pt.13

1K 76 3
                                    

"Wae? Apa ada sesuatu yang ingin kau katakan padaku?" Sedari tadi setelah latihan musik rose selalu saja memanggil chanyeol seperti ada yang ingin dikatakannya namun selalu berakhir dengan kalimat 'tidak jadi' dari rose.

"Chan?"

"Hm?"

"Tidak jadi"

Selalu saja seperti itu sampai chanyeol sendiri pun muak mendengarnya.

"Chan?"

"Aishhh... wae? Wae? Wae?! Katakanlah apa maumu?!" Muak sudah chanyeol.

"Tidak jadi" lagi-lagi kalimat itu yang dikeluarkan rose. Benar-benar memuakkan.

"Sekarang katakan apa yang mau kau katakan" chanyeol kemudian menampilkan telapak tangannya dengan 5 jarinya yang ditegakkan di depan muka rose.

"Lima..."
"Empat..."
"Tiga..."
"Dua..." jari chanyeol selalu saja menekuk seiring dengan hitung mundurnya.

"Sa....."

"Aku ingin kau membantuku!" Rose mengucapkannya dengan lantam dan kuat serta dengan tempo bicara yang cepat membuat chanyeol tidak bisa menangkap kalimat yang diucapnya.

"Apa kau bilang?" Kini chanyeol mendekatkan telinga caplangnya itu pada rose.

"Aku ingin kau membantuku untuk mendapat nilai rata-rata diatas delapan"

"Kenapa harus aku?" Kini chanyeol sedikit menyombongkan dirinya dengan tangannya yang bersila di depan dada.

"K-karena cuma kau seorang yang bisa mencapai nilai rata-rata sempurna"

"Alasanmu kurang menarik" mendengar itu membuat rose menghembuskan nafasnya kasar. Apa memang harus ia menceritakan kejadian konyolnya itu? Pikirnya.

"Untuk mendapatkan handphone baruku"

"Cukup menarik" chanyeol meletakkan satu tangannya di dagunya.

"Tapi aku juga harus diberi imbalan"

"Imbalan apa? Uang? Akan kuberikan aku janji" rose sebisa mungkin berusaha meyakinkan chanyeol. Tidak masalah ia kehilangan muka judes,jutek dan dinginnya itu asalkan ia mendapatkan handphonenya.

"Hei nona. Kau kira aku ini penggila uang hah?"

"Lantas apa maumu?"

"Aku hanya memerlukan satu imbalan dan satu syarat"

"Katakan maka aku akan melakukannya"

"Syaratnya kau harus memanggilku dengan sebutan 'oppa'...." oke. Yang satu itu masih bisa dimaklumi oleh rose dan tidak terlalu sulit bagi wanita itu.

"Imbalannya....kau harus membersihkan ruangan musikku dua kali dalam seminggu"

"Mwo? Membersihkan ruang musik? Aku tidak salah dengar?"

"Tidak" chanyeol masih dengan suara sombongnya membuat rose semakin terpancing emosi.

"Ya! Park chanyeol! Kau kira aku pembantu hah?!"

"Terserahmu mau atau tidak"

Sejenak rose kembali berfikir. Jika ia tidak melakukannya maka ia harus mendapat uang untuk membeli handphone. Tapi uang dari mana?. Tapi jika ia menerima tawaran chanyeol ia harus memberi imbalan.

"Baiklah aku setuju"

"Nah.... sekarang kau panggil aku 'oppa' mengerti?"

"Ya!"

"Eitsss... 'oppa' " ujar chanyeol dengan penuh penekanan pada kalimat oppa.

"Ne.. oppa"

🥑🥑🥑

HURTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang