06. Biru

435 73 4
                                    

Sudah seminggu terlewat dengan gue dan Koko yang masih saling menjaga jarak sejak malam itu. Yang Mas Bri kasih tau ke gue, Koko gak marah, dia cuma mempermasalahkan kenapa hari itu gue gak ada omongan sama sekali ke dia. Tapi yang gue rasa, Koko kesel, marah.

Sampe sekarang pun, gue dan Koko jarang ketemu. Setiap pagi, gue berangkat sekolah bareng dengan Ayah dan Mama. Pulang sekolah, kalau ada bimbel gue selalu bareng Gita, atau enggak nebeng mobil jemputan Celin.

Ya, gitu aja. Sekarang ini gue pun juga menjauh dari Rayyan. Bukan apa-apa, cuma gue gak mau nanti Koko tau atau liat gue deket sama Rayyan, dan dia makin marah sama gue.

Beberapa kali Koko dan temennya main di rumah pun gue gak liat Kak Dion ikutan. Gue gak tau masalah mereka persisnya apa dan gimana, tapi yang pasti itu semua juga karena gue. Gue jadi makin ngerasa bersalah, apalagi setelah itu Kak Dion gak pernah lagi chat gue.

Kasian Kak Dion, padahal dia baik banget sama gue...

Apa gue chat duluan aja, ya?

Tapi, takut gak di bales sama dia. Atau yang lebih parahnya mungkin kontak gue udah di blokir? Ah, gak tau deh.

"Halo, Raya!!"

Gue kaget. Tiba-tiba ada manusia duduk di depan gue dengan senyum merekah dan headset berwarna biru gelap yang terpasang di kedua telinganya.

"Gak budeg kuping lo, pake headset hampir tiap hari?"

Bukannya menjawab dia malah gulung lengan sweaternya dan menunjukan sesuatu ke gue.

"Gue baru beli jam tangan, nih."

"Hidup lo gak ada warna, ya?" Rayyan diam dan gue memperhatikan penampilannya. "Liat! Sepatu lo warnanya navy-putih, sweater lo biru gelap, headset, hp warna item sedangkan casenya warna biru juga. Dan sekarang, jam tangan?"

"Tapi gue ganteng, kan?" Rayyan menaik turunkan alisnya.

Gue pun memilih untuk membuka ponsel mengabaikannya. Tapi, bukan Rayyan namanya kalau gak ganggu gue. Meskipun udah gue jutekin.

"Ray, jalan yuk. Sibuk terus dari kemarin,"

"Maaf, gue bukannya sok sibuk atau gimana. Cuma, lo tau Koko gue itu kayak apa..."

Rayyan melepaskan headset dari kedua telinganya. "Bukan karena alumni kan? Yang waktu itu jemput lo?"

Hah?

Alumni?

Yang alumni sekolah gue di antara temen Koko, cuma Mas Bri dan Kak Dion... Jadi siapa?

Mas Bri? Koko? Atau Kak Dion?

"Kak Dion?"

"Nah, iya... Dia gak lagi pedekate ke lo, kan?"

"Kenapa tiba-tiba? Dia temen Koko gue, ya masa mau deketin gue, sih."

"Berarti gue tenang, gak ada saingan berat."

Dengar penuturan Rayyan, gue jadi diam. Rayyan itu cowo baik, gak neko-neko, cuma agak sedikit maniak dengan warna kesukaannya itu, tapi kok bisa dia naksir gue?

Beberapa kali dia telepon dan yang angkat bukan gue, tapi Koko, dan responnya malah santai aja. Cowo selain Rayyan yang pernah deketin gue biasanya langsung menghindar setelah ketemu Koko. Tapi Rayyan enggak.

"Yan.." gue memanggil Rayyan yang masih sibuk dengan jam tangan barunya.

"Apaan?"

"Kok bisa lo suka sama gue?"

Possessive Bro • JaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang