Haii readers! Aku update lagi, cepet ya kan? Kan udah ku bilang bakal sering update.. hehe^^
Happy Reading :)
-----
Rebecca diam saja selama perjalanan, Nathan membawanya jauh dari hiruk pikuk kota. Menuju tempat yang sunyi tak jauh dari hutan. Lebih tepatnya ke sebuah danau di dekat rel kereta api. Setelah sampai, Nathan memarkirkan motornya tidak jauh dari danau.
"Ngapain bawa gue kesini?" tanya Rebecca sambil mengekori Nathan menuju pinggir danau
"Biar lo lebih tenang" jawabnya dingin
Rebecca menghirup udara di sana sambil merentangkan tangannya.
"Segar sekali dan sunyi" gumamnya
"Setiap 30 menit sekali kereta akan lewat dan lo bisa teriak sepuasnya. Tumpahin semua kesedihan lo, biar lo lebih lega" ucap Nathan panjang tapi masih dingin
Rebecca bungkam dan terus menatap Nathan dengan tatapan tak percaya.
"Lo.. Sakit ya? Tumben ngomong panjang amat... But thanks ya" kata Rebecca
"Sepuluh menit lagi, siap-siap"
"Hah? Kok lo tahu?"
Nathan tak menjawab, ia justru mulai duduk di pinggir danau dengan ke dua tangannya menopang ke belakang. Keadaan mendadak hening sekali, Rebecca masih berdiri sambil memandang jernihnya air danau, sebelum kemudian 1 kereta lewat dan menimbulkan bunyi yang nyaring.
"It's time" titah Nathan
Pelan-pelan Rebecca pun kembali merentangkan tangannya dan menutup matanya erat.
"Aaaaaaaaa.... " teriaknya nyaring walau tak mampu mengalahkan nyaringnya bunyi kereta
Setelah puas dan kereta sudah menjauh, Rebecca menghela nafasnya lega. Hatinya sedikit lebih tenang. Kemudian ia duduk di sebelah Nathan.
"Gimana?" Nathan menginterupsi dengan suara dinginnya
"Lumayan lega, makasih banyak ya Nath. Gue semakin yakin kalo lo itu adalah orang yang peduli. Berhenti bersikap dingin Nath, lepas topeng lo dan jadi diri lo sendiri" ujar Rebecca tulus
"Diri gue udah lama hilang Bec" gumam Nathan tanpa memandang Rebecca
"Diri lo nggak hilang Nath, lo yang menyembunyikan diri lo itu. Suatu saat gue yakin lo pasti bakalan siap buat kembali" kata Rebecca
"Entahlah" ujar Nathan dingin
***
Setelah dari danau, Rebecca meminta Nathan mengantarnya ke rumah Stella. Ia harus memberikan surat dari Nielsen. Sesampainya di rumah Stella, Rebecca lega karena Stella sudah agak pulih dari demamnya. Stella sudah bisa menemui Rebecca di ruang tamu bukan di kamar seperti awal ia demam.
"Kamu udah baikan Stel?" tanya Rebecca
"Lumayan, walau masih agak pusing" jawab Stella
"Oh ya kalian kok bisa barengan gini? Jangan-jangan.. " Stella mulai menggoda mereka
"Apaan sih Stel, lagi sakit juga sempet sempetnya kayak gitu ihh" gerutu Rebecca
"Aku kebetulan tadi lagi sama Nathan terus minta anterin deh ke rumah kamu, aku mau ngasih ini" lanjut Rebecca sambil memberikan surat kepada Stella

KAMU SEDANG MEMBACA
The Cold Boy Nathan [END]
Teen FictionKamu, sebuah awal yang begitu dingin dan beku Begitu tajam menusuk, penuh intimidasi Sosok yang tak sudi mendamba pada sang tuan bernama cinta Kamu, begitu pandai merajut kata menjadi balutan motivasi Meski wajahmu datar tanpa ekspresi Dan tuturmu...