Haii readers! Kayaknya satu minggu ke depan aku bakalan sering update deh! So, ikutin terus ya ceritanya ^^
Happy Reading :)
-----
Pagi ini jasad Nielsen dikebumikan. Rebecca, Stella, orang tua Nielsen, orang tua Stella, orang tua Rebecca, keluarga Nielsen serta beberapa warga dan teman-teman sekelas Nielsen hadir di sana.
Stella tak berhenti menangis sejak semalam, Rebecca pun sama. Bahkan kondisi Carra sangat memprihatinkan, beliau sempat beberapa kali pingsan semenjak mendengar kabar bahwa anaknya telah tiada. Mereka merasakan duka yang sangat mendalam.
Siapa sangka, seorang sahabat yang sudah membersamai mereka selama ini pergi begitu cepat. Satu per satu orang disana mulai meninggalkan pusara Nielsen setelah mengucapkan bela sungkawa kepada keluarga yang ditinggalkan. Menyisakan Stella, Rebecca dan Nathan. Ya, Nathan. Dia hadir.
"Kamu jahat Niel, katanya kita bakal bareng-bareng terus sampai kita meraih cita-cita kita masing-masing. Katanya kita bakal tetep bareng-bareng walau nantinya kita udah punya keluarga masing-masing. Tapi kenapa kamu pergi secepat ini?" racau Rebecca sambil terisak
"Niel, aku sayang sama kamu. Entah sudah berapa kali aku mengucapkan itu. Maaf... Aku belum sempat ngungkapin langsung ke kamu. Tapi, kenapa kamu harus pergi secepat ini?" ucap Stella sambil terisak
"Iya Niel, aku tahu ini takdir. Tapi kenapa harus seperti ini? Aku masih belum ikhlas kamu pergi, nanti siapa yang jagain aku sama Rebecca lagi? Nanti siapa yang bakal ngatain aku cengeng lagi? Niel, tolong bilang ke aku kalo ini semua mimpi..hiks" lanjut Stella
"Stel, ini emang berat buat kita tapi ayo sama-sama bangkit. Kalo kita sedih terus Nielsen juga di sana bakal sedih" ucap Rebecca walau air matanya masih belum berhenti
Nathan hanya diam berdiri sambil memandang pusara Nielsen, walau itu hanya sebuah pusara tetapi Nathan bisa melihat tatapan cinta yang begitu tulus dari kedua cewek itu.
"Niel, lihatlah 2 sahabat lo ini cengeng sekali" Nathan menyahut lirih meski masih terdengar dingin
"Lo beruntung" lanjutnya
"Ayo pulang, langitnya mendung sekali takut hujan" ajak Rebecca sambil mengusap sisa air matanya
"Baiklah" lirih Stella, isak tangisnya belum berhenti
Setelah bengkit, Rebecca dan Stella kembali menatap pusara Nielsen. Tetapi kini sambil menyunggingkan senyum tipis.
"Niel, yang tenang ya disana. Kamu udah nggak sakit lagi sekarang, suatu hari nanti kita pasti akan dipertemukan kembali di alam yang berbeda. Tunggu aku, dan tetaplah menjadi sahabatku. Terima kasih untuk semuanya, selamat jalan kawan" batin Rebecca
"Niel, kamu tahu? Aku nyesel belum sempet ngungkapin perasaan aku ke kamu tapi aku lega udah minta maaf sebelum kamu pergi. Sekali lagi, aku cinta sama kamu. Tunggu aku ya di sana, selamat jalan kawan. Yang tenang ya" batin Stella
"Selamat Jalan, Niel. Lo beruntung punya ke 2 sahabat lo ini" batin Nathan kemudian melangkah meninggalkan pusara Nielsen
Rebecca mulai menyusul Nathan yang sudah lumayan jauh dan Stella masih menatap pusara Nielsen. Ia menghela nafasnya berat, dadanya masih sesak, lalu ia memejamkan matanya sejenak sebelum akhirnya pergi menyusul Rebecca. Seiring dengan itu, hujan mulai turun seakan-akan alam semesta ikut bersedih atas perginya Nielsen.
***
Stella sakit, sudah tiga hari ini ia demam. Setelah Nielsen meninggal, Stella jarang makan dan sering melamun. Ia juga tidak kembali ke asrama sebab ia butuh ke dua orang tuanya. Duka yang tak berkesudahan itu sering membuatnya kesepian.
