01. Koko dan Kawannya

860 94 7
                                    

Gue menghembuskan napas lega sembari mengumpulkan semua buku-buku gue dan menaruh ke dalam tas.

Akhirnya, weekend kembali. Setelah hari-hari gue di penuhi dengan belajar dan bimbel, gue rasa gue sangat membutuhkan liburan.

Maklum, jadi siswa dan siswi di tahun ketiga sekolah emang gitu. Kemana-mana bawa buku, bimbel tiap hari, belajar gak kenal waktu. Sampe lupa liburan.

Sebelum keluar kelas, gue mengambil ponsel dan membuka aplikasi chat, mengabari Koko kalau bimbel gue hari ini sudah selesai.

Jia: Ko.......
Jia: Udeeh selesei neh, jempot.

"Lah Jia, kamu masih di sini? Gak pulang?"

Gue menolehkan kepala dan mencari keberadaan seseorang yang memanggil gue tadi. Ternyata Mas Dim, guru bimbel gue.

"Eh, belum Mas. Lagi nunggu di jemput Koko."

"Oh, gitu. Yaudah, saya ke bawah duluan, ya." pamit Mas Dim yang membuat gue mengangguk.

Gue pun akhirnya bangkit dengan menyampirkan tas berwarna biru laut ke bahu gue. Gue memutuskan untuk menunggu Koko di bawah, bukan apa-apa, cuma di kelas sendirian itu bikin gue parno.

Gue duduk di bangku tunggu yang tersedia di dekat ruang pendaftaran dengan terus memainkan ponsel, berharap ada telepon atau balasan chat dari Koko.

Namun, sepuluh menit kemudian belum ada tanda-tanda Koko datang atau pun balasan chat. Dan akhirnya gue memutuskan untuk menelponnya.

Tutt...

Tuttt...

Tutttt...

"Koko tega banget, sih."

Rengek gue, sendiri. Sekarang gimana? Gue harus nebeng sama siapa? Teman sekelas bimbel gue yang lain sudah pada pulang, sedangkan gue sama sekali gak kenal anak dari kelas lain.

Naik ojek online? Gak, deh. Nanti gue di omelin lagi sama Koko karena nyusahin abang ojeknya.

Lagi galau gini, tiba-tiba ponsel gue bergetar. Senengnya setengah mati, nih. Gue pun membuka pesan yang barusan masuk, menebak kalau itu pesan dari Koko.

Koko: Lo pulang sendiri, ya dek.
Koko: Gue lagi sama Bri, jauh. Gak sempet kalau jemput lo.
Koko: Dek, baliknya jalan aja. Gak usah sok naik ojol, kasian abangnya.

Gue mendengus, tanpa membalas gue pun langsung menghubungi Koko dan berniat untuk ngamuk.

Setelah beberapa saat, suara Koko terdengar.

"Dek—"

Belum sempat dia berbicara, gue langsung memotong dengan omelan.

"Ko, lo tega banget sama adek sendiri. Jemput sini, cepetan. Tadi pagi udah janji juga, gak boleh ingkar. Azab ada, Ko."

Koko berdeham dulu, lalu setelah itu berbicara dengan nada santainya.

"Dek, dengerin. Gue lagi sama Bri, jauh, gak akan sempet kalau pulang, jemput lo dan balik lagi. Jadi lo pulang sendiri, ya? Nanti ongkos lo, gue ganti."

Gue mendengus. Dari suaranya ketahuan kalau Koko gue sedang bohong.

"Yaudah, gak apa-apa. Tapi habis ini jangan salahin gue, ya, kalau ps lo di buang Mama."

"Yah, jangan bilang dong. Gue kan ada urusan."

"Urusan? Urusan main ps bareng di rumah Mas Bri, gitu?"

Koko diam, gue pun meneruskan berbicara.

"Yaudah lah, gue minta tolong Mas Bri aja, biar cepet."

Possessive Bro • JaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang