Chaeyoung menutup telphonenya dan berjalan dengan lesu ke arah sofa apartement mengundang atensi Mina yang sedang fokus membaca majalah.
"ada apa?" tanya Mina
Chaeyoung menghembuskan nafasnya.
Mata monolitnya menatap Mina."malam nanti, kita harus ikut dinner lagi bersama orang tuamu dan juga orang tuaku"
Mina mengangguk-anggukan kepalanya lalu kembali membaca majalah ditangannya.
"ada apa dengan sikap biasa itu?" tanya Chaeyoung
Mina terlihat bingung
"aku tahu kau gadis yang memiliki banyak sisi. Dingin, datar , kaku dan masih banyak lagi. Tapi untuk yang satu ini,ku mohon tunjukkan emosimu"
Mina meletakkan majalah ditangannya diatas meja.
"apa tadi kau mengataiku?" tanya Mina
"ani. Aku tidak mengataimu. Itu fakta" jawab Chaeyoung
Mina menghela napas
"lalu apa maumu?""aku ingin melihat emosimu. Apa kabar yang barusan ku ucapkan tidak berpengaruh untukmu?"
"sudahlah Chaeyoung. Kau pernah bilang kita adalah pion yang digerakkan orang tua kita. Lalu kau ingin bersikap seperti apa? Melawanpun kita tidak akan bisa" ujar Mina
Chaeyoung mendengus
"setidaknya kau memperlihatkan emosimu. Marahlah jika kau kesal atau Menangislah jika kau tidak bisa menahannya lagi""emosi? Aku tidak bisa merasakannya lagi" ujar Mina
"itu karena kau menahannya. Kau bodoh atau apa?"
Mina terperanjat mendengar ucapan Chaeyoung.Gadis Son itu lalu berdiri dari duduknya. Kaki melangkah ke arah Mina dan berjongkok di bawah gadis Jepang itu.
"kau punya aku yang bisa kau jadikan sandaran untuk saat ini Mina. Kau bisa mengeluarkan keluh kesamu padaku" ujar Chaeyoung tulus.
"........"
Dengan memberanikan diri, Chaeyoung menggenggam tangan Mina lalu menatap dalam iris mata gadis itu juga.
Dekupan jantung semakin menggila."aku ..mau jadi satu-satunya orang yang kau anggap penting Mina. Tidak bisakah kau lakukan itu?"
"aku tidak bisa" terdengar Mina berucap.
Dia juga menepis tangan Chaeyoung.
"kau bukan siapa-siapaku Son Chaeyoung" sambungnyaChaeyoung berdiri. Tatapannya ke arah Mina yang juga menatapnya.
"bukan siapa-siapa? Aku calon masa depanmu Mina""aku tahu kau calon istriku. Tapi ingatlah. Semua ini di atur oleh orang tua kita berdua. Dan kau. Kau pasti menerima perjodohan ini karena takut pada ayahmu. Bukan karena kau benar-benar ingin berada disisiku. Jadi kau tidak berhak menjadi orang penting dalam hidupku" ujar Mina panjang lebar.
Chaeyoung cukup terkejut akibat mendengar Mina mengeluarkan kalimat panjang seperti itu. Dan tentu saja dengan intonasi datar seperti biasa.
"Tidak. Kau salah" Chaeyoung mencengkram bahu Mina.
"aku sangat senang saat mengetahui jika aku akan dijodohkan dengan gadis dingin sepertimu. Jujur, aku dan Nayeon unnie akan membuat sebuah rencana jika aku tidak menyukai pilihan orang tuaku. Tapi rencana itu tidak terlaksana. Karena gadis itu adalah kau Mina""memangnya kenapa denganku? Kau menyukaiku Son Chaeyoung?"
Chaeyoung tersontak kaget mendengar ucapan Mina.
Cengkramannya tadi juga terlepas.
Entah kenapa sekarang dia malah merasa gugup.