Haii aku update!! Sebenernya kemaren sempet mikir buat Hiatus soalnya mau UKK ehh malah UKK nya diundur.. Gara2 niatnya mau berbasis smartphone ehh malah trouble.. Terus UKK nya diundur.. Jadi bisa update deh:)
Selamat Membaca Kisah Ini❤
*Sebenernya bingung mau ngasih judul chapternya apa, ngaco banget guee😂 Efek kehabisan ide_-
♥♥♥
"Hah? Caranya?" Rebecca menaikkan alisnya bingung
"Caranya..." Nathan menggantung ucapannya, cowok itu berlagak berfikir
"Gampang..." lanjutnya kemudian menatap Rebecca
"Apa? Gimana?" Rebecca terlihat antusias
"Jadi pacar Nathan ya?" ujar Nathan sambil tersenyum
Nathan bisa melihat perubahan raut wajah gadis didepannya itu. Ia terlihat mematung dan ada sorot.. Ketakutan. Ya ketakutan dimatanya.
"Nathan.. Lo.. Nggak kesurupan kan? Ini kita masih dimakam lho dan lo malah ngomong kyk gtu. Lo kesurupan? Pliss jangan nakutin guee" ucap Rebecca pelan, ia bukannya tersipu dengan ucapan Nathan tp justru ia takut.. Di kuburan seperti ini dan tiba2 Nathan membicarakan hal aneh seperti itu
"HAHAAHAHAH.. becanda bocah!" tawa Nathan meledak kemudian ia mengacak rambut Rebecca pelan
"Lega gue,, kirain lo kesurupan tiba2 nembak gue" dengus Rebecca
"Move On itu emang nggak gampang, omong kosong klo ada yg bilang move on itu gampang! Berarti dia bukan orang yg tulus. Kunci dari Move on itu mengikhlaskan, kita tidak perlu melupakan, emangnya lo bisa ngelupain orang yg pernah ada di hidup lo? Emangnya kita bisa tiba2 amnesia? Enggak! Kita cukup mengikhlaskan, setelah itu pelan2 lepaskan perasaan kita, berdamai dengan takdir dan diri kita sendiri, klo kita harus nglepasin perasaan itu. Bec, Nielsen ninggalin lo secara baik2 maka skrg giliran lo buat ngikhlasin dia. Lalu semuanya akan mudah" tutur Nathan
Hati Rebecca menghangat mendengarnya. Satu hal yg tetap melekat pada diri Nathan baik Nathan yg dingin atau Nathan yg skrg. Yaitu kebijaksanaannya. Motivasinya. Dia mampu memberi semangat untuk bangkit, kepada orang disekitarnya. Dan menurut Rebecca itu sangat keren.
"Makasih ya Nath, gue akan nglakuin yg terbaik sesuai arahan lo. Makasih udah peduli" Ucap Rebecca tulus
Kedua tangan Nathan tiba2 menangkup pipi Rebecca. Lalu ia tersenyum. Senyum yg mampu membuat Rebecca mematung terpesona. Pipinya bersemu merah. Ingin berpaling tetapi Nathan menangkup pipinya.
"Lo itu temen gue Bec, dan kita pernah berada dipatah yg sama, sakit yg sama. Jadi klo gue bisa bangkit, lo juga bisa" ucapnya lembut, diakhir kalimat ia menurunkan tangannya lalu mengacak rambut Rebecca pelan
"Yuk pulang, mendung nih" ujar Nathan
"Katanya ga takut sama hujan?" cibir Rebecca setelah ia mati2an mengontrol jantungnya yg berdebar
Nathan terkekeh pelan. Kemudian keduanya berlalu meninggalkan makam. Membelah padatnya jalanan diMilan. Dengan hati Rebecca yg ringan dan lega. Ucapan Nathan sungguh melegakan kegelisahannya.
Tapi benar kata Nathan langitnya mendung dan hujan deras turun ketika Rebecca dan Nathan masih diperjalanan. Nathan menepikan motornya di depan toko dipinggir jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cold Boy Nathan [END]
Genç KurguKamu, sebuah awal yang begitu dingin dan beku Begitu tajam menusuk, penuh intimidasi Sosok yang tak sudi mendamba pada sang tuan bernama cinta Kamu, begitu pandai merajut kata menjadi balutan motivasi Meski wajahmu datar tanpa ekspresi Dan tuturmu...