13. Malam minggu

333 50 23
                                    

Gue mengambil selembar tisu dan melepehkan permen karet dengan rasa strawbery itu ke atasnya, lalu mengepalkan dan membuang langsung ke tempat sampah terdekat.

Gue mengerutkan alis sekali lagi, melihat pesan yang masuk ke ponsel gue.

Mas Ridan: Dek, malam ini kalo keluar inget jam ya...
Mas Ridan: Harus udah makan, baru boleh main
Mas Ridan: Main aja yang lama, ajak temen kamu. Mumpung gak ada Jae.

Kesambet apa Mas Ridan tiba-tiba chat gue kayak gitu? Biasanya pun dia chat gue untuk sekedar tanya di sekolah baik-baik atau enggak. Atau tanya gue lagi mau makan apa, dan dia dengan baik hati bersedia membelikan apa yang gue mau. Entah itu dengan dia datang sendiri atau pun lewat pesan online.

Tadi pagi Koko baru berangkat dengan di jemput oleh kak Kevin dan Mas Bri, lalu setelah itu rentetan pesan panjang muncul dari Mas Ridan. Siang, sore dan malam ini. Koko hanya sesekali memberi kabar, mengingat gue masih ngambek karena yang terjadi kemarin malam.

Gue mengambil air dari dalam kulkas dan menuangkan ke gelas, minum dengan berpikir dengan kata apa gue membalas pesan Mas Ridan.

Jia: Jia dirumah Mas, ga kemana mana.

Gue mengirim pesan, lalu balasan lain datang.

Mas Ridan: Keluar aja, ajak gebetan..
Mas Ridan: Mas deh yang chat Dion suruh jemput, kamu siap-siap aja dek.

Gue mengerutkan alis. Kenapa tiba-tiba kak Dion di sebut? Mas Ridan kenal dari mana?

Terus siapa bilang kak Dion gebetan gue?

Gue pun hanya membalas singkat dan mengabaikan, menilai Mas Ridan gak benar-benar serius untuk chat kak Dion.

Gue kembali ke kamar dengan kepala menunduk memperhatikan ponsel, melihat postingan instagram orang lain, atau sekedar nonton video horor creepy di youtube.

Tiga menit lagi sebelum jam berubah ke angka tujuh, tapi saat gue duduk bersandar di atas kasur mata gue berasa berat. Ngantuk, tapi susah untuk tidur.

Sampai gue gak sadar kepala gue sudah hampir mau jatuh, dan ponsel putih gue sudah mendarat duluan di lantai.

Gue membuka mata saat suara ketuka pintu terdengar, Mama menyuruh gue untuk bangun dan segera keluar kamar. Gue menuruti setelah mengambil ponsel dan mengelusnya pelan. Sayang banget, kalau rusak bakalan lama lagi di beliinnya...

"Kamu ketiduran ya, Ji?" tanya Mama di depan pintu, gue mengangguk. "Ya udah, siap-siap sana. Kasihan Dion nunggu di depan..."

Gue mengangguk dengan mata setengah terbuka dan berbalik badan meninggalkan Mama. But, wait.... Apa tadi?

"HAH? APAAN?"

Mama yang berjalan menjauh dari pintu kamar gue berjengit kaget dan berbalik lagi menatap gue yang sudah menatap punggung Mama lebih dulu.

"Apa sih dek?"

"Tadi Mama bilang, yang nunggu aku... siapa?"

Mama mengerjapkan mata, "....Dion?"

"Kok....duh...kok bisa?"

"Apanya?"

Gue menggaruk kepala gue dan bersiap memegang gagang pintu, "Bilang kak Dion, suruh tunggu!" setelah itu pintu sukses gue tutup, meninggalkan Mama yang menatap gue dengan horror.

***

Saat ini gue sedang berada di atas motor hitam kesayangan kak Dion, dengan canggung dan tanpa bicara.

Possessive Bro • JaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang