part 5

6.9K 689 44
                                    

Chaeyoung terduduk di sofa apartement baru yang akan dia tinggali bersama Mina dengan lesu.

Sudah sejak tadi dia disitu. Bahkan dia sudah mengelilingi apartement itu berulang kali saking bosannya. Bahkan sekarang dia sudah sangat lelah. Dan dia tidak mungkin langsung tidur apalagi kamar hanya satu di apartement ini. Jadi, Chaeyoung harus menunggu Mina untuk mengambil keputusan.

Hanya saja, gadis Jepang itu tidak juga pulang padahal jam telah menunjukkan pukul 21.00 malam.

Klik...
Terdengar bunyi pintu terbuka.

Chaeyoung menatap ke arah pintu.

Sosok gadis yang ditunggunya akhirnya terlihat. Helaan napas kasar dikeluarkannya.

"maaf aku terlambat"

"eh?" Chaeyoung terkejut.
Apa Mina salah mengartikan helaan napas kasarnya tadi?

"kenapa tidak langsung istirahat?" terdengar suara Mina lagi

"tidak bisa. Karena apartement ini cuma punya 1 kamar. Kita harus membicarakan siapa yang didalam dan siapa yang disofa" ujar Chaeyoung sesekali menguap.

"dasar bodoh! Masuklah kedalam kamar dan segera istirahat!" ujar Mina lalu menarik kopernya masuk juga ke dalam kamar.

Chaeyoung yang masih bingung memilih mengikuti gadis itu dengan kopernya.

"kau bisa memasukkan pakaianmu di lemari sebelah kanan. Dan milikku disebelah kiri ini. Kenapa kau harus menyusahkan dirimu sendiri dengan terus menungguku?!" Mina menatap Chaeyoung sembari bersedekap dada.
Dia sadar jika Chaeyoung belum membongkar kopernya pasti karena menunggunya.

"aku hanya mencoba bersikap sopan dengan tuan rumah!" jawab Chaeyoung

"kau dan aku sama disini Son Chaeyoung. Jadi berhentilah berpikir demikian meskipun apartement ini orang tuaku yang menyediakan. Kau paham?"

Chaeyoung mengangguk patuh.

"segeralah istirahat. Besok baru bongkar kopermu" ujar Mina lagi lalu masuk kamar mandi setelah mengambil perlengkapan mandinya.

15 menit kemudian, Mina keluar dari kamar mandi. Matanya langsung menatap Chaeyoung yang masih terduduk di samping ranjang.

"kenapa kau belum tidur?"

"eh?" Chaeyoung terkejut

Mina mendekat. Dia naik ke atas ranjang. Masuk kedalam selimut lalu membaringkan tubuhnya memunggungi Chaeyoung.

"tidurlah. Ini sudah malam"

"tapi.."

"tapi apa? Sudah tidurlah. Kita juga sama-sama wanita. Apa yang kau takutkan?"

"jantungku. Aku takut kau mendengarnya" batin Chaeyoung

Chaeyoung menghirup napas lalu mengeluarkannya berlahan. Dan akhirnya mengambil tempatnya di samping Mina.

Tubuh terlentang.
Rasa lelahnya hilang seketika.
Ini bukan yang dia pikirkan sebelumnya.

Tidur seranjang dengan Mina.
Apa ini mimpi?

Chaeyoung memutar tubuh. Kini mata menatap punggung Mina.
Jantung semakin bekerja tidak normal.

"kau ingin mengatakan sesuatu Son?" terdengar suara Mina mengagetkan Chaeyoung.

"eh? a..ani"

"kalau begitu pejamkan matamu daripada harus memandang punggungku!"

Chaeyoung tercengang.
Dari mana Mina bisa tahu?

"jika ingin membicarakan masalah perjodohan itu. Kita bisa bicarakan besok. Lagipula besok akhir pekan. Aku sangat lelah saat ini. Jadi sekarang tidurlah"

Chaeyoung mengangguk
"Baiklah. Selamat tidur Mina"

Chaeyoung juga berbalik. Kini keduanya saling memunggungi.

Dan dalam waktu singkat keduanya terlelap dengan sendirinya.

.

Keesokan harinya Chaeyoung terbangun.
Setelah beberapa menit dia baru sadar jika dia bukan di kamarnya.

Mata mengedar.
Tidak ada sosok Mina di sampingnya.
Helaan napas dikeluarkannya.

"apa yang kau harapakan Son chaeyoung?" batinnya.

Chaeyoung bangun dari atas ranjang. Dengan malas Ia menuju kamar mandi. Baru 3 detik dia ruangan kecil itu. Chaeyoung kembali keluar. Dia lupa alat mandinya.

Ceroboh memang.

Beberapa menit kemudian, Chaeyoung keluar kamar dengan keadaan yang sudah segar.

"sudah bangun?"

Chaeyoung terperanjat kaget karena teguran itu. Dia bahkan hampir mengumpat.

Mata Chaeyoung menatap kearah sofa.
Terlihat sosok Mina disitu duduk sembari menyesap teh hangatnya.
Matanya juga tetap pada layar tv.

"Mi-Mina?"

Atensi Mina teralihkan pada Chaeyoung.
"makanlah. Aku sudah menyiapkan makanan untukmu didapur"

"n..ne. terima kasih"

.

Chaeyoung terlihat begitu gugup duduk disamping Mina. Setelah makan tadi, Mina memintanya untuk duduk disampingnya.

"sekarang apa yang ingin kau dengar dariku Son?" tanya Mina

Chaeyoung menunduk.
"apa kau tidak masalah jika aku membahas ini?"

"tidak" jawab Mina cepat.

"baiklah. Aku hanya ingin tahu apa alasanmu menerima perjodohan ini"

Kedua tangan Mina saling meremas
"tidak ada alasan khusus. Aku hanya menuruti ucapan orang tuaku"

Chaeyoung menatap tangan gadis itu.
"kau bisa jujur denganku" ujar Chaeyoung. Ia tau Mina tak jujur.

Si gadis Myoui menatap dalam Chaeyoung. "aku sudah jujur. Aku anak tunggal mereka. Jadi aku harus menuruti segala ucapan mereka"

"meskipun menyakitkan untukmu?"

"tidak. Ini pilihanku. Jadi tidak ada yang menyakitkan"

Chaeyoung menghela napasnya
"kau bohong" balas Chaeyoung lalu menyandarkan punggunggnya di sofa.
"kau sama sepertiku. Kita hanyalah pion yang digerakkan oleh orang tua kita"

"Chaeyoung?"

"aku tahu kau tersiksa. Dengan umur semuda ini kau memiliki tanggung jawab yang besar"

"Chaeyoung"

"kau punya hak untuk menolak Mina"

"Chaeoung hentikan!" bentak Mina
"kau tidak tahu apa-apa. Jadi berhenti sok tahu dengan masalahku"

Chaeyoung terkejut.
Mina berlari keluar dari apartement.

"maaf Mina"

_continue_
.
.
.
Tinggalkan jejak 👣

My Girl ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang