02. Malu

632 66 2
                                    

"Ma, Jia gak usah sekolah hari ini, ya?"

Gue ikut terduduk di sebelah Mama yang sedang menyiapkan sarapan. Koko yang —tumbennya sudah bangun lebih dulu pun hanya memperhatikan gue.

"Kenapa? Kamu sakit?" tanya Ayah.

Gue pun menggeleng, "Enggak, Jia cuma lagi males aja."

Mama memberikan gue satu piring nasi dan duduk di sebelah Ayah. Gue pun diam dan memakan sarapan yang di buatkan Mama.

"Jangan sering gak masuk gitu, dek. Semester depan kamu udah banyak ujian," imbuh Mama.

Gue pun membenarkan dalam hati. Kalau sekarang ini gue jarang masuk, bisa di pastikan gue akan tertinggal, padahal gue harus war semester depan.

"Yaudah, Jia ganti seragam dulu." ucap gue, setelahnya gue dengan menyelesaikan sarapan dan kembali masuk ke dalam kamar untuk memakai baju seragam gue.

***

"Ko... Cepet, gue hampir telat."

Gue berdecak menunggu Koko di depan rumah yang sedang bersiap.

Tanpa menunggu lama, Koko keluar dengan jaket bomber berwarna hitam miliknya. Ia memakai tas punggung berwarna senada dengan jaket dan berlalu untuk mengeluarkan motor kesayangannya yang di berikan oleh Ayah karena dia telah berhasil masuk ke universitas ternama.

Gue pun langsung naik ke belakang Koko dan mulai mengeratkan pelukan. Gue bersandar di bahu Koko dengan nyaman, Koko yang sudah biasa gue tempeli pun hanya diam. Dia tahu kebiasaan gue.

"Ko..." panggil gue dengan memajukan wajah, berharap agar Koko mendengar.

"Apa?" jawab Koko dengan sedikit berteriak mengalahkan kebisingan jalan raya di pagi hari.

"Gue malu, nih. Gimana nanti di kelas ketemu Rayyan?"

Orang yang gue maksud adalah Rayyan, teman sekelas gue yang —kata Koko, sedang berusaha mendekati gue. Yang akhir pekan lalu mengajak gue untuk keluar.

"Lo pake baju, kan? Ngapain malu?"

Hhhh...

Lupa kalau gue lagi ngomong dengan Jaedian, hampir aja ke pancing emosi.

"Ih, bukan gitu, Ko... Ah, gak tau deh, gak ngerti."

Gue pun memutuskan untuk diam dan kembali menyandarkan kepala gue pada punggung Koko. Kebiasaan gue setiap naik motor dengan dia, ya itu, sandaran di punggungnya sembari menghirup wangi khas dari tubuhnya.

Kadang gue suka bingung. Koko itu kan cowo, tapi kenapa minyak wangi yang dia pakai itu selalu lebih wangi dari yang gue pakai. Apalagi wangi dari minyak wanginya selalu membekas di baju atau jaketnya, bikin gue seneng hirup wanginya.

Gue dan Koko saling diam sampai dia memberhentikan motor matic berbody besar miliknya di depan gerbang sekolah gue.

"Belajar yang bener, lo. Jangan pacaran mulu," ucap Koko saat gue turun dari motornya.

Gue pun mendengus, "Dih, gimana mau pacaran, pacar aja gak punya... Gak bisa punya malah kalau ada Koko."

Koko yang mendengar pun hanya melihat gue datar dan menjitak kepala gue setelahnya.

***

"Raya!"

Gue menoleh saat di rasa ada seseorang yang memanggil gue. By the way, gue di sekolah di panggil dengan nama Raya, karena ya nama gue Jiraya. Cuma orang rumah yang panggil gue sebagai Jia.

Possessive Bro • JaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang