pt. 15

1K 77 4
                                    

Disinilah sehun sekarang. Di atap sekolah bersama lisa. Ya,mereka baru saja memperbaiki hubungan mereka yang sempat renggang. Walaupun sudah berbaikan keduanya tetap saja canggung. Lisa yang sibuk dengan ponselnya sedangkan sehun hanya duduk dengan pikiran kosong. Kemudian ia teringat dengan surat yang diberi oleh dokter kim tempo hari.

Sehun membaca surat tersebut. Itu adalah hasil tes laboratorium yang menyatakan chanyeol mengidap penyakit. Seketika hati sehun mencelos. Matanya memerah. Bibirnya bergetar. Bulir bening membasahi pipinya.

Kenapa chanyeol tidak pernah mengatakannya? Kenapa pria itu merahasiakan semuanya? Apa ia juga merahasiakan ini dari keluarganya?

"S-sehun kau kenapa?" Gadis yang tengah bermain ponsel itu menghentikan aktivitasnya ketika mengetahui pria yang duduk disampingnya itu menangis.

"Ani." Jawabnya singkat. Namun bukan lisa namanya jika tidak memiliki rasa penasaran. Seketika matanya menangkap sepucuk kertas yang nerada ditangan sehun.

Dengan kasar lisa merebut kertas tersebut dan membacanya. Terkejut? Tentu saja ia terkejut. Sepertinya gadis ini tau penyebab sehun menangis. Tentu saja surat itu adalah dalangnya.

"Kajja kita pergi" tanpa persetujuan lisa. Sehun langsung menarik tangannya dan melenggang pergi dengan langkah terburu-buru.

🥑🥑🥑

Alunan suara piano yang di lantunkan chanyeol menggema diruangan musiknya. Tanpa ia sadari sedari tadi rose terus saja mengamati pria itu. Menurut rose chanyeol cukup mahir memainkan paino.

Lantunan musik river flows in you karya yiruma itu membuat rose jatuh dalam pesona chanyeol yang bermain piano.

"Apa kau hanya akan mengamatiku?" Tanya chanyeol membuat rose terpaku. Ternyata pria itu sudah mengetahui keberadaannya.

"A-ani aku sudah menyelesaikan tugasku" kemudian rose mendekati chanyeol dan membawa kertasnya.

Sekarang rose hanya dapat mengamati wajah tampan chanyeol yang tengah mengkoreksi lembar jawaban rose.

"Ini. Yang ini salah perbaiki!" Perintah chanyeol kemudian memberikan kertasnya pada rose. Namun bukan itu yang menarik perhatiannya. Bibir pucat chanyeol menjadi objek yang menarik perhatiannya.

"C-chan bibirmu pucat" chanyeol langsung saja menutupu bibirnya dengan tangannya.

"Ah.. a-aku sedang tidak enak badan" mendengar itu rose hanya ber 'o' ria.

"Kerjakan yang kusuruh. Dan tunggu disini saja aku akan segera kembali" kemudian chanyeol melenggang pergi menuju kamarnya.

Setelah kepergian chanyeol rose hanya duduk dilantai dan mulai mengerjakan tugasnya lagi. Cukup lama setelah ia selesai mengerjakan tugasnya namun chanyeol tak kunjung datang.

Rose mulai mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru ruang musik chanyeol ini. Ia mulai mengelilingi ruangan tersebut perlahan dan perlahan sampai suatu objek mengunci perhatiannya. Sebuah botol kecil berisi pil obat. Tangannya yang tergerak untuk mengambil pil tersebut seketika melayang di udara. Tangan chanyeollah yang menahan tangannya. Dengan sigap chanyeol langsung mengambil obat tersebut.

"Sebaiknya jangan mengurusi urusan pribadiku jika kau masih ingin aku mengajarimu" entahlah ini hanya menurut rose atau bukan. Namun seiring berjalannya waktu chanyeol semakin bersikap dingin terhadapnya.

HURTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang