan mengurusnya, km tenang saja ya" ujar Renald lembutRebecca memandang papanya haru, kemudian ia memeluknya. Didalam hatinya ia lega, karena papanya paham dengan apa yg terjadi.
"Makasih pa" gumam Rebecca
"Oh iya, saya berterima kasih kepada kalian semua yg sudah membantu anak saya dan menguatkan dia" Renald tersenyum kepada sahabat² Rebecca
"Dan km Nathan, saya senang Rebecca memilih cowok yg tepat, cowok yg bertanggung jawab. Saya harap jika km serius dengan anak saya, km bisa menjaganya" lanjut Renald ramah
"Baik om, saya akan berusaha membuat Rebecca bahagia" ujar Nathan senang
"Ciee... Lampu hijau..ciee" celetuk Bryan yg disusul sorakan yg lainnya juga
Dan sontak saja hal itu membuat pipi Nathan dan Rebecca bersemu merah, walaupun Rebecca menyembunyikan wajahnya di pelukan Renald.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cold Boy Nathan [END]
Teen FictionKamu, sebuah awal yang begitu dingin dan beku Begitu tajam menusuk, penuh intimidasi Sosok yang tak sudi mendamba pada sang tuan bernama cinta Kamu, begitu pandai merajut kata menjadi balutan motivasi Meski wajahmu datar tanpa ekspresi Dan tuturmu...