19. Sore Pensi

217 34 11
                                    

Gue duduk di ruang tamu di temani Mama yang memandangi gue. Gue yang sedang bermain ponsel pun jadi risih dan mengangkat kepala.

"Ma, kenapa sih?"

Mama menggeleng pelan, sekali lagi menatap gue dengan pandangan menyelidik dari atas hingga bawah.

"Yang jemput pacar kamu?"

Gue sontak menggeleng keras karena pertanyaan Mama.

Siang menjelang sore ini memang gue sedang duduk menunggu Rayyan yang berjanji menjemput gue hari ini.

"Kok langsung di bolehin sama Koko? Tumben,"

Gue menghela napas. Nah kan, Mama aja sampai tau dan hafal gimana respon Koko terhadap apapun yang menyangkut gue. Dan gue juga sama herannya sih dengan Mama, karena saat gue izin kemarin langsung di iyakan oleh Koko.

Koko kesambet kuntilanak depan rumah kali ya?

Gue menjawab sekilas, "Gak tau, mungkin karena tujuannya sama."

Mama membulatkan matanya, "Justru itu. Karena Koko tampil di sekolah kamu, kenapa dia gak larang kamu dan suruh kamu berangkat sama dia? Gitta berangkat sama Brian, kan?"

Gue mengangguk menjawab pertanyaan terakhir Mama. Gue berpikir lagi, ternyata apa yang di bilang Mama sedikit masuk akal sih. Biasanya Koko dikit-dikit bilang enggak.

Gue mengangkat bahu dan menaruh ponsel gue ke dalam tas kecil berwarna hitam yang ada di depan gue.

"Koko kesambet kuntilanak depan kali tu."

"Hush! Gak boleh gitu... Gak baik omongan kamu."

Gue mengigit bibir, "Iya, maaf."

Mama kemudian menengok ke atasnya, melihat ke jam dinding. "Masih lama temen kamu? Mau di antar aja sama Ayah?"

Gue menggeleng pelan, "Gak usah, sebentar lagi juga sampe kok."

Gue mengambil tas dan berdiri, memilih untuk menunggu Rayyan di depan.

Mama memilih untuk kembali ke dapur sesudah berucap pada gue untuk hati-hati di jalan nanti.

Sekitar lima menit kemudian Rayyan sampai di depan rumah, membuat gue berdiri dan langsung menghampirinya.

Rayyan melepas helmnya, menyapa gue terlebih dahulu dengan senyum.

"Padahal cuma liat pensi, kenapa cantik banget sih?"

Gue mengangkat satu alis dan tertawa renyah. Udah biasa di gombalin gini, apalagi sama Rayyan.

Gue menepuk bahunya sekilas sebelum naik dan menyuruhnya menjalankan motor.

***

Gue dan Rayyan tersenyum kala Mirza dan Celine berjalan mendekat.

"Dari tadi?" tanya gue yang di balas oleh anggukan Mirza.

"Lumayan. Mirza aja udah kenyang makan makanan bazar." timpal Celine yang di balas anggukan tepat oleh Mirza.

Gue dan Celine berjalan memimpin menuju stand makanan di bazar ini. Banyak banget makanannya, gue jadi laper lagi :(

Setelah beberapa lama gue dan Celine berkeliling, gue baru sadar dengan sesuatu.

"Gitta dimana? Belum dateng?" tanya gue pada Celine.

Celine mengangkat bahunya, langsung memanggil Mirza dan Rayyan yang berada sedikit jauh di belakang kita berdua. Mereka mendekat dengan membawa beberapa makanan yang buat Celine berdecak.

Possessive Bro • JaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang