Gue keluar kamar dengan alis mengerut setelah berganti baju, melihat pintu kamar Koko yang terbuka dan menampilkan tas jinjing berisi pakaian.
Gue mendekat, melihat Koko yang sibuk merapikan beberapa buku di atas meja belajarnya.
"Tumben..." ucap gue saat berada di ambang pintu dan berjalan menuju kasurnya, duduk menghadap Koko yang masih berdiri. "Mau kemana?"
Koko membuka laci dan mengambil beberapa alat tulis, "Pergi." jawabnya singkat.
Gue mengangkat kedua kaki, jadi duduk bersila dengan menaruh bantal di atas paha. "Maksud gue, lo mau pergi kemana?"
Koko memasukan bukunya ke dalam tas yang berbeda dari tempat pakaian. "Seminar, jalan-jalan."
"Sama Mas Bri?"
Koko duduk di sebelah gue, "Hm, kok tau?"
"Tadi Mas Bri ke rumah Gitta, minta anter buat beli macem-macem yang di butuhin, kebetulan ada gue."
"Oh," Koko menjawab singkat membuat gue diam.
Gue merasa ada yang janggal, mata gue melirik kecil ke arah barang Koko yang akan di bawanya pada seminar nanti.
"Lo bawa itu aja? Gak ada yang lain? Yang harus di beli-beli gitu?"
Koko tertawa kecil dan meraih ponselnya dari atas meja belajar, "Ada, tapi gue suruh Brian yang beli."
Gue mendengus dan paham seketika, "Dihh... pantesan. Eh, tapi Mas Bri kenapa mau aja ya di suruh sama lo?"
Koko mengangkat kedua bahunya, "Mana gue tau,"
"Berapa hari?" tanya gue, membuat Koko menoleh dengan alis terangkat satu.
"Cuma empat hari, itu pun udah termasuk gue jalan sama Brian dan Kevin."
Gue berdecih, "Ambil kesempatan dalam kesempitan banget lo, ya. Bilang seminar, ujungnya jalan juga." gue memajukan bibir bawah kemudian, "Temen geng lo gak ikut?" tanya gue, Koko yang paham langsung menggeleng pelan membuat gue mengerti.
Gue menghela napas pelan. Empat hari itu gak sebentar buat gue kalau di rumah gak ada Koko. Meskipun biasanya gue dan dia jarang ngobrol atau pergi bareng, tapi tetep aja rasanya beda kalau dia gak di rumah. Rumah berasa gak ada nyawanya.
Koko tiba-tiba menarik rambut belakang gue, pelan tapi tetep aja bikin gue kesel karena kaget. Gue mendengus dan menoleh menghadap Koko, menunggu Koko berbicara.
"Temen gue, lo apain?" gue mengerutkan alis, bingung beneran.
"Siapa? Apain apanya?"
Kelima jari Koko dengan mendadak berada di depan wajah gue, membuat gue mengerang tertahan karena telapak tangannya mendorong wajah gue.
"Temen gue kayaknya udah beneran gak mau deketin lo, dek." telapak tangan Koko menyapa wajah gue lagi, tapi kali ini bukan mendorong melainkan mengusap wajah gue dengan kasar. "Sekarang gue tanya, lo maunya sama siapa? Sama temen gue atau sama temen lo?"
Gue mengerjap beberapa kali, masih mencerna kata-kata Koko. Temen gue siapa? Temen dia siapa? Gue ngapain temennya? Otak gue masih muter-muter.
"Maksudnya apa si, Ko?"
Koko mengusak kepalanya dengan kasar, kemudian menghadap gue sepenuhnya.
"Dengerin, jangan lemot!" ucap Koko, membuat gue mendengus. "Dion ngomong ke gue, dia gak bakalan usaha buat deketin lo lagi. Dion mikirnya, lo gak bakalan bales perasaannya karena, ya... lo lebih deket sama temen lo, bisa jadi lo baper duluan sama temen lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Bro • Jae
Fiksi Penggemar"Ko, mau kemana?" "Keluar, kenapa?" "Temenin beli makan dulu, dong." "Enggak ah," Lima belas menit kemudian... "Lah, kenapa balik lagi, Ko?" "Nih," "Apaan?" "Tadi katanya minta beli makan." *** Rasanya jadi adik perempuan yang paling di sayang, dan...