Lain Stella, lain Rebecca. Ia berusaha tegar, ia berusaha kembali ceria dengan menghabiskan waktu bersama sahabat-sahabatnya di sekolah. Ia sering bolak balik menengok Stella, ia juga sering mengunjungi orang tua Nielsen dan pergi ke pusara Nielsen. Walau berusaha tegar tetapi Rebecca masih sering meneteskan air mata ketika mengingat Nielsen.
"Nak Rebecca, maaf sebelumnya karena kemarin tante masih benar-benar sangat terpukul tante sampai lupa kalo malam setelah nak Rebecca datang menemui Nielsen sehari sebelum kematiannya, Nielsen menitipkan surat untuk kamu dan Stella. Awalnya tante nggak paham ngapain dia nulis surat buat kalian? Dan ternyata dia udah ngrasa kalo dia mau pergi, ini" ucap Carra ketika Rebecca mengunjunginya
"Surat? Oh iya tante nggak papa kok." jawab Rebecca
"Tante masih nggak nyangka Bec, Nielsen pergi secepet ini. Tante bener-bener sedih" Carra mulai menitikan air mata lagi
"Becca juga bener-bener nggak percaya tante, tapi ya sudahlah lebih baik kita ikhlaskan Nielsen supaya dia tenang di alamnya" ucap Rebecca sambil mengusap lembut tangan Carra
"Stella belum sembuh ya Bec?" tanya Carra sambil mengusap air matanya
"Belum tante, dia juga sulit kalo disuruh makan. Makanya kondisinya makin drop"
"Ya ampun kasihan sekali, semoga kita semua bisa cepat-cepat bangkit dari kesedihan ini ya Bec. Mari saling support, kita hanya perlu melupakan kesedihannya bukan Nielsen. Kenang dia selalu"
"Iya tante, tante yang sabar ya. Becca yakin ini adalah takdir yang terbaik buat Nielsen, sekarang dia udah nggak sakit lagi. Dia udah bahagia di sana tante"
Carra tersenyum lembut, ia lega bahwa Nielsen mempunyai sahabat setulus Rebecca dan Stella. Sayang sekali Nielsen harus meninggalkan sahabat-sahabatnya terlebih dahulu.
***
Nathan baru saja membeli minuman di kafetaria, ia tak sengaja melihat Rebecca sedang duduk melamun sendirian di bangku kafetaria. Entah mengapa akhir-akhir ini Nathan mengkhawatirkan gadis itu.
"Lo ngapain?" tanya Nathan setelah menghampiri Rebecca
"Hah?" kaget, Rebecca tersadar dari lamunanya
"Ngapain nglamun?"
"Nggak papa kok"
"Nielsen?" tanya Nathan singkat
Rebecca hanya mengangguk sekilas. Tadi setelah pulang dari rumah Nielsen, ia sudah membaca surat dari Nielsen untuknya. Membaca isi surat itu membuat rasa sedihnya bertambah. Ia benar-benar merasa kehilangan. Ah iya, Rebecca belum memberikan surat dari Nielsen untuk Stella.
"Udahlah" ucap Nathan
"Hati gue masih sesak Nath, gue belum bisa damai dengan kenyataan" lirih Rebecca
"Ikut gue!" titah Nathan dingin
"Kemana?"
"Ikut aja"
Nathan langsung menarik tangan Rebecca ke parkiran asrama menuju motor sport nya terparkir. Percaya atau tidak melihat gadis itu terus bersedih membuatnya ikut teriris. Kemudian ia memutuskan membawa Rebecca ke suatu tempat. Mungkin saja gadis itu bisa sedikit lebih tenang.
***
TBC
Kira-kira kemana ya mereka? Ikutin terus ya ceritanya, jangan bosen-bosen hehe..
Vote dan comment nya jangan ketinggalan guys, Makasih❤
Jangan lupa follow instagram aku@ditaasilla13
@borahae.army7
Love, DA
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cold Boy Nathan [END]
Roman pour AdolescentsKamu, sebuah awal yang begitu dingin dan beku Begitu tajam menusuk, penuh intimidasi Sosok yang tak sudi mendamba pada sang tuan bernama cinta Kamu, begitu pandai merajut kata menjadi balutan motivasi Meski wajahmu datar tanpa ekspresi Dan tuturmu...