Selama hidup di dunia, kalian pernah ngerasain kebahagiaan yang besar gak? Besar banget, sampe kalian bingung bagaimana caranya untuk mengucapkan rasa syukur ke Tuhan.
Gue pernah ngerasain itu. Kebahagiaan yang bukan hanya sesaat, kebahagiaan yang benar-benar besar. Itu terjadi saat gue masih suka-sukanya manjat pohon, dan makan lollipop. Sore hari itu gue pulang kerumah, sepulang main di taman. Gue membuka pintu rumah lebar-lebar dan menemukan Mama dengan Ayah tersenyum lebar ke arah gue, memanggil gue untuk mendekat dan memeluk gue.
Gue inget kata pertama yang di ucapkan Mama yang sampai saat ini masih memberikan rasa bahagia terbesar di hidup gue, "Kamu akan jadi Kakak."
Dimulai dari hari itu, gue yang masih belum dewasa udah punya janji sama diri sendiri untuk jadi pelindung adik gue dari apapun yang bisa nyakitin atau membahayakan dia. Bayi laki-laki atau perempuan yang dilahirkan mama, gue akan melindungi dia sebisa gue.
Setiap pagi hari, bangun dari tidur gue langsung cari mama. Dimanapun mama, gue hampirin cuma untuk ngelus perut mama dan nyapa si calon bayi. Kebayang gak rasa sayang gue sebesar apa untuk adik gue kalau dia dewasa nanti?
Gue membayangkan gimana serunya main bareng dirumah, lari-larian, ketawa bareng. Bahkan gue juga membayangkan gimana bahagianya makan malem bareng sambil nunggu jam tidur sembari nonton tv.
Sampai hari itu datang, hari dimana mama kesakitan dan terus memegang perutnya, Ayah dengan sigap langsung membawa mama kerumah sakit tanpa gue. Sore itu keluarga dari Mama datang kerumah, untuk menunggu Mama dan menjaga gue dirumah. Awalnya gue kira semua anggota keluarga yang tersenyum di depan Mama, menerima dan menyukai Mama, tapi sore itu dengan telinga anak-anak yang gue punya, gue mendengar hal yang gak seharusnya gue dengar.
"Paling nanti anaknya yang lahir cowo lagi, mama pengen punya cucu cewe padahal." Ucap seorang wanita yang melahirkan mama gue.
Gue sadar, kalo ternyata gue harus melindungi adik gue bukan hanya dari kejamnya dunia luar, tapi juga dari keluarga besar mama kalau adik yang keluar dari perut mama nanti ternyata laki-laki.
Tapi ternyata bayi yang dilahirkan mama perempuan. Cantik. Dan itu membuat semua keluarga gue berbalik menyayangi adik gue. Tersenyum saat ngeliat dia, bahagia juga melihat pertumbuhan adik gue.
Bulan berganti, hari ke hari terlewati. Gue berhasil menepatin janji gue yang gue buat untuk diri gue sendiri, janji seorang anak kecil di masa lalu untuk melindungi apa yang menurutnya penting dan berharga. Gue berhasil melindungi adik kecil gue, melindungi dunia cantik gue selama 18 tahun hidupnya sebelum akhirnya adik gue meminta sendiri ke gue, untuk membebaskan dirinya.
Dan akhirnya, hari itu gue hancur, gue merasa gak berguna jadi kakak karna ngebiarin adik gue nangis. Gue benci diri gue sendiri, yang ternyata selama ini gue gak berhasil ngelindungin dia dari apapun, bahkan dari perasaan yang dia punya untuk orang lain. Keberhasilan yang gue liat selama gue ngelindungin dia, hanya sebatas ujung kuku. Dan lambat laun akhirnya gue sadar, hati kecilnya cuma bisa dilindungin oleh dirinya sendiri. Hati kecilnya, cuma dia yang tau dan mengerti.
Gue sadar, selama ini gue terlalu takut untuk liat dia terluka. Dan perasaan yang gak bisa dia kenali dihatinya waktu itu adalah salah gue juga, karena gak pernah memberikan dia jarak untuk mengenal apa yang akan menjadi penting buat dia.
Dia permata yang gue punya, dia dunia gue. Wajarkan, kalau selama ini gue protect sebegitu besarnya hanya untuk menjauhi dunia gue dari luka yang bisa aja timbul. Luka fisik, luka hati.
Tapi lagi-lagi, gue salah. Memang benar keputusan gue untuk melindungi dia, tapi gue tau cara yang gue pakai untuk melindungi dia itu salah.
Bahkan bukan gue yang menghibur dia sewaktu dia nangis karna perasaannya lagi terombang-ambing kena ombak. Tapi dia yang menghibur gue, dia yang bilang ke gue untuk gak apa-apa ngebiarin dia ngerasa sakit. Dia yang kasih tau gue, kalau dia mampu mengatasi apa yang dia rasain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Bro • Jae
Fanfiction"Ko, mau kemana?" "Keluar, kenapa?" "Temenin beli makan dulu, dong." "Enggak ah," Lima belas menit kemudian... "Lah, kenapa balik lagi, Ko?" "Nih," "Apaan?" "Tadi katanya minta beli makan." *** Rasanya jadi adik perempuan yang paling di sayang, dan...